*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Suluk (bahasa Suluk: Tausūg, “orang Suluk”) adalah salah satu suku
Bangsamoro yang berasal dari kepulauan Sulu, Filipina Selatan. Perkataan Suluk
berarti “berasal dari Sulu”. Suku Suluk mendiami wilayah Sabah,
Malaysia. Suku ini merupakan pendiri Kesultanan Sulu pada masanya. Suku Tausug
atau Suluk adalah mayoritas di kepulauan Sulu dan bahasanya Bahasa Sug adalah
bahasa perantara atau lingua franca.
Bahasa
Suluk atau Bahasa Tausug ialah suatu bahasa yang dituturkan di wilayah Sulu di
Filipina, Malaysia dan Indonesia oleh orang Tausug. Mengikut sejarah, bahasa
asal Tausug atau Suluk sebenarnya adalah dari bahasa asal Orang Tagimaha
(Taguima dari Basilan). Bahasa Tausug adalah bahasa perantara atau lingua
franca sebelum era kesultanannya lagi hingga kini. Kaum Tausug atau Suluk
berasal dari rumpun Melayu-Austronesia (Polinesia) sebagai mana masyarakat
Nusantara di sekitarnya. Bahasa Sug yang mereka tutur adalah mirip bahasa
Melayu lama bercampur bahasa Arab dan bahasa etnik lain di sekitar Mindanao. Suku
kaum Suluk atau Tausug juga punya beberapa dialek atau slanga mengikut kawasan
atau daerah di antaranya ialah slanga Tausug Tapul, Tausug Basilan, Lugus,
Gimbahanun dan lain-lain. Bilangan: Tausug-Cebuano-Melayu-Kadazan-Dusun: 1 –
Isa-usa-satu-iso; 2 – Duwa-duha-dua-duo; 3 – Tū-tulo-tiga-tolu; 4 – Upat-upat-empat-apat;
5 – Lima-lima-lima-limo; 6 – Unum-unom-enam-onom; 7 – Pitu-pito-tujuh-turu; 8 –
Walu-walo-delapan-walu; 9 – Siyam-siyam-sembilan-siam; 10 – Hangpu-napu’o-sepuluh-hopod (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Suluk bahasa
Tausug di Filipina? Seperti disebut di atas bahasa Suluk dituturkan oleh orang
Suluk. Kepulauan Sulu diantara wilayah Indonesia dan wilayah Filipina. Lalu
bagaimana sejarah bahasa Suluk bahasa Tausug di Filipina? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Suluk Bahasa Tausug di Filipina; Kepulauan Sulu
Antara Wilayah Indonesia dan Wilayah Filipina
Apakah bahasa Suluk lebih cenderung bahasa asli di
Filipina atau bahasa Melayu? Wilayah bahasa Suluk di kepulauan Sulu merupakan gugusan
pulau yang menghubungkan pulau Mindanao di Filipina dan pulau Kalimantan di Sabah.
Dalam konteks bahasa di wilayah kepulauan Sulu secara geografis terhubung
dengan bahasa-bahasa asliu di Sabah, di Mindanao dan pantai utara Sulawesi.
Oleh karena kepulauan Sulu terdiri dari pulau-pulau kecil, penduduknya sangat
tergantung dengan navigasi pelayaran dan interaksi yang intens dengan para
pendatang (pedagangan dari berbagai tempat).
Seperti berbagai bahasa di wilayah Filipina, kosa kata elementer dalam
bahasa Suluk juga kurang lebih sama dan mirip kosa kata bahasa Batak, antara
lain: niya –
nya; ama’ – ayah; apu’ – atuk/datuk/nenek; ina’ – ibu; ama-un – pakcik/bapa saudara; ina-un – makcik/ibu saudara; lira – lidah; iban –
kawan; lanjang – tinggi; pila – berapa; uli – pulang; malayu – jauh; tau –
orang; biya – bagaimana; nauli – telah sembuh; matai – mati; usug – lelaki; awalan
mag (Suluk) = awalan mar (Batak).
Bahasa Batak berbeda dengan bahasa Sanskerta; idem dito
aksara Batak berbeda dengan aksara Pallawa. Kosa kata elementer bahasa Batak
berbeda dengan kosa kata elementer bahasa Sanskerta. Prasasti-prasasti di
Sumatra yang berasal dari abad ke-7 mengindikasikan perpaduan kosa kata bahasa
Batak dan kosa kata Sanskerta.
Dengan memperhatikan dan memperbandingkannnya, baik bahasa Batak dan
bahasa Sanskerta tidak memiliki kedekatan dengan bahasa-bahasa lain di arah
barat (pantai selatan India) maupun di arah utara (pantai timur Asia). Kedua
bahasa ini seakan asli bahasa di nusantara. Dalam perkembangan awal bahasa
Batak terkonsentrasi di Sumatra (contoh: api) dan bahasa Sanskerta di Jawa
(contoh: agni). Dalam perkembangan lebih lanjut dua bahasa tersebut bercampur
(yang diduga menjadi cikal bakal bahasa Melayu kuno). Bahasa Sanskerta dan
bahasa Melayu terus mengalami evolusi yang lebih cepat, sementara bahasa Batak
proses evolusinya lebih lambat. Mengapa?
Bahasa Batak menyebar ke wilayah lain di luar Jawa ke
Kalimantan bagian utara, pulau-pulai di utaranya seperti Filipina, pulau-pulau
ke timur seperti Sulawesi dan Maluku. Seiring dengan perkembangan bahasa Sanskerta
dan bahasa Melayu, pengaruh bahasa Batak di Kalimantan, Filipina, Sulawesi dan
Maluku, pengaruh bahasa Melayu khususnya semakin kuat. Kosa kata elementer di
Kalimantan Utara, Filipina. Sulawesi dan Maluku masih tersisa hingga ke hari
ini. Hal itulah diduga mengapa kosa kata elementer di wilayah Kalimantan Utara,
Sulawesi/Maluku dan Filipina mirip dengan bahasa Batak.
Bahasa Batak diduga sebagai salah satu dari bahasa-bahasa asli
(Austronesia) di Nusantara. Diantara bahasa-bahasa asli ini Bahasa Batak yang
mengalami perkembangannya yang pesat. Mengapa? Dalam perkembangannya terbentuk
lingua franca baru (bahasa Sanskerta) dan dalam perkembangan lebih lanjut
terbentuk lingua franca (bahasa Melayu). Bahasa Batak di Sumatra tetap eksis,
sementara bahasa Sanskerta di Jawa mengalami perkembangan menjadi bahasa Jawa
dan bahasa Kawi. Kini, bahasa Jawa telah menggantikan bahasa Kawi di Jawa.
Sedsangkan bahasa Melayu yang terus mengalami perkembangan menjadi bahasa yang luas
digunakan di nusantara sebagai lingua franca (pada masa ini lingua franca
bahasa Melayu itu digantikan bahasa Indonesia).
Lantas bagaimana dengan bahasa Suluk sendiri?
Seperti disebut di atas, terdapat sejumlah kosa kata elementer dalam bahasa
Suluk (sebagaimana dalam bahasa-bahasa di Filipina dan Sulawesi serta
Kalimantan Utara) yang mirip kosa elementer dalam bahasa Batak, tampaknya
pengaruh bahasa Melayu yang menggantikan perkembangan bahasa Suluk (yang mana
sebelumnya lebih dipengaruhi oleh bahasa Batak).
Bahasa Batak sebagai bahasa yang sudah tua, juga ditunjukkan oleh
aksaranya sendiri. Aksara Batak setua dengan aksara Funisia. Kosa kata elementer
bahasa Batak sangat unik (tidak berpadanan dengan bahasa-bahasa lain di India
maupun di Tiongkok). Kosa kata elementer bahasa Batak berbeda dengan bahasa
Sankerta maupun bahasa Melayu tetapi relasinya masih dapat dipahami. Kosa kata
ibu (ina), ayah (ama) dan padi (eme) sebagai contoh kosa kata elementer bahasa
Batak yang berbeda dengan bahasa lainnya termasuk bahasa Sanskerta maupun
bahasa Melayu. Opung/ompung dalam bahasa Batak tidak ditemukan dalam bahasa
Sanskerta tetapi menjadi Mpu dalam bahasa Kawi. Sebagaimana kata tanya dalam
bahasa-bahasa, sejak zaman kuno hanya terdiri dari enam kata tanya (5 W + 1 H)
ada padanannya semua dalam bahasa Batak, tetapi tidak dalam bahasa Sanskerta. Enam
kata tanya dalam bahasa Melayu/Indonesia dapat ditrace dalam bahasa Batak: aha
menjadi apa; si-aha menjadi siapa. Kata tanya tempat dan waktu tidak ada dalam
bahasa Sanskerta. Dimana dalam bahasa Batak adalah didia; kapan adalah andigan.
Bagaimana dengan mengapa dan bagaimana? Dalam bahasa Batak mengapa adalah mahua
(mengapa dalam bahasa Melayu; meng-apa dari meng-aha). Awalan ma (Batak)
menjadi me (Melayu). Bagaimana adalah biya (biya-si dan biaya-ma) yang dalam
bahasa Melayu menjadi bagaimana. Kosa kata bahasa Melayu dapat ditrace ke dalam
bahasa Batak, tetapi jika tidak dapat ditrace, kosa kata tersebut dalam bahasa
Melayu diduga kuat berasal dari bahasa asing (seperti bahasa Arab, Portugis dsb).
Sebaliknya bahasa asing terserap ke dalam bahasa Batak melalui bahasa Melayu (lingua
franca).
Bahasa Suluk sepintas terkesan menyerupai bahasa
Melayu. Akan tetapi sejumlah kosa kata elementer dalam bahasa Suluk adalah sisa-sisa
bahasa asli dari orang Suluk di kepulauan Sulu. Adanya sisa-sisa bahasa asli
dalam, bahasa Suluk mengindikasikan pengaruh bahasa Melayu dalam bahasa Suluk
muncul belakangan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kepulauan Sulu Antara Wilayah Indonesia dan Wilayah
Filipina: Pelaut Sulu Kerajaan Sulu
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.