Sejarah

Sejarah Bahasa (160): Bahasa Siraya Tainan di Pulau Formasa Taiwan; Pulau Hainan dan Pulau Tainan Nama Sebelum Pulau Formosa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku
Siraya, merupakan salah satu kelompok populasi asli Taiwan. Mereka menetap di
dataran pantai datar di bagian barat daya dan bagian pantai timur Formosa,
Taiwan. Pemukiman orang Siraya terkonsentrasi di kota Tainan dan Taitung
County. Suku Siraya terdiri dari beberapa kelompok etnis yang memiliki dialek
masing-masing, dan dikelompokkan ke dalam kelompok Siraya, yang terdiri dari: Siraya,
Mattauw, Pangsoia-Dolatok, Lamai, Soelangh, Baccloangh, Sinckan, Taivoan
(Tevorang).


Bahasa
Siraya adalah sebuah bahasa atau kelompok dialek dari rumpun Austronesia yang
pernah dipertuturkan di bagian barat daya pulau Taiwan hingga akhir abad ke-19
atau awal abad-20.[6] Bahasa ini merupakan satu dari dua bahasa penduduk asli
Taiwan (selain bahasa Favorlang) yang digunakan oleh misionaris Belanda dalam
menyebarkan agama Kristen selama pendudukan Perusahaan Hindia Timur Belanda
(VOC) di wilayah Taiwan bagian barat dari tahun 1624 hingga tahun 1661. Usaha
menghidupkan kembali penggunaan bahasa Siraya telah dilakukan setidaknya sejak
awal milenium kedua dalam berbagai bentuk. Ragam Siraya kemungkinan dulunya
dipertuturkan di wilayah pesisir Tainan, sementara ragam Taivuan dipertuturkan
di daerah pedalaman Tainan hingga ke utara wilayah ragam Siraya, dan ragam
Makatau dipertuturkan di wilayah yang kini menjadi bagian dari Kaohsiung dan
Pingtung.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Siraya di
Tainan pulau Formasa Taiwan? Seperti disebut di atas bahasa Siraya dituturkan
orang Siraya di Tainan. Pulau Hainan dan Tainan nama pulau sebelum Formosa. Lalu
bagaimana sejarah bahasa Siraya di Tainan pulau Formasa Taiwan? Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Siraya di Tainan Pulau Formasa Taiwan; Pulau
Hainan dan Pulau Tainan Nama Sebelum Pulau Formosa

Siraya adalah kelompok populasi di pulau Formosa. Namun
bahasa asli mereka dianggap telah punah. Mengapa punah? Tergerus dengan kehadiran
dari bahasa yang berasal dari daratan Tiongkok (Canton, Hakka dan Amoy) yang
menggunakan bahasa Mandarin, Kelompok populasi asli pulau Formosa Siraya berada
di pantai barat tengah pulau (secara geografis berdekatan dengan pantai timur
Tiongkok).


Dalam studi Erin (1936) bahasa-bahasa yang telah punah di pulau Formosa
adalah 1. Ketagalan, 2. Taoka, 3. Papora (sebelah utara pantai barat tengah). 4.
Babuza (pantai barat. yang disebut Favorlang dan 5. Siraya (pantai barat tengah).
Bahasa-bahasa tersebut secara
fonologis, morfologis dan leksikal cukup dengan bahasa-bahasa nusantara yang berimigrasi ke Formosa yang
terletak di ujung utara
. Artinya bahasa-bahasa asli ini berbeda dengan bahasa-bahasa di daratan
Tiongkok (Canton.Hakka dan Amoy).

Apa yang menyebabkan bahasa Siraya punah diduga
terkait dengan semakin banyaknya imigran dari daratan Tiongkok ke pulau. Para
imigran memang tidak menggunakan bahasa suku sebagai bahasa umum tetapi yang terbentuk
sebagai lingua franca adalah bahasa Mandarin. Interaksi yang tinggi antara
kelompok populasi Siraya dengan pendatang dari daratan Tiongkok (dan kebutuhan bersama
terhadap lingua franca/Mandarin) menyebabkan kedua belah pihak menjadi
bilingual. Namun dengan kemajuan yang pesat di wilayah pantai barat pulau Formosa
(Taiwan modern), bahasa asli (maupun bahasa asal Tiongkok seperti Hakka) dibelakangkan
dan hanya digunakan di tingkat komunitas/keluarga, yang pada akhirnya punah.
Jadi bahasa Siraya sejatinya tidak sendiri punah, juga bahasa-bahasa yang dibawa
oleh para imigran.


Kepunahan bahasa adalah proses alamiah yang lazim dalam sejarah bahasa-bahasa
yang jumlah penuturnya sedikit relative dengan kelompok pendatang yang jumlahnya
besar dengan menggunakan bahasa yang berbeda. Bahasa Siraya vs bahasa Mandarin
di pantai barat pulau Formosa juga ditemukan di berbagai daerah di Indonesia di
masa lampau, terutama di wilayah kepulauan dimana promosi bahasa Melayu sebagai
lingua franca. Tentu saja hal itu dapat terjadi di pulau Jawa (bahasa promosi
bahasa Jawa) dan di Sumatra (promosi bahasa Batak dan promosi bahasa
Minangkabau), hanya saja datanya tidak tersedia pada masa kini. Mungkin contoh
paling kontras adalah terbentuknya bahasa baru di pulau Jawa (di wilayah kota
besar Batavia yang kini menjadi bahasa Betawi).

Sejak kapan kepunahan bahasa Siraya dimulai tidak
diketahui secara pasti. Dalam desertasi Erin (1936) dinyatakan bahasa Siraya
sudah punah. Namun keberadaan bahasa Siraya (bahasa orang Siraya tempo doeloe) masih
terlestarikan dalam catatan-catatan sejarah lama. Bahkan kamus bahasa Siraya
juga sudah ditulis pada masa lampau yang masih dapat dibaca. Tidak hanya kamus,
bahasa Siraya juga pernah digunakan untuk menulis terjemahan kitab suci (Injil).


Wikipedia: Menurut Robert Blust, ahli linguistik sejarah Austronesia,
bahasa Siraya merupakan bagian dari rumpun bahasa Formosa Timur yang juga
mencakup, antara lain, bahasa Amis dan Kavalan. Bahasa Siraya memiliki
keragaman dialek yang signifikan. Berdasarkan daftar kosakata yang dikumpulkan
pada akhir abad ke-19, beberapa linguis membagi bahasa Siraya ke dalam tiga
ragam, yaitu (1) ragam Siraya itu sendiri, (2) ragam Taivuan, dan (3) ragam
Makatau. Ragam-ragam ini memiliki perbedaan yang cukup besar dan mungkin dapat
diklasifikasikan sebagai tiga bahasa yang berbeda alih-alih dialek dari satu
bahasa yang sama. Walaupun begitu, linguis K. Alexander Adelaar berpendapat
bahwa pembagian berdasarkan daftar kosakata ini belum tentu berarti bahwa
dulunya ada tiga kelompok dialek Siraya dengan batas-batas yang jelas.
Kemungkinannya, ketiga ragam ini merupakan bagian dari kesinambungan dialek
yang lebih besar. Ragam Siraya kemungkinan dulunya dipertuturkan di wilayah
pesisir Tainan, sementara ragam Taivuan dipertuturkan di daerah pedalaman
Tainan hingga ke utara wilayah ragam Siraya, dan ragam Makatau dipertuturkan di
wilayah yang kini menjadi bagian dari Kaohsiung dan Pingtung.

Bahasa Siraya di pantai barat tengah yang pernah menerjemhakan Injil
dari
Gravius yakni A Het Heylige / Evangelium / Mattehei / en / Johannis. / ofte / Hagnau / Ka D’llig Matiktik, / ka na sasoulat ti / Matteheus, / tl Johannes appa,
/ Overgeset inde Formosaansche tale, voor’ de Inwoonde:rs
van Soulang, / Mattau, Sinckan, Bacloan, Tavokan,
en Tevorang. t A
msterdam. 1661 Patar / Ki rna-‘msingan / Ko Christang, / ka
/ Taukipapatar-
Tm .OU sou / Ka Makka S.-De.a, / ot.e , Formuue des / Christendoms. / Met de / Verklaringen van dien, / Inde /
biuti
Formosaansche Tale. t’Amsterdam 1662. Kamus kosa kata bahasa Siraya dari Utrecht MS yang dicetak di Verh. B. G. XVIII.
Woordenlijst der Formosaansche Taal.
Volgens
een Handschrift in de Bibliotheek der Utrechtsche Academie aanwezig;
door C. J. van der Vlis. Namun entrinya banyak yang salah cetak.


Adanya dokumen-dokumen tersebut bahasa bahasa Formosa, yang tidak hanya
merupakan bahan yang bagus
tentang bahasa
mati Siraya, Makatao dll, tetapi juga
menunjukkan sebuah bukti bahwa suku pribumi tinggal di distrik (Tainan) pernah eksis
peradaban Belanda (oleh para misionaris
Belanda) yang dipertahankan
selama lebih dari satu abad
. Bahasa
Belanda dari Formosa
ini ditulis dengan aksara Latin.  

Pada tahun 1930 terhdap bahasa Siraya ini sudah ada
upaya u
ntuk
mengumpulkan bahan
dari bahasa-bahasa yang hidup,
survei linguistik dengan bantuan
pendanaan dari ex-Governor Kamiyama’s dann Prof. N.
Ogawa
bertindak sebagai
penulisnya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Hainan dan Pulau Tainan Nama Sebelum Pulau
Formosa: Navigasi Nusantara dan Navigasi Eropa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top