*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Sobei adalah sebuah bahasa dari rumpun bahasa Austronesia yang dipertuturkan di
daerah sekitar Kabupaten Sarmi, Papua. Bonggo, juga dikenal sebagai Armopa,
adalah sebuah bahasa Austronesia yang dituturkan di distrik Bonggo, kabupaten
Sarmi di pesisir utara provinsi Papua,
Kabupaten
Sarmi adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Papua. Ibu kota
kabupaten ini terletak di Kota Sarmi. Kabupaten Sarmi terletak di bagian Utara
Pulau Papua. Nama Sarmi adalah singkatan dari nama suku-suku besar yang
terdapat di wilayah ini, yakni Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa.
Keberadaan mereka telah lama menjadi perhatian antropolog Belanda, Van
Kouwenhoven, yang kemudian memberikan nama Sarmi. Singkatan Sarmi sebenarnya
belum mencerminkan suku-suku di sana mengingat di wilayah ini terdapat banyak
kelompok lain. Dari bahasa yang ada, paling tidak bisa disimpulkan terdapat 87
suku, dan setiap suku mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Kabupaten Sarmi secara
geografis di utara Samudra Pasifik, di
timur kabupaten Jayapura, di selatan provinsi Papua Pegunungan dan di barat kabupaten
Mamberamo Raya. Kabupaten Sarmi terdiri dari wilayah pesisir, dataran rendah,
dataran tinggi hingga pegunungan. Wilayah pesisir dataran rendah di bagian
selatan merupakan dataran aluvial Sungai Mamberamo. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa di Sarmi, banyak
suku banyak bahasa? Seperti disebut di atas di wilayah Sarmi banyak suku banyak
bahasa. Sarmi adalah singkatan dari nama-nama suku besar Sobei, Armati,
Rumbuai, Manirem, dan Isirawa. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Sarmi, banyak suku
banyak bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa di Sarmi, Banyak Suku Banyak Bahasa; Sarmi
adalah Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa
Apakah nama Sarmi merupakan nama singkatan? Seperti
yang dikutip di atas, begitu yang disebut di Wikipedia. Yang jelas nama Sarmi
sudah lama dikenal tetapi bukan nama orang yang umum ditemukan di Jawa. Nama Sarmi
disebut sebagai nama sebuah pulau di Papua di sebelah barat laut dari teluk
Humboldt (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1879).
‘Dalam perjalanan ke teluk Humboldts, bagian pesisir diambil sebanyak
mungkin, terutama menggunakan peta Prancis: Carte Particulière de la Nouvelle
Guinée, deuxième feuille Aoüt 1827. Sudut
barat teluk Humboldts, menurut pengamatan, terletak di Z.Br. 2° 39′ dan LE 140°
49′; Setelah berbagai pengamatan memetakan pelosok Wari dan Jawar, pulau Sarmi,
puncak tertinggi pegunungan Basbassi dan pegunungan Wakseri atau Sakweri, dan
Sadipi, serta teluk dengan nama tersebut, bagian pantai dipindahkan dari kata
peta Perancis’.
Nama Sarmi juga adalah nama kampong (lihat Jaarboek
van de Koninklijke Nederlandsche Zeemagt, 1903). Besar dugaan nama kampong Sarmi
ini yang menjadi nama pulau. Pada masa ini di kabupaten Sarmi terdapat sejumlah
pulau: Armo, Kosng, Liki, Sawar, Masimasi, Wakde Besar, Wakde Kecil, Yamna Besar,
Yamna Kecil, Anus, Kaycebo, Mengge, Podena, Yersun dan Sarmi. Pulau Sarmi tidak
jauh dari kota Sarmi yang sekarang.
Sarmi tidak hanya nama kampong dan nama pulau. Nama Sarmi juga disebut
sebagai nama semenanjung (lihat E Gejellerup). Dalam laporan tersebut juga
menyajikan tentang legenda di semenanjung tersebut. Kampong Sarmi berada dimana,
apakah di pulau Sarmi atau di semenanjung Sarmi? Lantas mengapa Namanya Sarmi?
Apakah awalnya perkampongan orang Jawa?
Pada tahun 1912 disebutkan satu Detasemen Marinir tetap
ditugaskan untuk melakukan eksplorasi di kawasan delta Memberano, untuk
ekskursi darat, sementara untuk eksplorasi jalur pantai antara Sarmi dan Cape
d’Urville, dibantu oleh rombongan dari detasemen eksplorasi (lihat C Lulofs, Nota
nopens Noord-Nieuw-Guinea n.a.v. een van 20 April – 12 Mei 1912). Pada tahun
1913 seorang misionaris van Hasselt mengunjungi wilayah Sarmi (lihat Kort
overzicht van de geschiedenis der zending op Nederlandsch Nieuw-Guinea, 1913).
‘Ke arah timur, sepanjang pantai sampai ke muara sungai Mamberemoe yang
dimasuki agak jauh. Beberapa penduduk asli ditemui disana, tetapi tidak ada
rincian penting yang terjadi. Dari sana menyusuri pantai, yang tidak ada bekas
rumah atau taman, dilanjutkan ke muara sungai Varkami. Disini orang-orang
memberi isyarat. Ketika van Hasselt mendekati mereka, semua kecuali satu warga
mengundurkan diri. Hasselt bertanya kepada mereka apakah mereka ingin
memindahkan muatan yang dia dan teman-temannya bawa dalam pirogue mereka. Hal
ini dilakukan dengan sukarela dan sekarang yang lainnya juga bermunculan.
Perjalanan dilanjutkan menuju Sarmi bersama seorang pedagang dari Manado yang
datang untuk menemui Van Hasselt. Di Sarmi menurut Hasselt
diperlukan seorang guru dan berjanji akan memenuhinya; Hasselt juga membagikan
obat-obatan, setelah itu Hasselt menyeberang bersama para pendayungnya ke kepulauan
Wakde’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sarmi adalah Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan
Isirawa: Geomorfologis Wilayah Kabupatenn Sarmi
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.