*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia? Tentu saja belum pernah
ditulis. Bagaimana dengan sejarah dokter-dokter Indonesia sejak era Pemerintah
Hindia Belanda? Tentu saja belum pernah ditulis. Doktor adalah gelar akademik
tertinggi. Artikel ini hanya menedeskripsikan doktor-doktor Indonesia lulusan
Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia. Diantara mereka juga ada dokter
yang meraih gelar doktor.
Sejarah
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Adapun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dibentuk
pada tahun 1911. Semula, organisasi dokter Indonesia bernama Vereniging van
Indische Artsen. Pada 1926, namanya berubah menjadi Vereniging Van Indonesische
Genesjkundigen (VIG). VIG dibubarkan pada 1943, kemudian berubah menjadi Jawa
izi Hooko-Kai. Perubahan nama itu setelah kongres VIG di Solo pada 1940.
Kemudian, lahirlah “Muktamar Dokter Warga Negara Indonesia (PMDWNI)”
yang diketuai oleh Dr. Bahder Djohan pada 30 Juli 1950. Selanjutnya, Muktamar I
Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park pada tanggal 22-25
September 1950. Melalui muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih
menjadi Ketua Umum IDI pertama dan meresmikan Hari Dokter Nasional pada 24
Oktober. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merupakan wadah yang mengikat dokter
se-Indonesia. Tujuan dibentuknya IDI: Memadukan segenap potensi dokter dari
seluruh Indonesia; Menjaga dan meningkatkan harkat dan martabat serta
kehormatan profesi kedokteran; Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran; Meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia untuk menuju masyarakat
sehat dan sejahtera. (https://www.detik.com/).
Lantas bagaimana sejarah doktor-doktor
Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir di Indonesia? Seperti
disebut di atas, doctor adalah gelar akademik tertinggi. Ada juga dokter
Indonesia yang meraih gelar doktor.
Dalam hal ini perlu mengetahui kebedaan Indische Vereeniging di Belanda.
Lalu bagaimana sejarah doktor-doktor Indonesia lulusan Belanda sebelum Belanda berakhir
di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Doktor-Doktor Indonesia Lulusan Belanda Sebelum
Belanda Berakhir di Indonesia; Indische Vereeniging
Sarjana-sarjana asal Hindia sebenarnya setara dengan
siswa Belanda di Belanda yang melanjutkan Pendidikan di perguruan tinggi Belanda
dan mendapat gelar sarjana dan doctor. Sarjana asal Hindia dalam hal ini adalah
siswa Belanda, Cina dan pribumi yang berasal dari Hindia. Dr Abdoel Rivai,
lulusan Docter Djawa School Batavia melanjutkan studi kedokteran di Amsterdam.
Setelah berhasil di Amsterdam kemudian dipromosikan sebagai doktor di Ghent, Belgia
(lihat Het
vaderland, 24-07-1908). Disebutkan ujian universitas, Abdoel Rivai, mantan dokter di
Amsterdaam, telah dipromosikan menjadi
doktor kedokteran di Ghent. Ini
adalah orang Melayu (baca:
pribumi/Indonesia) pertama yang memperoleh gelar tersebut.
Pada tahun 1883 Oei Jan Lee, putra letnan Cina di Bandanaira, setelah
menyelesaikan sekolah menengahj HBS di Koning Willlem School Batavia melanjutkan
studi ke perguruan tinggi di Belanda. Pada tahun 1888 Oei Jan Lee berhasil
mendapat gelar sarjana hukum (Meester of Recht). Tidak puas dengan pencapaian
itu, Oei Jan Lee melanjutkan studi ke tingkat doctoral dan berhasil tahun 1889
dengan gelar doctor di bidang hukum.
Dr Abdoel Rivai adalah pribumi pertama yang meraih
gelar doktor di Belanda. Dalam hal ini, pada waktu tidak ada perguruan tinggi
di Hindia dan hanya bisa dimasuki di Belanda. Namun yang menjadi masalah adalah
mengapa gelar tertinggi akademik itu harus diperoleh Abdoel Rivai di luar
negeri di Belgia? Fakta bahwa Hindia menggunakan nama Belanda sebagai Hindia
Belanda.
Jumlah pelajar/mahasiswa pribumi di Belanda sekitar 20 orang. Yang paling
awal tiba di Belanda adalah Raden Kartono (abang RA Kartini) tahun 1896 (segera
setelah lulus HBS di Semarang). Lalu kemudian menyusul Abdoel Rivai tahun 1900
dan dua guru tahun 1903 yakni Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dan
Djamaloedin. Yang juga tiba pada tahun 1903 adalah Raden Soemardji. Selanjutnya
pada tahun 1905 tiba Hoesein Djajadiningrat, Dr Asmaoen, Dr Benjamin, Raden Soemitro.
Pada tahun 1906 tiba RM Noto Soeroto. Pada tahun 1907 ada beberapa yang tiba di
Belanda. Pada tahun 1907 Soetan Casajangan lulus ujian dan mendapat gelar akta
guru LO dan kemudian disusul Dr Abdoel Rivai dan Dr Asmaoen berhasil meraih
gelar dokter di Amsterdam. Soetan Casajangan tidak segera kembali ke tanah air,
karena ingin melanjutkan pendidikan untuk mendapat akta guru MO. Dr Abdoel Rivai
juga ingin melanjutkan pendidikan, tetapi Dr Asmaoen segera kembali ke tanah
air pada tahun 1908.
Berhasilnya Dr Abdoel Rivai meraih gelar doktor di
Belgia telah menimbulak reaksi diantara orang Belanda di Belanda. Mereka menyesalkan
di luar negeri Abdoel Rivai diterima. Orang Belanda menuding ada yang salah
dalam lembaga pendidikan tinggi di Belanda dalam hubungannya dengan sarjana
pribumi yang ingin studi doctoral. Sebaliknya, mereka menyondiri, lembaga pendidikan
tinggi menerima dengan baik. Rekan sebangsa Abdoel Rivai akan menirunya. Mereka
menyalahkan system yang ada: ‘Selama dokter hanya terbatas pada orang Belanda
asli, itu sudah cukup buruk, tapi cara kita agak aneh’ (lihat Land en volk, 24-07-1908).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Indische Vereeniging: Hoesein Djajadiningrat hingga
Masdoelhak Nasoetion
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.