Sejarah

Sejarah Bangka Belitung (21): Latif Pane, Kepala Pengadilan (Landraad) di Pangkal Pinang;Pecatur Terkenal Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Indonesia itu sangat luas, dari Sabang hingga
Merauke. Demikian juga pada era Pemerintah Hindia Belanda, antara pulau Weh
hingga pulau Papua. Gambaran pemerintahan nasional pada masa kini tidak berbeda
jauh dibanding pada era Hindia Belanda. Seorang pejabat dari satu daerah ke
daerah lain, demikian sebaliknya. Banyak diantara mereka yang putra-putrinya
lahir di Bangka Belitung. Satu pejabat yang berasal dari Padang Sidempoean
pernah bertugas di Pangkal Pinang pada era Pemerintah Hindia Belanda, Latif
Pane.


Dalam
laman Wikipedia, banyak nama dalam Daftar tokoh Kepulauan Bangka Belitung.
Namun hanya daftar itu memuat tokoh-tokoh yang berasal dari provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Tokoh bidang Politikus, Negarawan, Pengusaha, Pemuda dan lainnya,
antara lain Prof. Adrianus Meliala, Antasari Azhar, Prof. Ahmad Noermandi, Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok, Ir. Ahmad Damiri, Chandra Setiawan, DN Aidit, Daniel
Tjen, Hanta Yuda, Hendra Lie, Lili Pintauli Siregar, Rustam Effendi, Satrio
Budihardjo Joedono, Tan Tjhoen Lim, The Chung Shen, Soeseno Tedjo, Yusril
Ihza Mahendra, Brigjen Roma Hutajulu. Penulis, Ilmuwan, Seniman, Musisi,
Budayawan, Tokoh Pemuda, Olahragawan, Wartawan dan sebagainya, diantaranya Andrea
Hirata, Delon, Idang Rasjidi, Rafika Duri, Rosiana Silalahi, Supardi Nasir, Tarman
Azzam. Pahlawan Bangka dan Belitung, antara lain Batin Tikal, Depati Amir, Depati
Bahrin, Depati Hamzah, Hamidah, Hanandjoeddin, Depati Tjakraningrat dan Tony
Wen.

Lantas bagaimana sejarah Latif Pane, Kepala Pengadilan Landraad di
Pangkal Pinang, Bangka? Seperti disebut di atas, banyak tokoh yang lahir maupun
yang pernah berkiprah di Bangka dan Belitung. Satu nama local terkenal adalah Basuki
Tjahaja Purnama. Namun diantaranya banyak tokoh di masa lalu, ada nama Latif
Pane, seorang ahli hukum yang juga pecatur terkenal di zaman Satur Batak era
Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Latif Pane, Kepala Pengadilan Landraad
di Pangkal Pinang, Bangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Latif Pane, Kepala Pengadilan
Landraad di Pangkal Pinang, Bangka; Pecatur Terkenal Era Pemerintah Hindia Belanda

Pada tahun 1916, dua anak Padang Sidempoean
merantau ke Batavia, untuk melanjutkan studi. Mereka adalah Latif Pane dan
Alimoedin Siregar. Sekolah apa yang mereka ikuti tidak diketahui secara pasti.
Pada tahun 1918, keduanya diketahui sama-sama anggota tim catur Rechschool
Batavia yang bertanding melawan klub catur dari Buitenzorg (lihat Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-01-1918). Dicatat tim Rechtschool
menang 8 vs 4, yang mana Latif Pane mengalahkan Dr Valeton dan Alimoedin
mengalahkan Rochemont.


Siswa yang diterima di Rechtschool (hanya) di Batvia adalah lulusan MULO.
Latif Pane lulus sekolah MULO di Medan (lihat Sumatra-bode, 18-05-1916). Tidak
diketahui dari sekolah MULO mana Alimoedin lulus. Yang pasti Alimoedin
berangkat ke Batavia pada bulan Juli dari Sibolga dengan kapal ss Mossel (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 07-07-1916). Lama studi di Rechtxhool adalah tiga
tahun. Setelah lulus langsung ditempatkan di kantor pengadilan (Landraad) di
seluruh Hindia Belanda. Rechtschool sendiri dibuka di Batavia pada tahun 1906
yang setahun kemudian dibuka sekolah kedokteran hewan (veeartsenschool) di
Buitenzorg (siswa diterima lulusan MULO). Salah satu angkatan pertama veeartsenschool
adalah Sorip Tagor Harahap, yang menjadi dokter hewan pertama Indonesia yang lulus
di Universiteiy te Utrecht tahun 1920 (kakek dari Inez/Risty Tagor).

Selama semester pertama tahun 1918 ini tim
catur Rechtschool beberapa kali melakukan pertandingan dengan klub-klub di
Batavia dan Buitenzorg dimana Latif Pane dan Alimoedin turut berpartisipasi.
Pada bulan Mei 1918 Latif Pane dan Alimoedin pulang kampong bersama dengan
kapal ss M Treub dari Batavia dan tiba di Medan (lihat De Sumatra post, 29-05-1918).
Pada tanggal 8 Juli 1918 Latif Pane kembali ke Batavia dengan kapal ss Rumphius
(lihat De Sumatra post, 04-07-1918). Pada tahun 1919, Latif Pane lulus ujian
akhir di Rechtschool (lihat De Preanger-bode, 
26-05-1919).


Lulusan Rechtschool setara lulusan sekolah menengah (HBS 5 tahun).
Lulusan HBS bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Belanda. Di Hindia
Belanda belum ada universitas. Sementara lulusan Rechtschool tidak bisa
langsung melanjutkan studi ke universitas di Belanda. Namun jika sudah beberapa
tahun bekerja di pengadilan (Landraad) dapat melanjutkan pendidikan ke
universitas di Belanda. Hal serupa ini juga berlaku untuk lulusan sekolah
kedokteran di Batavia (STOVIA) dan lulusan veeartsenschool di Buitenzorg. Dr
Soetomo lulusan STOVIA tahun 1912 berangkat studi ke Belanda tahun 1919 dan Sorip
Tagor Harahap berangkat studi ke Belanda tahun 1912. Pada tahun 1919 sudah
banyak mahasiswa pribumi studi universitas di Belanda. Pada tahun 1921 Mohamad
Hatta lulusan HBS di Prins Hendrik School (PHS) Batavia melanjutkan studi ke
Belanda (di Rotterdam). Lalu pada tahun 1922 dari PHS Batavia jurusan IPA Ida Loemongga
Nasoetion melanjutkan studi di bidang kedokteran di Universitas Amsterdam.
Seperti disebut di atas, jika Sorip Tagor adalah dokter hewan pertama Indonesia,
maka Ida Lomongga adalah dokter umum pertama Indonesia (dan juga peraih gelar doktor
perempuan Indonesia pertama).

Latif Panei sebagai panitera di pengadilan
(Landraad) Batavia (lihat De Preanger-bode, 05-06-1919). Namun tidak lama
kemudian, Latif Pane sebagai panitera dipindahkan ke Landraad Forr de Kock
(lihat De locomotief, 15-08-1919). Setahun kemudian Latif Pane dipindahkan ke
Landraad Medan (lihat Sumatra-bode, 18-09-1920). Beberapa bulan kemudian Latif
Pane dirpomosikan menjadi pejabat di kantor President van den Raad van Justitie
te Soerabaja (lihat Deli courant, 22-01-1921). Dengan jabatan yang sama Latif
Pane dipindahkan di kantor President van den Raad van Justitie te Medan (lihat

De Sumatra post, 08-06-1921).
Lalu kemudian dari Medan dipindahkan ke Semarang (lihat Deli courant, 26-07-1922).


Tampaknya
Latif Pane masih bermain catur meski sudah sibuk sebagai panitera dari satu
pengadilan ke pengadilan lain di berbagai kota. Di Semarang, Latif Pane
termasuk anggota tim catur kota Semarang. Dalam pertandingan yang diadakan pada
bulan Januri 1925 tim Semarang melawan tim Jogjakarta (lihat De locomotief, 29-01-1925).
Latif Pane sendiri di Semarang sudah menjabat sebagai wakil ketua pengadilan
Semarang. Pada tahun 1927 juara catur nasional dari Jogjakarta D. Bleykmans
akan menantang tiga pecatur terkuat Semarang yakni Kostjoerin, Latif Panei dan
Guykens (lihat De locomotief, 09-02-1927). Tidak terinformasikan hasilnya,
namun Latif Pane termasuk salah satu pemain catur terkuat di Semarang. Satu
bulan kemudian diberitakan bahwa Latif Pane termasuk salah satu pemain yang
diperhatikan di Jawa (lihat De Indische courant, 12-03-1927). Disebut D Meyer,
juara catur Hindia Belanda yang selama satu tahun di Belanda telah kembali ke
Hindia dan menetap di Semarang. D Meyer akan menantang lima pemain catur kuat
dari Jawa Tengah dan Jawa Timur di Semarang dalam satu turnamen NISB, yakni Bleykmans,
D Myer, Baay, De Bock, Kostjoerin dan Latif Panei. Bagaimana hasilnya tidak
terinformasikan. Pada bulan berikutnya diadakan kompetisi catur se-Jawa/NISB
dalam lima kelas (lihat De locomotief, 19-04-1927). Disebutkan dalam kelas
utama, ada enam peserta. D.
Bleijkmans dari Jogja dengan 4 poin dari 5 pertandingan, yang dengan demikian
memperoleh gelar juara catur se-Jawa tahun 1927 dan yang merebut perak juara 2
Latif Panei, dari Semarang dengan 3.5 dari 5 game; hadiah ke-3. HCD de Bock, dari
Klaten, dengan 3 poin dari 5 pertandingan. Ini mengindikasikan, jika pecatur
Belanda dipisahkan dari pecatur pribumi, maka Latif Panei adalah juara catur
se-Jawa (nasional/NISB). Seperti kita lihat nanti, pencapaian yang diraih oleh
Latif Pane yang menjadi runner-up kejuaraan nasional catur (secara individu)
adalah yang tertinggi yang dapat dicapai oleh pribumi hingga berakhirnya era colonial
dan klub terkuat se-Jawa adalah klub Satoer Batak dari Batavia.
 

Dalam perkembangannya, Latif Pane wakil ketua
Landraad di Semarang, diangkat menjadi kepala pengadilan Landraad di Pangkal
Pinang (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 12-12-1928). Sebelumnya,
di pengadilan di Semarang, anehnya, bertemu Kembali dengan teman sekampungnya
dulu saat mana berangkat ke Batavia tahun 1916, Alimoedin Siregar, lulusan universitas
di Belanda. Alimoedin Siregar sendiri adalah salah satu dari tujuh sarjana
hukum Indonesia (baca: pribumi).


Seperti
halnya Latif Pane, setelah lulus Rechtschool, ditempatkan di berbagai wilayah
Hindia Belanda dan berpindah-pindah, pada tahun 1922 Alimoedin Siregar
melanjutkan studi hukum ke Belanda, di Universiteit te Leiden.  Setelah lulus dan mendapat gelar sarjana
hukum, Alimoedin Siregar tidak langsung pulang ke tanah air, tetapi melanjutkan
studinya ke tingkat doctoral. Pada tahun 1925, Alimoedin Siregar gelar Radja
Enda Boemi lahir di Batang Toroe, Padang Sidempoean dinyatakan lulus di
Universiteit Leiden dan mendapat gelar doktor (Ph.D) dengan desertasi berjudul:
‘Het grondenrecht in de Bataklanden: Tapanoeli, Simeloengoen en het Karoland’
(lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 30-05-1925). Radja Enda Boemi
adalah ahli hukum pertama dari Tanah Batak yang meraih gelar doktor (Ph.D) di
bidang hukum. Rechts School di Batavia sendiri hingga tahun 1927 telah
menghasilkan lulusan sebanyak 189 orang. Diantara mereka ini sebanyak 43 orang
melanjutkan studi ke Belanda untuk mendapatkan gelar sarjana hukum Meester
(Mr). Hanya beberapa orang yang berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) di Belanda.
Yang pertama adalah Gondokoesoemo, yang kedua adalah RM Koesoemah Atmadja. Yang
ketiga adalah Raden Soegondo. Yang keempat adalah Alinoedin Siregar gelar Radja
Enda Boemi dan yang kelima adalah Soebroto dan yang keenam adalah Raden
Soepomo. Sebagaimana diketahui sejak 1924 di Batavia dibuka fakultas hukum
(Rechthoogeschool). Di tanah air Radja Endar Boemi ditempatkan di Raad van Justite
di Semarang sebagai wakil (lihat Haagsche courant, 05-10-1925). Sebagaimana
diketahui teman lamanya Latif Pane sudah beberapa lama ditempatkan di Semarang.
Lalu beberapa bulan kemudian Alimoedin Siregar dipindahkan sebagai wakil di
Raad van Justite di Soerabaja dan tidak lama kemudian menjadi kepala pengadilan
Soerabaja. Sementara itu di Semarang, posisi Alimoedin Siregar kemudian
digantikan oleh Latif Pane. Seperti kita lihat nanti Radja Enda Boemi
dipindahkan sebagai kepala pengadilan di Buitenzorg (lihat De Indische courant,
31-07-1929).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pecatur Terkenal Latif Pane dan
Era Satur Batak: Tokoh Indonesia di Bangka dan Belitung

Pada bulan Juli 1929 Latif Pane dengan
keluarga (istri dan satu anak) berangkat dari Batavia ke Medan (lihat Sumatra-bode,
19-07-1929). Boleh jadi setelah bertugas di Pangkal Pinang, ingin cuti dan
pulang kampong ke Padang Sidempoean melalui Medan. Namun tampaknya, Latif Pane
tidak kembali ke Paangkal Pinang. Hal ini karena surat kabar yang terbit di
Semarang, De locomotief, 07-08-1929 memberitakan Latif Pane diangkat sebagai
kepala pengadilan Landraad di Fort de Kock. Dalam berita lain disebutkan Latif
Pane diangkat sebagai ketua pengadilan di Fort de Kock yang saat ini sebagai
ketua pengadilan di Pangkal Pinang dan Tandjoeng Pandan (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 07-08-1929).


Sudah
barang tentu Latif Pane tidak perlu bergegas ke penembatan yang baru di pengailan
di Fort de Kock. Tidak perlu lagi berlayat. Untuk ke Fort de Kock dari Padang
Sidempoean cukup dengan jalan darat (mobil) dari Padang Sidempoean ke Fort de
Kock. Sebagaimana diketahui, pengadilan Fort de Kock bukan asing bagi Latif
Pane. Tidak lama setelah lulus dari rechtschool di Batavia tahun 1919, Latif
Pane ditempatkan di Landraad Fort de Kock. Jauh sebelum itu seorang anak Padang
Sidempoean pernah bertugas sebagai direktur sekolah guru (kweekschool) Fort de
Kock tahun 1915 Radjioen Harahap gelar Soetan Casjanagan. Sebagaimana diketahui
Soetan Casajangan adalah guru Indonesia (baca: pribumi) yang meraih gelar sarjana
Pendidikan. Soetan Casajangan alumni sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean
adalah pendiri Indische Vereeniging di Leiden/Belanda pada tahun 1908. Sejak
tahun 1924 Indische Vereeniging, oleh Mohamad Hatta dkk diubah Namanya Perhimpoenan
Indonesia (PI). Pada tahun 1929 ini yang menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia
di Belanda adalah Mohamad Hatta dengan sekretaris Ali Sastroamidjojo.

Meski Latif Pane kini sudah jauh dari Jawa, di
pedalaman Sumatra, Namanya masih tercatat manis di Jawa. Dalam rapat umum
sarikat catur nasional NISB di Soerabaja 1930, Latif Pane turut hadir (lihat De
Indische courant, 12-07-1930). Sebagaimana diketahui NISB sendiri memiliki
organ majalah (khusus) catur. Disebutkan bahwa ada sejumlah peraturan di dalam statute
NISB yang harus diubah, juga termasuk dalam koneksi penentuan gelar pemain catur
di Hindia Belanda dengan di Belanda.


Disebutkan
bahwa para pemain catur Hindia Belanda (NISB) yang masuk dalam kategori kelas
utama muncul nama baru dari Soerabaja, Ali seorang Arab. Dalam daftar yang
disajikan daftar pecatur kelas utama berdasarkan abjad: Dr. Aulia, JG Baay,
(sayangnya tidak ada lagi yang kita ketahui tentang saudaranya, Ir. Baay,
selain bahwa dia “bermain kuat”), D Bleykmans, De Bock, Bouman, Van
Doesburg (Soerabaia, sedang cuti), Engelen, DJ Guykens, AW Hamming, Heye,
Kostjoerin, TS Kwik, Latif Panei, H Meyer, Piso, JH Ritman dan RE Weiss. Ini
mengindikasikan bahwa Latif Pane masih aktif bermain catur dan namanya masih
berada di daftar top pemain catur. Ibarat Utut Adianto Namanya cukup lama bertengger
di papan atas pemain catur nasional Indonesia. Bisa dibayangkan pada satu abad
yang lalu, Latif Pane sebagai pecatur nasional berada diantara pecatur-pecatur
Belanda. Seperti disebut di atas pada tahun 1927 Latif Pane sebagai runner-up
dalam kejuaraan nasional.

Kehadiran Latif Pane di Fort de Kock, tampaknya
menjadi pemicu meningkatkatnya kegairahan permainan catur di kota Padang. Boleh
jadi para pemain dan pengamat catur di Padang sudah waktunya di Padang didirikan
klub catur yang akan menjadi jalan menuju catur nasional NISB. Pada akhir tahun
1931 di Padang didirikan klub catur dengan nama KSB (lihat Sumatra-bode, 14-12-1931).
Dalam kejuaraan pertama internal klub di Padang, seorang pecatur anggota baru Tampoebolon
menyita perhatian, dalam pertandingan terakhir disebut Tampobolon telah
mengalahkan dua pecatur Belanda van der Put, setelah dia terlebih dahulu mengalahkan
Mr van Tuinen.


Selanjutnya
klub baru catur di Padang melakukan sowan ke Fort de Kock. Di Fort de Kock diadakan
pertandingan eksebisi dimana jagoan catur Padang van Huizen dan Latif Panei (pecatur
nasional) akan memimpin pecatur di Padang dan di Fort de Kock dalam acara itu.
Disebutkan, disayangkan Latif Panei tidak banyak yang dilakukan ke dalam
permainannya, dalam beberapa tahun terakhir karena pekerjaannya yang sibuk
sebagai ketua Landiaad, sehingga Mr van Huizen tidak terlalu banyak menadapat
kesulitan. Tapi api catur [Latif Pane] belum padam, berita yang kami dapat memberi
tahu kami: “Saya akan berlatih dan melihat apakah saya masih bisa mencapai
level lama”. Bulan depan disebutkan dia akan hadir setiap malam akhir pekan
ke klub di Padang selama beberapa minggu berturut-turut. Sementara itu, Pengurus
KSB telah mengusulkan untuk kepentingan klub catur di Padang bahwa malam hari
tidak boleh diadakan pada hari Selasa, tetapi pada hari Rabu agar tidak terikat
dengan waktu tutup pada hari Selasa dan tidak terhalang oleh pertunjukan
bioskop, yang secara teratur diadakan pada hari selasa malam. Catatan: di Medan,
sudah sejak lama ada klub catur, bahkan kini sudah dua klub. Anehnya, meski
tidak menjadi anggota klub, pecatur-pecatur Karo (seperti Narsar, Prang dan
Hoekom) kerap mengalahkan jagoan catur di klub catur Medan. Hal itulah pula di
Padang pada pwermulaan didirikan KSB di Padang, Tampoenolon langsung menewaskan
raja dua pecatur Belanda.

Hingga tahun 1931 Latif Pane masih menjadi ketua
pengadilan di Fort de Kock. Ini terindikasi dari adanya pendirian klub studi
Indonesia di Fort de Kock yang diinisiasi oleh angora Voksraad, Arifin, dimana
sebagai pelaksana ketua klub studi diangkat Letif Pane sebagai ketua dan
sekretaris (Dr) Achmad Saleh (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1932). Namun
tidak lama kemudian Latif Pane dipindahkan ke Jawa (lihat Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 26-07-1932). Disebutkan di Landraden
Toeloengagoeng en Trenggalek sebagai ketua baru diumumkan di secara resmi dari
Buitènzorg: Benoemd is tot voorzitter der Landraden van Toeloengagoeng en
Trenggalek (Oost- Java), de rechtskundige Latif Panei, thans voorzitter van de
Landraden van Fort de Koek, Padang Pandjang, Pajacoemboeb, Loeboek Sikaping,
Taloe, Bangkinang en Pangkalan Kota Baroe’.


Tampaknya
Latif Pane, meski berat meninggalkan kota Fort de Kock, karena dekat dengan
kampong halaman di Padang Sidempoean, tetapi demiki tugas negara, Latif Pane
juga sedikit tersenyum karena ke Jawa kembali akan banyak pertandingan catur
yang dapat dilakukannya di dalam pertandingan peringkat catur nasional.
Latihannya baru-baru ini dengan klub catur di Padang, akan sendirinya datang kembali
ke Jawa tidak dengan vakum bermain catur.

Tidak diketahui secara pasti apakah Latif Pane
akan intens bermain catur di Toeloengagoeng. Juga tidak diketahui apakah warga
Toeloengagoeng juga terbilang gila catur. Tidak terinformasikan. Yang jelas
dalam perkembangannya di Toeloengagoeng Latif Pane bersama Kesting, dan Menke
telah membentuk komite permainan bridge yang diadakan di societeit ‘De
Gezelligheid’ dibantu oleh Mr. EI van Kempen, yang bertanggung jawab atas
administrasi turnamen sepanjang malam. Dalam turnamen ini dimana turut hadir
residen dan banyak peserta yang ikut dalam turnamen (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 19-05-1936). Para pemenang diberikan hadiah. Di akhir turnamen ini
disebutkan untuk menyelenggarakan Bridge akan diadakan sebulan sekali dan
sekali lagi diumumkan partisipasi umum, begitu juga peminat dari Kediri, Blitar
dan perusahaan sekitarnya diundang turut berpartisipasi.
, begitu juga peminat dari Kediri, Blitar
dan perusahaan sekitarnya diundang turut berpartisipasi.


Gairah
permainan catur di Toeloengangoeng. Untuk itu Latif Panei untuk menjaga ritme
permainanannya diadakan pertandingan catur secara simultan tak kurang dari 12
pemain hadir malam itu. Muncul di Tulungagoeng. Hanya satu pertandingan yang
kalah dari pemainan simultan, yaitu melawan Moehadi. Yang lainnya menang,
sementara yang masih bertahan melawan Latif adalah Van Spanje dan Hartojo
(lihat De locomotief, 04-12-1936).

Akhirnya
klub catur didirikan di Toeloengagoeng (lihat Soerabaijasch handelsblad, 17-03-1937).
Setelah lima tahun di Toeloengagoeng, Latif Pane berhasil membangkitkan gairah
permainana catur yang kemudian mengerujut dalam pendirian klub pada tahun 1937.
Untuk urusan catur, tampaknya nama Latif Pane harus dicatat di dalam narasi
sejarah catur di Toeloengangoeng. Dalam pendirian catur ini, terdaftar anggota
sebanyak 20 orang dimana sebagai ketua klub Latif Pane dan secretaris: Louwerens
dan Commissaris: R Hartje.


Diantara
para pecatur asal Tanah Batak, terdapat sejumlah pecatur yang berasal dari
afdeeling Angkola Mandailing (Padang Sidempoean), Tentu saja tidak hanya Latif
Pane yang pernah berada di puncak tanngga catur nasional. Juga ada anak Padang
Sidempoean kelahiran Depok Bernama FKN Harahap. Seperti halnya Latif Pane sudah
bermain dalam klub pada usia belasan tahan (1918), FKN Harahap juga sudah
memulainya di klub catur Batavia pada usia 15 tahun. Pada usia 17 tahun FKN
Harahap bahkan mengikutu berbagai turnamen dan kompetisi catur di Belanda. FKN
Harahap pernah mengalahkan juara catur Belanda Dr Max Euwe (sebelum Euwe
menjadi juara dunia). FKN Harahap akhirnya mengikuti kuliah dan studi di
universitas di Belanda. Pada tahun 1945, FKN Harahap adalah salah ketua
Perhimpoenan Indonesia di Belanda. Pada tahun 1949 FKN Harahap kembali ke tanah
air dan menjadi pengajar. FKN Harahap pernah menjadi ketua Percasi dan FKN
Harahap penulis buku Sejarah Catur Indonesia. Ayahnya, kelahiran Padang
Sidempoean, Emil Harahap adalah juga pemain catur yang kerap bermain dalam klub
Satoer Batak di Batavia.

Hasil karya Latif Pane di Toeloengagoeng mulai
membuahkan hasil. Klub catur Toeloengagoeng mengundang klub Blitar dan klub
catur Kediri dalam suatu turnamen (lihat De locomotief, 26-05-1937). Disebutkan
di Toeloengangoeng, Minggu, klub catur Toeloengagoengsche memainkan
pertandingan 12 papan dengan klub Blitar. Pertandingan ini dimenangkan oleh
Toeloengagoeng dengan skor 7.5 vs 4.5. Kediri juga dimainkan dan dimenangkan
saat itu dengan 8.5 vs 3.5. Kedua pemimpin tim berjuang paling lama, keduanya adalah
presiden klub! Akhirnya, Pak Latif Panei berhasil membuat rekannya dari Kediri
terjepit dan dengan mengunci salah satu menaranya, dia bisa memaksanya untuk
mengaku, yaitu menyerah, dengan tepuk tangan para saksi. Itu adalah pertemuan
olahraga yang menyenangkan yang mudah-mudahan akan segera terulang. Catatan:
istri Latif Pane adalah pemain tennis yang dapat dikatakan terkenal di
Toloengangoeng, dan kerap mengalahkan lawan-lawanya dengan skor telak.


Setelah
tujuh tahun Latif Pane di Toeloengagoeng, akhirnya tiba waktunya untuk meninggalkan
kota pegunungan ini dengan banyak karya. Pada bulan Oktober 1939 diberitakan
Latif Pane dipindahkan ke pengadilan di Malang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-10-1939).
Disebutkan diangkat sebagai ketua pengadilan Landraad di Malang, ahli hukum
Latif Panei, ketua Landraad di Toeloeng Agoeng dan sekitar.

Latif Pane setelah dipindah dari Toeloeng
Agoeng ke Malang, tidak merasa sendir, Di Malang rekan sekampongnya dari
Afdeeling Angkola Mandailing Dr Sjoeib Proehoeman sudah beberapa bulan
ditempatkan di Soerabaja yang juga mencakup wilayah Malang dalam upaya pemberantasan
penyakit tuberkolose, Selama ini di wilayah Malang termasuk wilayah endemik
tuberkulosis. Komite yang sudah dibentuk beberapa waktu sebelumnya kemudian
diambil alih oleh Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D
 
(De Indische courant, 22-05-1939). Komite yang dipimpin oleh Dr. Sjoeib
Proehoeman, Ph.D kemudian menda[at dukungan luas dari pihak swasta yang
berkomitmen untuk memberikan bantuan dan dukungan sumbangan finansial. Untuk
mengefektifkan tugas ini, Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D diangkat menjadi kepala
dinas kesehatan kota di Kota Malang (Soerabaijasch handelsblad, 09-12-1939).


Sjoeib
Proehoeman yang berasal dari Pakantan, Onderafdeeling Mandailing (Res.
Tapanoeli) melanjutkan studi ke sekolah kedokeran Batavia (STOVIA). Setelah
berdinas di sejumlah tempat, Dr Sjoeib melanjutkan studi kedokteran ke
Universiteit Amsterdam. Setelah lulus dokter melanjutkan ke tingkat doctoral dan
meraih gelar doctor dalam bidang kedokteran pada tahun 1930. Sepulang studi
dari Belanda, ditempatkan sebagai kepala dinas keseharan di Residentie
Tapanoeli di Sibolga, dan kemudian dipindahkan dengan jabatan yang sama ke Residentie
Riau. Pada tahun 1939 ini Dr Sjoeib Proehoeman dipindahkan ke Soerabaja untuk
menangani laboratorium dalam pemberantasan endemic tuburkolose sekaligus merangkap
sebagai kepala dinas Kesehatan kota Soerabaja. Lalu dalam mengefektifkan
tugasnya di wilayah endemic Malang diangkat sebagai kepala dinas Kesehatan kota
Malang. Kota Malang yang sejuk di wilayah pegunungan tampaknya mulai sehat dan
aman tenteram. Sebagai seorang nasionalis (Indonesia), Latif Pane, sepupu dari
Sanoesi Pane dan Amijn Pane dua sastrawan terkenal Indonesia, sudah memahami betul
bahwa kemerdekaan Indonesia sudah di horizon. Dua tokoh asal Angkola Mandailing
ini di Malang, memiliki hubungan dekat dengan tokoh terkenal Soerabaja,
Radjamin Nasoetion, yang selama ini menjadi anggota senior dewan kota
(wethouder) di dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja. Di Soerabaja juga ada tokoh
pers asal Angkola Mandailing yang menjadi redaktur surat kabar Soeara Omoem.  

Pecatur tetaplah pecatur. Pekerjaan dan
permainan catur harus beriringan. Aktif bermain catur, dan kemampuan main catur
yang terus diasah akan sendirinya menunjang pekerjaan, lebih-lebih bagi Latif
Pane dalam menangani banyak perkara di pengadilan, Catur dan pengadilan dua
dunia yang bisa disatukan dan saling memperkuat. Di Malang, Latif Pane dengan
sendirinya menjadi bagian dari klub catur Malang yang sudah didirikan 20 tahun
yang lalu. Tidak lama setelah kehadiran Latif Pane di Malang, diselenggarakan
pertandingan catur antara klub Malang dan klub Soerabaja (lihat De Indische
courant, 16-03-1940).


Tampaknya
surat kabar De Indische courant yang terbit di Soerabaja menganggap penting
mempublikasikan hasil pertandingan antara jagoan dari Malang di dalam kolom
rubrik catur, antara Latif Pane dengan jagoan dari Soerabaja (inisial RR).
Disebutkan partai Latif Pane ini berada di papan pertama (kelas unggulan).
Latif Pane dengan memegang putih dengan pembukaan Skandinavia. Dalam langkah ke-28
posisi Latif Pane tengah mengancam pertahanan hitam. Namun hitam berhasil
keluar dari tekanan sebelum pertandingan ini berakhir remis pada langkah ke-47.

Hingga berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda
setelah pendudukan (militer) Jepang Maret 1942, Latif Pane masih menjadi ketua
pengadilan Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 15-04-1942). Disebutkan di
pengadilan Malang, sepasang suami istri diadili karena dituduh terlibat dalam
pendobrakan toko Cina di kawasan Singosari, pada malam hari Minggu tanggal 8
sampai Senin 9 Maret, yaitu pada malam sebelum kedatangan pasukan pendudukan
Jepang. Namun para kelompok geng yang telah menghilang.


Nahas
bagia satu pasangan yang dituduh terlibart mengaku hanya kebetulan melihat di
TKP dan pada area bekas perampokan itu, melihat ada yang barang-barang tersisa
dan kemudian mengambilnya dan seterusnya menjual barang minuman, sabun dan
sebagainya tersebut senilai f90. Sementara para pendobrak yang menjarah
menghilang, tetapi sial bagi pasangan itu, pengadilan tetap menghukum dengan delapan
dan enam bulan kurungan.

Pada
era Republik Indonesia, Latif Pane tampaknya sudah pensiun. Namanya tidak lagi
muncul, bahkan dalam urusan permainan catur sekalipun. Namun ada nama yang
menggunakan nama Latif Pane (lihat Indische courant voor Nederland, 22-03-1952).
Disebutkan di fakultas hukum dan sosial di Universitas Gadjah Mada lulus ujian
sarjana Masjrul Latif Pane. Besar dugaan Masjrul adalah salah satu putra dari
Latif Pane. Masjrul kemudian menjadi asisten lector Lembaga Penelitian Sosial
Ekonomi di Fakultas Ekonomi Jakarta yang kini menjadi FEBUI (lihat De
nieuwsgier, 18-11-1952).
 

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top