*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Kayeli adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan di daerah Maluku
Tengah, Pulau Buru utara dan Teluk Namlea di selatan, provinsi Maluku. Bahasa Kayeli
mendekati kepunahan. Bahasa Kayeli memiliki beberapa dialek, antara lain: Kayeli,
Leliali (Liliali), Lumaete (Lumaiti, Mumaite, Lumara).

Kayeli
adalah kelompok etnis yang sebagian besar tinggal di pantai selatan Teluk
Kayeli, Buru, Indonesia. Secara etnografis, Kayeli dekat dengan penduduk asli
Buru lainnya, seperti Lisela dan Buru. Komunitas Kayeli terbentuk pada masa
penjajahan Belanda di wilayah Indonesia modern dan selama abad ke-17 hingga
ke-19, Belanda menempati lokasinya yang strategis dibandingkan dengan penduduk
Pulau Buru lainnya. Sejak pertengahan abad ke-20, populasi kelompok etnis
tersebut mengalami penurunan populasi yang cepat dan tersisa sekitar 800 orang
pada awal abad ke-21. Dalam hal agama, mayoritas orang Kayeli adalah Islam
Sunni, dengan sisa-sisa kepercayaan animisme lokal. Perwakilan kelompok etnis
telah benar-benar kehilangan bahasa Kayeli asli mereka pada akhir abad ke-20
ketika mereka mulai mengadopsi bahasa Buru asli lainnya atau bahasa Indonesia. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bhasa Kayeli di pulau
Buru dan nama Kaili di pantai barat Sulawesi? Seperti disebut di atas orang
Kayeli sudah lama dikenal namun kini bahasa Kayeli nyaris punah. Wilayah
Kerajaan Ternate semasa VOC. Lalu bagaimana sejarah bhasa Kayeli di pulau Buru
dan nama Kaili di pantai barat Sulawesi? Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Kayeli di Pulau Buru dan Nama Kaili di Pantai
Barat Sulawesi; Wilayah Kerajaan Ternate Semasa VOC
Tunggu deskripsi lengkapnya
Wilayah Kerajaan Ternate Semasa VOC: Kajeli dan Kaili
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang
(publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.