Sejarah

Sejarah Bahasa (147): Bahasa Aeta Bahasa Atta di Pulau Luzon di Kepulauan Filipina; Evolusi Populasi Negrito, Alifuru, Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Aeta
(Ayta atau Agta, adalah sebuah penduduk asli yang tinggal di bagian pegunungan
terisolasi di pulau Luzon, Filipina. Suku tersebut dianggap merupakan Negrio to
(Negrito). To adalah orang (people) dan Negrio adalah negeri (land). Kelompok
penduduk asli (negrito) juga masih ada di Semenanjung (Semang) dan di pulau Andaman.


Bahasa
Atta adalah sejumlah kesinambungan dialek-dialek Luzon Utara yang dituturkan
oleh sebagian kelompok Aeta (Agta) di Luzon utara, Filipina. Ada tiga ragam
bahasa Atta menurut Ethnologue: Atta Faire (Atta Selatan): dituturkan dekat
Faire, Rizal, Cagayan; Atta Pamplona (Cagayan Utara Negrito): dituturkan di
Pamplona, Cagayan; mirip dengan bahasa Ibanag; Atta Pudtol: dituturkan di
Pudtol, Apayao, dan sepanjang tepian sungai Abulog di Pamplona selatan; Atta
Viciosa Villa, sepertinya pernah dituturkan di Villaviciosa, Abra, kemungkinan
berhubungan dengan bahasa ini, tapi tidak ada bukti yang mendukung. Reid (1994)
juga menyebut beberapa tempat tinggal penutur Agta Cagayan Selatan: Minanga,
Peñablanca, Cagayan; Conyan, Minanga, Peñablanca, Cagayan; Sapinit, Maconacon,
Isabela; Makagaw (Dupaninan), Cagayan
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Aeta bahasa
Atta di pulau Luzon kepulauan Filipina? Seperti disebut di atas bahasa Aeta
dituturkan oleh orang Aeta di pulau Luzon. Evolusi populasi dari Negrito,
Alifuru (Austronesia) hingga Nusantara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Aeta bahasa
Atta di pulau Luzon kepulauan Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Aeta Bahasa Atta di Pulau Luzon Kepulauan
Filipina; Evolusi Populasi dari Negrito, Alifuru hingga Nusantara

Siapa orang Aeta di pulau Luzon? Pada masa ini ada
kelompok populasi
yang diklasifikasikan sebagai etnik Negrito. Kelompok populasi ini
masih tersisa di
Andaman,
orang Semang di Semenanjung Malaya
dan Aeta di
pulau Luzon dan beberapa
kelompok etnis di Filipina.
Lantas apakah kelompok negrito ini ditemukan di Sumatra, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi?


Dalam sumber-sember tertulis sejak era VOC/Belanda, kelompok populasi
negrito tidak ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Mengapa? Lalu bagaimana
dengan di Jawa? Ada laporan masih ditemukan. Seperti disebut di atas, kelompok
populasi negrito masih tersisa di Andaman, Malaya dan pulau-pulau Filipina.
Dalam konteks ini apa yang bisa dibayangkan 1.000 tahun lalu di Sumastra dan Jawa.
Dalam relief candi Borobudur tergambar profil populasi penduduk pada masa itu.
Artinya populasi penduduk Jawa yang sekarang berbeda dengan populasi pada masa
Borobudur.

Lantas mengapa tidak ditemukan kelompok populasi
negrito di Sumatra? Tidak ditemukan karena masanya sudah berlalu (kecuali masih
tersisa di Malaya dan Andaman). Di Sumatra lalu pada masa berikutnya di Kalimantan
telah terbentuk kelompok populasi baru (tidak lagi besifat negritos tetapi bercampur
dengan pendatang baru yang membentuk kelompok populasi alifuru).


Dalam pengetahuan orang Eropa, Sumatra dan Kalimantan sudah dikenal pada
masa Ptolomeus. Dalam catatan geografis Ptolomeus pada abad ke-2 digambarkan
semenanjung Malaya dan pulau Sumatra sebagai Chersonesus. Pulau Kalimantan diidentifikasi
sebagai pulau Taprobana. Pada abad ke-5 dalam catatan Eropa disebut kamper
diimpor dari pelabuhan Barus (Sumatra?). Prasasti di Jawa Barat dan Kalimantan
Utara dibuat pada masa abad ke-5 ini. Pada abad ke-7 prasasti-prasasti Sumatra
mengindikasikan keberadan suatu kerajaan besar (Sriwijaya). Ibu kota (kerajaan)
Sriwijaya diduga kuat berada di Minanga (lihat prasasti Kedukan Bukit 682 M).
Jika Minanga ini benar berada di muara sungai Barumun di Padang Lawas (pantai
timur Sumatra), itu berarti ibu kota Minanga sangat berdekatan dengan pelabuhan
internasional di Barus (pantai barat Sumatra). Wilayah antara Barus dan Minanga
ini adalah wilayah Tanah Batak yang sekarang. Populasi di wilayah itu diduga
bukan negrito tetapi alifuru, populasi yang berbeda dengan sekarang sebagai
populasi nusantara.

Lalu bagaimana kelompok populasi negritos yang masih
eksis sekarang di pulau-pulau Filipina? Sumber tertua yang ditemukan adalah
prasasti Laguna yang berasal dari tahun 900 (sebelum serangan Chola ke pantai
timur Sumatra). Dalam prasasti Laguna (900) disebutkan ada raja yang termasyhur
di Binwangan (Minanga/Binanga di Padang Lawas?).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Evolusi Populasi dari Negrito, Alifuru hingga
Nusantara: Terbentuknya Bahasa-Bahasa Nusantara

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top