*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Aifat adalah sub-etnis Maybrat mendiami daerah aliran sungai Kamundan dan sekitar
danau Ayamaru, kabupaten Sorong. Ada budaya tukar-menukar kain timur diantara
mereka, yaitu kain tenun. Keluarga batih Aifat tinggal di rumah bertiang tinggi
yang dihuni oleh satu kelompok kekerabatan dengan garis pihak laki-laki
(patrilineal). Suku aifat dikatakan masih meneruskan budaya membayar air susu
ibu dengan membayar mahar berupa kain timur.
Bahasa
Ayamaru atau Karon Dori sebuah bahasa dalam rumpun bahasa dituturkan di bagian
tengah Semenanjung Doberai di Papua Barat. Sejauh ini, Ayamaru tidak dapat
dihubungkan secara genealogis dengan bahasa manapun di dunia, sehingga dianggap
sebagai bahasa isolat. Jumlah konsonan yang kecil dan penghindaran kluster
konsonan. Terdapat dua gender gramatikal dalam bahasa ini, yaitu gender
maskulin dan taktermarkahi. Morfologinya sederhana. Imbuhan-imbuhan penanda
persona ditambahkan pada verba dan nomina secara inalienabel. Bahasa Ayamaru
memiliki sistem demonstrativa (kata seperti “ini” atau
“itu”) yang rumit. Demonstrativa dalam bahasa Maybrat memarkahi jarak
dari pembicara, kekhususan dan fungsi sintaktis. Dalam klausa, bahasa Ayamaru
memiliki urutan kata subjek–verba–objek yang kaku. Dalam frasa nomina, pewatas
diletakkan setelah nomina inti. Deret verba seperti verba serial lazim ditemui,
dan verba juga mengisi fungsi yang biasanya dipenuhi oleh adjektiva dan preposisi (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Ayamaru di pedalaman
Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Ayamaru
dituturkan di daerah aliran sungai Kais dan danau Amaroe. Lalus bagaimana sejarah
bahasa Ayamaru di pedalaman Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja. Peta 1911-1913 S Kais dan S
Metamani
Bahasa Ayamaru di Pedalaman Vogelkop Kepala Burung
Pulau Papua; Danau Amaroe dan Sungai Kais
Tunggu deskripsi lengkapnya
Danau Amaroe dan Sungai Kais: Asam di Gunung, Garam di
Laut
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.