Sejarah

Sejarah Mahasiswa (45): Doktor Hukum di Leiden Mr Masdoelhak Nasution; Penasehat Hukum Presiden Dibunuh Belanda di Jogja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dewan
Keamanan PBB marah besar. pimpinan organisasi bangsa-bangsa berkantor di New
York meminta sebuah tim netral di Belanda untuk melakukan penyelidikan segera
atas kematian Dr. Mr. Masdoelhak Nasoetion di Yogyakarta 21 Desember 1948.
Reaksi cepat badan PBB ini untuk menanggapi berita yang beredar dan dilansir di
London sebagaimana diberitakan De Heerenveensche koerier: onafhankelijk dagblad
voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 01-02-1949. Koran ini
mengutip pernyataan pers dari kepala kantor Republik Indonesia di London yang
pernyataannya sebagai berikut: ‘sejumlah intelektual terkemuka di Indonesia,
diantaranya Masdulhak, seorang penasihat pemerintah dibunuh hingga tewas tanpa
diadili’.


Masdoelhak
lahir di Sibolga. Ia menyelesaikan pendidikan dasar Belanda (ELS) di Sibolga,
kemudian melanjutkan ke Sekolah MULO di Medan dan AMS di Jawa. Ia menjadi salah
satu lulusan terbaik AMS dan mendapat kesempatan kuliah di Belanda. Tanggal 4
Oktober 1930, Masdoelhak berangkat dari Batavia menuju Belanda dan kuliah di
Universitas Leiden, Bagian Hukum. Saat kuliah, Ia bergabung dengan mahasiswa
pribumi lainnya dan kenal baik dengan Mohammad Hatta. Ia mengenal Adriana van
der Have, Anak dari Dosen Ekonomi Mohammad Hatta, mereka menikah tahun 1932.
Pernikahan mereka ditentang oleh keluarga van der Have. Mereka pindah ke
Utrect, Istrinya bekerja di laboratorium kesehatan masyarakat. Ia melanjutkan
pendidikan meraih gelar Doktor, dan lulus pada tahun 1943 dengan judul
desertasi Kedudukan perempuan di masyarakat Batak. Setelah Proklamasi 17
Agustus 1945, Ia dan keluarganya pindah dari Belanda ke Indonesia. Ia pernah
menjabat kepala pemerintahan Sumatra Tengah, kemudian di tarik ke Yogyakarta
menjadi Staf Wakil Presiden. Ia meninggal 21 Desember 1948, Setelah diculik
oleh Militer Belanda di depan anak-anaknya dari rumahnya di Kaliurang. Ia
dieksekusi tanpa peradilan oleh Sersan Mayor Marinus Geelhoed
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Masdoelhak Nasution doktor
hukm Leiden? Seperti disebut di atas, Masdoelhak Nasoetion menyelesaikan studi
fukum di Belanda dan mendapat gelar doktor. Di awal era Republik Indonesia,
sebagai penasehat hukum presiden dibunuh Belanda di Jogja (1948). Lalu bagaimana
sejarah Masdoelhak Nasution doktor hukm Leiden? Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Masdoelhak Nasution Doktor Hukm Leiden; Penasehat
Hukum Presiden Dibunuh Belanda di Jogja (1948)

Masdoelhak adalah anak Padang
Sidempoean kelahiran Siboga. Nama lengkapnya Masdoelhak Nasoetion gelar Soetan
Oloan
. Masdoelhak, anak keenam dari
tujuh bersaudara ini setelah menyelesaikan pendidikan dasar Belanda (ELS) di
Siboga berangkat sekolah MULO di Medan dan kemudian dilanjutkan ke AMS di Jawa
dan tinggal bersama abangnya Makmoen Al Rasjid (dokter lulusan STOVIA). Pada
tahun 1930, Masdoelhak anak seorang pengusaha di Residentie Tapanoeli ini lulus
ujian AMS. Dari 55 kandidat lulus 42 orang dan Masdoelhak salah satu dari lima
siswa terbaik yang direkomendasikan melanjutkan ke pendidikan tinggi di Negeri
Belanda (lihat, Soerabaijasch handelsblad, 19-05-1930).


Rekomendasi tersebut dapat dipenuhi. Masdoelhak berangkat dari
Batavia dengan menumpang kapal s.s. Prins der Nederland’
dengan tujuan akhir Amsterdam tanggal 4 Oktober
1930 (lihat De Telegraaf, 01-10-1930).
Dalam manifest kapal, namanya dicatat Masdoelhak Hamonangan

Di Universiteit Leiden,
Masdoelhak mengambil bidang hukum. Selama kuliah Masdoelhak yang terbilang
cerdas ini juga aktif dalam organisasi ekstrakurikulir. Masdoelhak dan
kawan-kawan di Universitas Leiden menggagas didirikannya himpunan mahasiswa
untuk mempromosikan Indonesia dengan nama 
Studentenvereniging ter bevordering van de Indonesische Kunst (SVIK)
(lihat De tribune: soc. dem. Weekblad,
23-11-1935).


Menurut Pasal 2 Anggaran Dasar organisasi ini dinyatakan bertujuan untuk
mempromosikan seni rupa Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran akan seni
rupa Indonesia dan ekspresi lain dari budaya Indonesia. Organisasi mahasiswa
yang diresmikan tanggal 1 November 1935 ini sebagai ketua disebut Masdoelhak
Hamonangan gelar Soetan Oloan

Setelah lulus tingkat sarjana
di Universiteit Leiden, Masdoelhak tidak pulang melainkan melanjutkan
pendidikan ke tingkat doktoral di Utrecht (Rijksuniversiteit). Pada tahun 1943
Masdoelhak lulus ujian do
ktoral
sebagaimana dilaporkan Friesche courant, 27-03-1943. Masdoelhak berhasil
mempertahankan desertasinya yang berjudul ‘De plaats van de vrouw in de
Bataksche Maatschappij’ (Tempat perempuan dalam masyarakat Batak).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penasehat Hukum Presiden Dibunuh Belanda di Jogja
(1948): Mengapa Masdoelhak Nasution Doktor Hukm Leiden Dibunuh?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top