*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Bajau atau Suku Sama adalah suku bangsa yang tanah asalnya Kepulauan Sulu,
Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut,
sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau menggunakan bahasa Sama-Bajau. Suku-suku
di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada zaman
prasejarah.
Rumpun Bahasa Sama-Bajau adalah sebutan untuk
rumpun bahasa yang digunakan oleh masyarakat Suku Bajau terutama di wilayah
pesisir kepulauan Indonesia bagian timur, kepulauan Filipina bagian selatan
serta Sabah dan Lembah Klang, Malaysia. Bahasa Bajau termasuk dalam rumpun
bahasa Barito Raya, dengan posisinya dalam rumpun bahasa tersebut adalah
sebagai berikut: Bahasa Inabaknon (Filipina) dan Rumpun bahasa Sulu-Borneo (7
bahasa), yang pada gilirannya dibagi dalam kelompok berikut: (1) Bahasa Bajau: (a)
bahasa Bajau Indonesia (Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Maluku, Maluku
Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur); (b) bahasa Bajau Pantai Barat
(Sabah); dan (c) bahasa Mapun (Filipina); (2) Bahasa Sama Kepulauan Sulu Dalam:
(a) bahasa Balangingi (Filipina), (b) bahasa Sama Tengah (Filipina) dan; (c) bahasa
Sama Selatan (Filipina); (3) Bahasa Sama Pangutaran (Filipina). (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Bajau Orang
Bajau nomaden di laut? Seperti disebut di atas bahasa Bajau adalah bahasa Orang
Bajau yang tersebar di berbagai wilayah. Orang Bajau tersebar dari Klang Barat
Semenanjung, Sabah, Sulu, Kalimantan dan Sulawesi serta Indonesia Timur. Lalu bagaimana
sejarah bahasa Bajau Orang Bajau nomaden di laut? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Bajau Orang Bajau Nomaden di Laut; Klang Barat
Semenanjung, Sabah, Sulu, Kalimantan dan Sulawesi
Tunggu deskripsi lengkapnya
Klang Barat Semenanjung, Sabah, Sulu, Kalimantan dan
Sulawesi: Navigasi Pelayaran Perdagangan Tempo Doeloe
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.