*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Arandai atau Yaban merupakan suku yang mendiami sebelah barat sungai Wariaga
dan sekitar daerah aliran Sungai Sebyar (Timoforo) di bagian tenggara Kepala
Burung Papua, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Suku ini memiliki populasi
sekitar 900 jiwa yang mendiami desa Aranday, Kiambo, Yakora, Sakauni, Botare,
dan Tomu.

Bahasa
Arandai adalah gugus dialek Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat. Di Kabupaten Teluk Bintuni digunakan di distrik Aranday, Kamundan, dan Weriagar. Perlakuan
di Ethnologue tampaknya tidak konsisten. Kode ISO ditetapkan ke dua bahasa,
“Arandai” dan “Kemberano”, yang terakhir juga disebut
Arandai. Dikatakan bahwa mereka memiliki 85% kesamaan leksikal, yang
menjadikannya dialek dalam satu bahasa. Namun, dua dialek yang diberikan untuk
Arandai, juga disebut Kemberano dan Arandai (alias Tomu dan Dombano), dikatakan
hanya memiliki 71% kesamaan leksikal, sehingga menjadikannya bahasa yang
berbeda. Dialek Kemberano (Weriagar) terdaftar sebagai Weriagar (Kemberano) dan
Barau. Nama alternatif tambahan Arandai/Kemberano/Dombano–Tomu diberikan
sebagai Jaban (Yaban), Sebyar, Sumuri. Nama tambahan
Kemberano/Arandai/Barau–Weriagar diberikan sebagai Kalitami. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Arandai Orang
Arandai di teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Arandai dituturkan di teluk
Bintuni. Sungai Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar tempo doeloe. Lalu bagaimana
sejarah bahasa Arandai Orang Arandai di teluk Bintuni? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Arandai Orang Arandai di Teluk Bintuni; Sungai
Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar Tempo Doeloe
Arandai adalah nama kampong yang juga menjadi nama
sungai. Pada masa lampau ada satu keistimewaan sungai Arandai di wilayah teluk
Bintuni. Sungai Arandai juga disebut sungai Sebjar. Dalam hal ini sungai Arandai,
tempat pengambilan air dimana kapal-kapal jarak jauh mendapatkan air minum dari
sungai Arandai memiliki keistimewaan yaitu sangat segar tidak jauh dari muara sungai.
Nama teluk disebut Maccluir Golf (kemudian disebut teluk Bintuni).

Kampung Arandai, Korindam dan Rewangi letaknya berdekatan di tepi sungai
utama (sungai Sebjar). Raja pertama tinggal di tempat yang lebih tinggi di
Irira pada tahun 1902; dua tahun kemudian saya menemukan rumahnya disana
ditinggalkan; setelah satu tahun lagi dia punya rumah baru disana. (lihat Tijdschrift
van het Aardrijkskundig Genootschap, 1907). Peta 1935: Kampong Arandai di
sungai Sebjar
Hingga tahun 1937 di bagian dalam teluk belum ada
cabang pemerintahan yang dibentuk. Wilayah yang sudah memiliki pemerintahan terdekat
sesuai Stbls No 613 tahun 1937 adalah onderafdeeling Inanwatan yang terdiri
tiga distrik (Inanwatan, Kampong Baroe dan Teminaboean) dan onderafdeeling
Fakfak (terdiri Fakfak, Kokas, Babo, Kaimana dan Mandiwa). Meski demikian nama
Arandai sudah cukup dikenal sejak lama yang berada di antara Inanwatan dan
Steenkol.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sungai Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar Tempo
Doeloe: Nama Arandai Masa ke Masa
Nama suku Arandai pada masa ini juga disebut Yaban mendiami sebelah barat sungai Wariaga dan daerah aliran sungai Sebyar (Timoforo). Suku ini memiliki populasi sekitar 900 jiwa yang
mendiami desa Aranday, Kiambo, Yakora, Sakauni, Botare, dan Tomu. Masih pada masa ini, suku Sebyar salah satu suku di teluk Bintuni populasi sekitar
3,000 jiwa. Suku Sebyar merupakan bagian dari orang Bintuni, suku besar yang
mendiami wilayah teluk Bintuni.

Bahasa Barmá sepenuhnya mirip dengan bahasa Sébjar tingkat rendah. Lebih
jauh lagi terdapat banyak kampung yang terletak di atau dekat dua sumber
sungai. Pertemuan keduanya, Timaworré (kiri) dan Rawara (kanan), berada tepat
di atas Barmá. Dari Rawara seseorang dapat melintasi pegunungan menuju daerah
aliran sungai Wirjagar dan Kamoedan (lihat Reizen
in West-Nieuw-Guinea, 1905-1907 door JW van Hille).
Seperti disebut di atas, Sebyar adalah nama sungai,
sementara Arandai adalah nama kampong di daerah aliran sungai Sebjar. Bahasa
Sebjar cukup luas di daerah aliran sungai Sebjar bahkan hingga ke wilayah hulu
di Barma. Bagaimana dengan nama bahasa Arandai? Seperti disebut di atas, pada
masa ini penutur bahasa Arandai juga ada di sisi barat daerah aliran sungai Wariaga
(Wiriagar).
JW van Hille dapat dikatakan orang Eropa/Belanda
pertama yang memahami wilayah teluk Bintuni. JW van Hille adalah Asisten Residen West Nieuw-Guinea yang berkedudukan di Fakfak. Seperti disebut di
atas, bagaimana tingkat pemahamannya West Nieuw-Guinea tentang wilayah secara
keseluruhan dapat dibaca dalam bukunya berjudul Reizen in West-Nieuw-Guinea, 1905-1907.
Sungai Wariaga tampaknya kurang penting jika
dibandingkan sungai Sebjar. Mengapa? Yang jelas kedua sungai ini bertetangga,
sungai Sebjar di timur dan sungai Wariaga di barat. Pada peta yanh dibuat JW
van Hille, semua kampong yang diidentifikasi mulau dari muara sungai Sebjar
hingga ke hulu di Barma umumnya berada di sisi barat. Di sisi timur sungai
Sebjar adalah hutan (yang mana di bagian muara sungai vegetasi mangrove).

Sungai Sebjar adalah sungai besar yang dapat dinavigasi hingga jauh ke
hulu bahkan hingga Barama, sementara sungai Wariaga adalah sungai yang lebih
kecil dan sulit dinavigasi. Oleh karena itu daerah aliran sungai Sebjar adalah
wilayah yang telah berkembang sejak lama, pertemuan populasi asli dari pedalaman
dan para pendatang dari muara sungai. Apakah ini yang menyebabkan ada
perbendaan bahasa di daerah aliran sungai Sebjar (bahasa Sebjar dan bahasa Arandai).
Pada masa ini disebut suku Arandai mendiami sebelah barat sungai Wariaga dan daerah aliran sungai
Sebyar (Timoforo). Dalam
peta Hille, salah satu cabang sungai Sebjar di selatan Arandai berhulu di
sebelah barat ke arah sungai Wariaga dimana diindentifikasi nama kampong Tomoe.
Seperti disebut di atas populasi bahasa Sebajar jauh
lebih banyak daripada behasa Arandai. Bahasa Sebjar diduga kuat bahasa utama di
daerah aliran sungai Sebjar mulau dari hilir hingga ke hulu. Sebagaimana
disebut Hille bahwa bahasa Barmá (hulu) sepenuhnya mirip dengan bahasa Sébjar (hilir) tingkat rendah.

Sebjar adalah nama sungai dan Arandai adalah nama kampong. Biasanya jika
tidak ditemukan sebagai nama kampong, nama sungai diduga adalah nama lama/kuno.
Seperti umumnya nama sungai merujuk pada nama kampong utama. Sebjar sebagai
nama kampong tidak ditemukan. Yang ditemukan adalah nama kampong Arandai. Oleh
karena itu nama Arandai diduga adalah nama baru di daerah aliran sungai Sebjar,
dimana bahasa yang luas digunakan adalah bahasa Sebjar. Lantas bagaimana
perbedaan bahasa Arandai dengan bahasa Sebjar?
Pada masa ini bahasa Arandai disebut memiliki lima dialek: Barau, Weriagar,
Sebyar. Tarof, dan Kasuweri. Dalam daftar CL Voorhoeve (1975)
bahasa Arandai dapat dibandingkan dengan kosa kata dialek-dialek tersebut.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.