Sejarah

Sejarah Mahasiswa (23): Han Tiauw Tjong Doktor Teknik Cumlaude di Delft; Chung Hwa Hui – Indische Vereeniging di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Han
Tiauw Tjong dapat dikatakan memiliki sejarah yang lengkap. Aktivis organisasi,
pendidikan tinggi yang mencapai gelar doktor dan juga politisi di dewan. Han
Tiauw Tjong sebagai berpendidikan tinggi juga aktif mengajar. Sejarah yang
lengkap seperti Han Tiauw Tjong tidak banyak, ada beberapa antara lain Mr Dr
Hoesein Djajadiningrat (gelar doktor 1913) dan Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenoeng Moelia (gelar doktor 1933).


Han Tiauw Tjong Sia (1894–1940), was a
prominent colonial Indonesian politician and engineer. He sat in the Volksraad
for two terms (1924–1929, 1938–1939), and was a founding member of the
centre-right political party Chung Hwa Hui. Han also served as a Trustee of the
THS te Bandoeng from 1924 until 1940. Born in Probolinggo on February 1, 1894,
Han came from the Surabaya branch of the Han family of Lasem, one of the oldest
Peranakan dynasties of the ‘Cabang Atas’ gentry of Java (baba bangsawan) with a
long tradition of public service. Han was the son of Han Biauw Sing, Luitenant
der Chinezen of Kutaraja in Aceh (May 21, 1913, until September 12, 1918). Han
Tiauw Tjong attended the ELS in Kraksaan, Probolinggo and the HBS in Semarang
before leaving in 1911 for the Netherlands, where he continued his HBS
education and studied at Delft University. He graduated as an engineer in 1921,
and received his doctorate in 1922 after submitting his dissertation, published
in 1922 by Nijhoff as De industrialisatie van China. While in the Netherlands,
Han was active in Chung Hwa Hui Nederland. He occupied several board positions
in the group (1916-1922), and served as its president (1919-1920)
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Ir Han Tiauw Tjong doktor
teknik cumlaude di Delft 1922? Seperti disebut di atas Han Tiauq Tjong memiliki
sejarah yang lengkap sebagai siswa Cina asal Hindia studi ke Belanda. Dalam hal
ini penting Han di Belanda berada diantara Chung Hwa Hui dan Indische
Vereeniging. Lalus bagaimana sejarah Ir Han Tiauw Tjong doktor teknik cumlaude
di Delft 1922? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Ir Han Tiauw Tjong Doktor Teknik Cumlaude di Delft
1922; Chung Hwa Hui dan Indische Vereeniging di Belanda

Han
Tiauw Tjing lulus ujian propaeduetisch werktuigkindig ingenieur tahun 1917 di
Delft (lihat De Maasbode, 05-07-1917). Tidak terinformasikan kapan Han Tiauw
Tjong berangkat studi ke Belanda. Juga tidak terinformasikan lulusan sekolah
HBS mana Han Tiauw Tjong.  Selama di
Beland
a Han Tiauw Tjing akif dalam
organisasi.


Pada tahun 1917 di Leiden diadakan Kongres Hindia. Kongres ini merupakan gabungan
mahasiswa Indo/Belanda, Cina dan pribumi dari berbagai asosiasi. Dalam hal ini
asosiasi mahasiswa pribumi Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia) dan
asosiasi mahasiswa Cina Chu
ng-Hwa
Hui
. Ketua kongres adalah HJ
van Mook, seorang Belanda kelahiran Semarang yang juga sebagai ketua Indololgi
(himpunan mahasiswa Indologen di Belanda). Dalam kongres ini perwakilan
mahasiswa Indische Vereeniging yang menyampaikan makalah mengusulkan nama
Hindia menjadi nama Indonesia.
Salah satu hasil keputusan rapat adalah nama Indonesia diadopsi. Selepas
kongres dibentuk fedeasi yang disebut Indonesia Verbond van Studerenten (perhimpunan
mahasiswa Indonesia). Diantara pengus bond baru ini adalah JA Jonkman dan
Han Tiauw Tjong (lihat Het vaderland, 21-08-1918). Dalam rangka kongres
yang akan diadakan nama kongres disebut Kongres Indonesia (sebelumnya Kongres
Hindia). Kongres Indonesia 1918 disebut sebagai kongres pertama (mungkin
merujuk pada terbentuknya Indonesia Verbond van Studerenten).

Pada tahun 1918 diselenggarakan
Kongres Federasi Mahasiswa Indonesia (Congres Indonesisch Verbond) di
Wageningen (lihat De avondpost, 31-08-1918). 
Kongres ini turut dihadiri Han Tiauw Tjong.
Dalam kongres ini sejumlah mahasiswa berbicara
diantaranya Thung Tjeng Hiang, Soerjo Poetro, Goenawan Mangoenkoesoemo, Sorip
Tagor Harahap, Samsi Sastrawidagda, Oei Lauw Pik, Zainoeddin Rasad, Han Tiouw
Tjong, Sin Ki Aij dan Dahlan Abdoellah serta Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenoeng Moelia.


Jumlah peserta kongres lebih dari 100 mahasiswa. Ketua Kongres adalah JA Jonkman (Kongres
Hindia tahun 1917 diketuai oleh HJ van Mook). Federasi mahasiswa Indonesia
sendiri memiliki lebih dari 700 anggota yang terdiri dari Hollander, Indonesier
dan Chineesen ke dalam sejumlah organisasi. Dalam Kongres
termasuk yang dibicarakan tentang keinginan masyarakat Indonesia
(Hindia Belanda) untuk bebas menentukan nasib sendiri yang tidak terikat dengan
Kerajaan Belanda. Namun demikian disebutkan bantukan kerajaan Belanda dapat
diterima yang sesuai dengan Liga Bangsa-Bangsa.

Dalam Kongres Indonesia 1918, Han Tiouw Tjong berbicara yang pada intinya menginginkan Peraturan
Pemerintah diubah sedemikian rupa sehingga penduduk Hindia akan terbagi menjadi
warga negara Belanda, orang asing yang berasimilasi dan orang Indonesia.
Peraturan pemerintah saat itu mendefinisikan Orang Timur Asing (seperti Cina
dan Arab) yang dalam hal ini dianggap sebagai orang asing (sebagai tamu),
sedangkan Han Tiouw Tjong ingin definisinya Orang Timur Asing sebagai orang
yang menetap (karena sudah turun temurun).
Dalam hal ini Han Tiouw Tjong ingin posisi orang Cina khususnya, dibedakan dengan
orang Belanda (tamu), tetapi dianggap orang asing yang telah berasimilasi
(bercampur dengan penduduk pribumi) yang bukan tamu lagi (penduduk menetap).


Senada dengan Han Tiouw Tjong, dalam Kongres Indonesia ini Sorip Tagor menyatakan lebih keras dan tegas lagj: ‘Sorip Tagor percaya bahwa
sejarah menunjukkan bahwa Belanda di Hindia tidak selalu damai. Indonesia
seharusnya tidak mencari kerja sama dengan Belanda, tetapi mengharapkan
kepemimpinan dari Indonesia sendiri’. Mungkin pernyataan Sorip Tagor yang viral
di surat kabar ini juga dibaca oleh Soekarno yang masih duduk di kelas dua di
sekolah menengah HBS di Soerabaja dan Mohamad Hatta
yang masih kelas empat HBS di PHS Batavia. Sorip Tagor lahir di Padang
Sidempoean, satu kampung dengan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan
(pendiri Indische Vereeniging di
Belanda tahun 1908
).

Han Tiauw Tjong di Belanda
menjadi ketua Chung Hwa Hui.
Sementara itu ketua Indische Vereeniging adalah Goenawan Mangoenkoesoemo
(adik Dr Tjipto Mengoenkoesoemo). Di dalam Indisch Vereeniging ada sub organisasi
yang sudah eksis yakni Javaansch National Verbond yang diketuai oleh Soerjo
Poetro (berbeda dengan Boedi Oetomo/Jong Java di Hindia, yang bersifat
kedaerahan) dan Sumatra Sepakat yang diketuai oleh Sorip Tagor (berbeda dengan Sumatranen
Bond/Jong Sumatranen Bond di Hindia, yang bersifat kedaerahan). Oleh karena itu
semua yang tergabung dalam Inidisch Vereeniging adalah nasionalis. Sementara
itu Chung Hwa Hui yang dipimpin
Han Tiauw Tjong lebih bersifat nasional (Hindia/Indonesia).


Sementara itu baru-baru ini disebutkan Soewardi Soerjaningrat telah
mendirikan Indonesisch Persburrau dimana akan merencakan untuk menerbitkan
sejumlah monograf dimana pada edisi pertama Han Tiauw Tjong turut kontribusi
(lihat Het vaderland, 08-11-1918). Penulis lain yang kontribusi adalah Baginda
Dahlan Abdoellah, Goenawan Mangoenkoesoemo, RM Noto Soeroto, S Ratu Langie, G
Soewarno, RM A So
erjo Poetro. S. Surya Ningrat,
WK Tehupeiory, R. Turnbelaka dan Yap Hong Tjoea. Edisi per
tama ini berjudul Het Indisch nationaal Streven. Soewardi Soerjaningrat adalah salah satu pendiri
komite Boemi Poerta di Bandoeng tahun 1913 yang mengusung Indisch Partij. Namun
kemudian para pendiri ini ditangkap dan diasingkan ke Belanda. Dr Tjipto
Mangoenkoesoemo kembali ke tanah air tahun 1914 karena alasan penyembuhan
sakit, sedangkan EF Douwes Dekker tetap di Eropa. Dalam perkembangannya
Soewardi mengikuti studi keguruan dan kemudian mendapat akta guru LO. Soewardi sendiri
aktif di Indisch Vereeniging yang kemudian aktif dalam organ Indisch Vere
enining yakni majalah Hindia Poetra hingga kemudian munculnya
Indonesisch Persbur
eau. Seperti kita lihat nanti, tidak lama kemudian pada bulan
Agustus 1919
Soewardi Soerjaningrat kembali ke tanah air (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-08-1919).

Pada tahun 1921 Han Tiauw Tjong
diketahui telah lulus ujian di Delft dan mendapat gelar insinyur. Hal ini
diketahui pada bulan April 1921 Han Tiauw Tjong mengirim telegram ke Batavia
saat mana diadakan pesta peringatan kelahiran Chung Hwa Hui yang ke
-10 pada tanggal 14 April (lihat De
nieuwe courant, 19-04-1921). Disebutkan dalam acara peringatan Chung Hwa Hui
dibacakan beberapa telegram antara lain telegram dari ketua
Chineezen-Vereeniging Chung Hwa Hui di Bela
nda, Ir. Han Tiauw Tjong. Catatan: Chung Hwa Hui didirikan di Belanda tahun
1911 (tiga tahun setelah pendirian Indisch Vereeniging tahun 1908).


Organisasi Chung Hwa Hui di Belanda didirikan pada tahun 1911. Pendirinya adalah  Be Tiat Tjong yang juga menjadi ketua yang
pertama. Pendirian Chung Hwa Hui cabang Belanda ini,
tiga tahun setelah organisasi pribumi Indische
Vereeniging yang didirikan pada bulan Oktober 1908 di Leiden. Pendiri Indische Vereeniging
yang juga sekaligus ketua pertama adalah Radjioen Harahap gelar Soetan
Casajangan. Pada tahun 1921 ini para pengurus Dr Soetomo dkk telah mengubah
nama Indische Vereeniging menjadi Indonesiasch Vereeniging.

Sebelum Han Tiauw Tjong lulus
dengan gelar insinyur teknik mesin, pada bulan Desember 1920 Sorip Tagor lulus
ujian akhir (2de helft) di Rijksveeartsenijschool, Utrecht dengan mendapat
gelar dokter hewan (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad,
30-01-1921).
Sebelumnya pada tahun 1920 RM Soerachman Tjokrodisoerjo
lulus ujian di Technische Hoogeschool te Delft gelar insinyur teknik kimia (
lihat De Maasbode, 18-06-1920).


Ir Soerachman langsung pulang ke tanah air (lihat Het nieuws van den dag,
23-05-1921). Demikian juga dengan Dr Sorip Tagor.
Dalam hal ini Ir Soerachman adalah insinyur pertama pribumi Indonesia dan Dr Sorip Tagor
adalah dokter hewan pertama
pribumi Indonesia. Catatan: Sekolah tinggi
tekni di Delft sudah lama dikenal pelajar/mahasiswa asal Hindia. Yang pertama
berhasil adalah Tan Tjoen Liang tahun 1894 dengan gelar insinyur. Pada tahun
1896 Raden Kartono diterima di Delft, namun dalam perkembangannya mengaligkan
studinya di bidang sastra di Leiden. Pada tahun 1907 Mohamad Iljas diteriman di
Delft, tetapi tampaknya tidak meneruskannya, boleh jadi karena lebih memilih
pemain catur di Belanda (Mohamad Iljas selalu mengikuti kehuaran catur di
Belanda). Seblum
Han
Tiauw Tjong
sudah ada beberapa
mahasiswa Cina asal Hindia yang sukses raih insinyur di Delft.

Han Tiauw Tjong setelah
mendapat gelar sarjana
, tampaknya belum puas, lalu kemudian melanjutkan studi ke tingkat doktoral,
Pada tahun 1922 Han Tiauw Tjong berhasil meraih gelar doktor di Universiteit te
Delft (lihat De Maasbode, 14-09-1922). Disebutkan di Universiteit te Delft
promosi menjadi doktor di bidang teknik Han Tiauw Tjong pada tanggal 13 di
Technische Hoogeschool dengan met lof (pujian atau cumlaude).


Besar kemungkinan Han Tiauw Tjong sudah lulu ujian pada bulan April tetapi secara baru
diumumkan pada bulan September 1822. Hal ini terungkap sebagai berikut: P
ada tanggal 4 Maret dalam
pertemuan Chung Hwa Hui yang diadakan di Den Haag nama Han Tiouw Tjong sudah
dicatat dengan gelar doktor (lihat De Preanger-bode, 11-04-1922). Disebutkan
dalam pidato pengunduran dirinya, ketua Chung Hwa Hui yang mengundurkan diri,
Dr. Han Tia
uw Tjong, menguraikan kebangkitan
China
. Setelah itu, ketua baru, Be
Tiat Tjong, berterus terang. yaitu pidato penerimaannya, dimana ia membahas
posisi orang Cina di Hindia. ‘Kami orang Cina, mendukung orang Indonesia
(baca: pribumi) sesama orang Asia dan kami
sebagai
orang Cina, bukan sebagai orang (pribumi) Indonesia, karena kami memang
bukan. Dalam penutupan pertemuan kepada Han Tiouw Tjong diberi anggota
kehormatan
. Pernyataan Be Tiat Tjong ini seirama dengan
pernyataan
Han
Tiauw Tjong
di dalam Kongres Indonesia
tahun 1918.

Sejauh yang diketahui, Han
Tiauw Tjong dapat dikatakan orang
kedua orang
Cina asal Hindia yang meraih gelar doktor.
Yang pertama adalah Oei Jan Lee dalam bidang hukum
di Leiden pada tahun 1888. Dalam hal ini
Han Tiouw Tjong berhasil mempertahankan desertasi
dengan judul De
Industrialisatie van China
(lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 13-09-1922).
Disebutkan Han Tiouw Tjong, insinyur mesin lahir di Probolinggo. Dengan topik
itu diduga mengapa Han Tiouw Tjong mengambil tema kebangkita
n China dalam pidato pengunduran
diri dalam pertemuan Chung Hwa Hui bulan Maret.


Orang Indonesia yang telah meraih gelar doktor di Belanda hingga 1922
sudah ada beberapa mahasiswa. Yang pertama meraih gelar doktor (PhD) adalah H
oesein Djajadiningrat pada tahun
1913 di Universiteit te Leiden dalam bidang sastra
dan filsafat dengan predikat pujian (cumlauede). Lalu kemudian disusul Dr. Sarwono (medis,
1919), Mr. Gondokoesoemo (hukum 1922) dan RM Koesoema Atmadja (hukum 1922).
Catatan: Pada tahun 1922 yang menjadi
ketua Indische Vereeniging adala
h Dr Soetomo
yang mengikuti studi kedokteran di Universiteit Amsterdam. Dr H
oesein Djajadiningrat adalah
ketua Indische Vereeniging yang kedua
tahun 1911 (setelah
Soetan Casajangan 1908-191
1).

Setelah kelulusan Han Tiauw
Tjong bersama istri melakukan resepsi dengan mengundang sejumlah pihak di
Restaurant Royal (lihat De Maasbode, 15-09-1922). Resepsi ini juga terkait
dengan perpisahan karena keberangkatan mereka ke Cina dalam beberapa hari ke depan.


Dalam resepsi ini turut hadir promotor Prof Dr JH Valckenier, Konsuler
Tiongkok di Den Haag, Wang Kouang Kij; para anggota Kedutaan Cina, dan beberapa
teman Cina dan Belanda dari Han Tiauw Tjong. Tentu saja sebelum keberangkatan
ke Cina, Han Tiouw Tjong kembali dulu ke tanah air. Ini dapat dilihat
keberangkatan Han dengan kapal ss Prinses Jualiana dari Amsterdam pada tanggal
16 September dengan tujuan akhir Batavia (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant,
15-09-1922). Dalam manifes kapal tercatat nama Han Tiouw Tjong dengan istri
beserta dua anak.

Setelah kepulangan Han Tiouw
Tjong dari Belanda, desertasinya diterbitkan
oleh sebuah penerbit Hijman di Arnhem dengan judul
yang sama
dengan desertasi (lihat Nieuwe
Rotterdamsche Courant, 30-09-1922). Disebutkan harga buku f12. Sebelumnya juga
pernah buku Soetan Casajangan (ketua Indische Vereeniging yang pertama)
diterbitkan tahun 1913 berjudul Indische Toestanden Gezien Door Een Inlander’
(negara bagian di Hindia Belanda dilihat oleh penduduk pribumi) yang
diterbitkan di Baarn oleh
percetakan
Hollandia-Drukkerij.


Tidak diketahui apakah Dr Han Tiouw Tjong telah ke Cina. Yang jelas pada
bulan April diberitakan Dr Han Tiouw Tjong berangkat dengan kapal ss Koningin
der Nederlanden ke Sabang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-04-1923). Dalam
manifesr kapal tercatat nama Han Tiouw Tjong dengan istri beserta dua anak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Chung Hwa Hui dan Indische Vereeniging di Belanda: Kongre
Indonesia di Belanda hingga Volksraad di Batavia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999).
Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top