Sejarah

Sejarah Mahasiswa (48): Soemitro Djojo Hadikoesoemo Studi di Rotterdam Meraih Gelar Doktor Ekonomi; Dr Sjamsi Widagda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak
siswa asal Hindia (baca: Indonesia) yang melanjutkan studi di Belanda yang
mengambil bidang ekonomi, termasuk Mohamad Hatta. Namun hanya beberapa saja
yang berhasil meraih gelar doktor. Yang pertama adalah Sjamsi Widagda meraih
gelar doctor pada tahun 1926 lalu kemudian Soemitro Djojohadikoesoemo dan Ong
Eng Die.


Prof.
Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo lahir di Kebumen 29 Mei 1917. Anak sulung dari
Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Ia memulai pendidikan di sekolah Europeesche
Lagere School (setara sekolah dasar) dan belakangan Opleiding School Voor
Inlandsche Ambtenaren di Banyumas. Pada tahun 1935, setelah menyelesaikan
pendidikan di Hindia Belanda, Soemitro melanjutkan studinya ke Sekolah Tinggi
Ekonomi (Nederlandsche Economische Hogeschool) di Rotterdam. Pada masa itu,
karena depresi besar, tidak banyak putra Indonesia bahkan keturunan priyayi
yang dapat berkuliah di luar negeri. Ia juga sempat menempuh kursus filosofi
dan sejarah di Universitas Paris selama setahun, antara 1937 hingga 1938
setelah ia mendapatkan gelar sarjana dari Rotterdam. Selama studinya, ia turut
bergabung dalam organisasi mahasiswa Indonesia yang bertujuan mempromosikan
seni budaya Indonesia. Saat Soemitro sedang menyelesaikan disertasinya di
Rotterdam, pada bulan Mei 1940, Jerman Nazi menyerbu Belanda. Ia tetap berhasil
menyelesaikan disertasinya pada tahun 1943, yang berjudul Het Volkscredietwezen
in de Depressie (“Kredit Rakyat di Masa Depresi”), dan ia memperoleh
gelar doktor ekonomi.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo
studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti disebut di atas, mahasiswa
Indonesia hanya beberapa yang berhasil meraih gelar doctor ekonomi. Yang
pertamma adalah Dr Sjamsi Widagda. Lalu bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo
studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Soemitro Djojo Hadi Koesoemo Studi di Rotterdam Meraih
Gelar Doktor Ekonomi; Dr Sjamsi Widagda

Soemitro Djojohadikoesoemo diterima di sekolah elit
Batavia tahun 1930. Di sekolah Koning Willem III School Batavia tahun 1931 dilakukan
ujian transisi. Yang lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua antara lain
RM S Margono
Djojohadikoesoemo (lihat Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 02-05-1931).
Soemitro Djojohadikoesoemo naik dari kelas dua ke
kelas tiga di sekolah Koning Willem III School di Batavia (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 02-05-1932).


Sekolah Koning Willem III School di Batavia adalah sekolah menengah (HBS)
tertua di Hindia, dibuka sejak tahun 1860. Siswa yang diterima di HBS 5 tahun adalah
lulusan ELS di tahun pertama atau siswa lulusan MULO atau lulus kelas tiga di
HBS 3 tahun yang ditenmpatkan di kelas empat. Mulai kelas empat dibagi ke dalam
dua afdeeling (jurusan) yakni Afd-A (lit, econ); Afd-B (Wis en Nat). Sekolah
elit lainnya di Batavia adalah Prins Hendrik School yang dibuka sejak 1915,
Ayah
Soemitro
Djojohadikoesoemo
, adjunct
inspect Centrale Kas RM Margono Djojohadikoesoemo di Malang dipindahkan ke
Weltevreden sebagai Adviser voor Volkscredietrwezen en Cooperatie (lihat De
Indische courant, 17-03-1930).
 

Soemitro Djojohadikoesoemo tidak melanjutkan di sekolah
KW III School, tetapi mendaftar di sekolah Prins Henrik School Batavia. Mengapa?
Pada tahun 1934 Soemitro
Djojohadikoesoemo naik dari kelas empat ke kelas lima HBS Afdeeling-
A (sosial dan budaya) di sekolah
elit Prins Hendrik School di Batavia. RM Soemitro Djojohadikoesoemo lulus ujian
akhir di PHS (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1935). Dalam
daftar yang lulus
juga terdapat nama RR Moediarti
Djoened Poesponegoro.


Di sekolah Prins Hendrik School, Mohamad Hatta lulus tahun
1921
(langsung berangkat studi
ke Belanda),
Ida
Loemongga
Nasoetion lulus pada tahun 1922 (langusng berangkat studi ke
Belanda), Abdoel Hakim Harahap lulus pada tahun 1927 dan
. Anwar Makarim lulus tahun
1936 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-06-1936). Setahun sebelumnya Soemitro
Djojohadikoesoemo lulus di Afdeeling A dan langsung melanjutkan studi ke
Rotterdam.
Catatan: Anwar Makarim
adalah kakek dari Nadiem Makarim.
 

RM Soemitro Djojohadikoesoemo melanjutkan studi ke Belanda.
RM
Soemitro Djojohadikoesoemo dengan kapal Op ten Noort dari Tandjong Priok
tanggal 7 September yang dilanjutkan dengan kapal Postdam dari Singapoera pada
tanggal 10 September 1935 berangkat ke Belanda.
RM Soemitro Djojohadikoesoemo diterima di sekolah tinggi
ekonomi Rotterdam.


Raden Mas Soemitro Djojohadikoesoemo berhasil ujian candidat ekonomi di
Handelshoogeschool di Rotterdam (
liaht Nieuwsblad
van het Noorden, 22-10-1937). Sekolah tinggi ekonomi ini juga sebelumnya
Mohammad Hatta lulus tahun 1932.

Di Belanda Soemitro
Djojohadikoesoemo aktif organisasi mahasiswa. Dalam kepengurusan Roekoen
Peladjar Indonesia (ROEPI) terdiri dari ketua Hertog dan Wakil Ketua Daliloedin
Lubis. Organ ROEPI adalah majalah Soeara Roepi dengan ketua Redaksi Maroeto dan
para anggota Soemitro dan T. Tobing (
lihat Zaans
volksblad : sociaal-democratisch dagblad, 07-02-1939).


ROEPI adalah bagian dari
organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda (Perhimpoenan Indonesia).
Pengurus Perhimpoenan Indonesia
saat itu (periode 1936-1940) adalah Parlindoengan Lubis (ketua); Sidhartawan
(sekretaris); dan Mohamad Ildrem Siregar (bendahara). Parlindoengan Lubis
adalah abang dari Daliloedin Lubis.

Soemitro Djojohadikoesoemo
lulus ujian doktoral (Drs) di bidang ekonomi
tahun 1940 (lihat De Tijd:
godsdienstig-staatkundig dagblad, 11-07-1940). 
Saat ini di Belanda dalam situasi sedikit gamang karena Jerman menduduki
Belanda sejak Mei 1940. Tidak berapa lama, Parlindoengan Lubis lulus ujian dan
meraih gelar dokter (lihat De standard, 26-10-1940).


Namun dalam perkembangannya, Dr. Parlindoengan Lubis yang anti fasis
(termasuk anti Jepang) ditangkap militer Jerman lalu dijebloskan ke kamp NAZI
Jerman (satu-satunya orang Indonesia di kamp NAZI). Sidhartawan dikabarkan
meninggal tetapi Parlindoengan Lubis masih bisa bertahan. Selama tokoh-tokoh PI
ditahan, mahasiswa-mahasiswa masih bisa berkuliah. Daliloedin Lubis lulus dan
meraih gelar dokter dari Universiet Amsterdam tahun 1941.

Soemitro Djojohadikoesoemo melanjutkan
studi ke tingkat doktoral
dan akhirnya
dapat meraih gelar doktor (Ph.D) tahun 1943 di bidang ekonomi dengan desertasi
berjudul ‘Het volkscredietwezcn in de depressie’ (Maandschrift van het Centraal
Bureau voor de Statistiek = Revue mensuelle du Bureau Central de Statistique du
Royaume des Pays-Bas, 31-10-1943).


Setelah selesai studi, sebagaimana orang-orang Indonesia di Belanda tidak
bisa kembali ke tanah air karena sudah terputus hubungan antara Belanda dan
Indonesia. Orang-orang Indonesia, termasuk Dr. Soemitro tetap bertahan di
Belanda dan Dr Parlindoengan Lubis tetap di dalam tahanan di kamp konsentrasi
NAZI. Kepemimpinan Perhimpoenan Indonesia tetap eksis, meski tanpa ketua tetapi
FKN Harahap dan kawan-kawan tetap meneruskan perjuangan dengan menerbitkan
majalah yang pro kemerdekaan Indonesia. FKN Harahap (pecatur tangguh yang
pernah mengalahkan juara catur Belanda) menggaungkan kembali semangat Indonesia
dengan Indonesia Raya. Ini dapat dibaca pada edisi De bevrijding: weekblad
uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 15-05-1945:
‘Pada musim semi tahun 1944..kami tetap berjuang…kegamangan dalam
menyelesaikan studi…kami terus melawan Jepang… muncul utusan dari Kedutaan
Besar Jepang di Berlin untuk memberikan umpan, mahasiswa Indonesia membuang
umpan tersebut. Itu adalah siasat untuk menangkap Mahasiswa Indonesia dengan
jaring mereka… tiga tahun bagi orang Indonesia dari semua kehilangan hubungan
dengan keluarga mereka!..Untuk itu jangan lupa dan harus sadar
seberapa jauh studi Anda sudah
berkembang. Apakah Anda semua terburu-buru untuk ujian, atau mungkin ujian
terakhir Anda pergi?…FKN Harahap’.
 

Kegiatan mahasiswa Indonesia
juga dapat dibaca pada edisi De bevrijding: weekblad uitgegeven door de
Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945): ‘De
vrijheidsbetogingen te Amsterdam (9 Mei 1945). Demonstrasi besar di Amsterdam
dengan mengatasnamakan Perhimpunan Indonesia untuk menuntut kemerdekaan
Indonesia yang berkumpul di lapangan Istana Kerajaan. Bendera Merah Putih
menjulang diantara demonstrasi.


Banyak orang Amsterdam yang mendukung demo ini dengan simpati. Beberapa
orang Amsterdam juga ikut naik panggung untuk berbicara untuk mendukung
kemerdekaan Indonesia termasuk Wali Kota Amsterdam…FKN Harahap telah
berpidato, yang mewakili atas nama Perhimpoenan Indonesia untuk mengatakan
beberapa kata. mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Belanda untuk semua
dukungan dan simpati ini, yang mana orang Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir terus memperjuangkan kemerdekaan…’.

FKN Harahap dalam fase ini telah menjadi
pimpinan warga Indonesi di Belanda.
Rapat Umum yang dilakukan oleh kepanitiaan yang
dibentuk orang-orang Indonesia (Perhimpoenan Indonesia) yang disebut Verbond
van Indonesische Burger (VIB) diadakan di Foyer van de Stadsgehoorzaal te
Leiden pada hari Jumat 13 Juli (lihat De kroniek, 11-07-1945).
Dalam rapat massa ini panitian
menghadirkan
dua pembicara
utama.


Dua pembicara tersebut adalah R. Poeradiredja dengan judul ‘Indonesie!
Beheer of Bevrijding?’ dan RM Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo dengan judul
‘Sociaal-economische problemen rondom Indonesie’.
Dua tema ini menjadi sangat penting: Pertama, soal
pembebasan (kemerdekaan) yang disampaikan oleh R
Poeradiredja. Kedua, soal masalah social
dan ekonomi yang terus memburuk di Indonesia.

Pada menjelang kemerdekaan, Indonesia sudah memiliki
sejumlah ahli/ilmuwan. Di bidang ekonomi
RM Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo adalah ahli ekonomi Indonesia
di Belanda dan Dr Sjamsi Widagda ahli ekonomi di Indonesia. Keduanya meraih
gelar doctor ekonomi di Rotterdam. Ekonom senior Sjmsi Widagda (doktor tahun
1926) dan Soemitro sebagai ekonom junior (doctor tahun 1943).


Keahlian yang lain yang juga dibutuhkan saat itu adalah di bidang hukum,
terutama dalam hukum internasional.
Masdoelhak Nasoetion ahli hukum
Indonesia di Belanda, meraih helar doktor tahun 19432 (lihat Friesche courant,
27-03-1943). Soemitro dan Masdoelhak adalah dua putra Indonesia yang berhasil
dalam situasi sulit (masa perang) dalam studi dan meraih gelar doctor.

Pada saat Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan
di Djakarta (pasca Sekutu menaklukkan Jepang), Sekutu belum lama menghancurkan
Jerman/NAZI
di Eropa. Parlindoengan Lubis yang selama ini ditahan di
kamp militer Jerman
dibebaskan. Dalam situasi
inilah para sarjana Indonesia di Belanda memungkinkan kembali ke tanah air.
Parlindoengan Lubis, Soemitro
Djojohadikoesoemo dan lainnya secara bertahap pulang ke tanah air. Sementara
FKN Harahap
yang menjadi pimpinan warga
Indonesia di Belanda,
yang belum selesai studi, kembali ke bangku kuliah untuk tetap meneruskan studi.


Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan masuknya Sekturu/Inggris ke
Indonesia dalam rangka pelucutan dan evakuasi militer Jepang dan pembebasan
internran Eropa/Belanda, mulai menguat Gerakan Belanda untuk memasuki
Indonesia. Dalam mengantisipasi itu, Perhimpoenan Indonesia di Belanda
mengeluarkan
sebuah
manifesto di Belanda
yang kemudian diumumkan yang mana meminta agar orang Belanda untuk menahan diri
untuk
berperang (dengan orang Indonesia) dan memberi kesempatan bagi Indonesia untuk
mandiri. Penandatangan manifesto ini termasuk didalamnya FKN Harahap (
lihat De waarheid, 03-01-1946).

Menanggapi perkembangan situasi dan kondisi Indonesi
yang semakin panas, sehubungan dengan sidang PBB di London, didatangkan
delegasi Belanda dan delegasi Indonesia. Delegasi Indonesia ke sidang PBB diwakili
oleh Dr Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dr Zain (lihat Amigoe di Curacao:
weekblad voor de Curacaosche eilanden, 22-01-1946). Keduanya di sidang PBB
menyangkal usulan Belanda (lihat Het Parool, 18-03-1946). Keduanya akan
berangkat ke Indonesia (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 28-03-1946).


Dr Soemitro Djojohadikoesoemo yang sudah di tanah air, bergabung dengan kabinet
Soetan Sjahrir. Dr Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi penasehat ekonomi cabinet.
Dua tokoh utama dalam cabinet ini adalah Soetan Sjahrir sebafgai Perdana
Menteri merangkap Menteri Lur Negeri dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai
Menteri Pertahanan. Namun tidak terduga ada sabotage di Soerakarta (lihat Algemeen
Handelsblad, 01-07-1946). Dalam sabotage ini, Sjahrir, Darmawan, Soemitro dan (Mayor)
Soedibio plus Soedarsomo dan lainnya diculik satu kelompok tertentu dari TRI
dan kemudian ditahan di penjara. Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin Harahap
bergegas dari Djogjakarta (ibu kota RI) untuk mermbebaskannya. Dan berhasil
dibebaskan dalam kondisi selamat di bawah ke Djogjakarta. Penculikan dialamatkan
kepada kelompok pendukung Tan Malaka (lihat Het dagblad: uitgave van de
Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 01-07-1946). 

Berita lain dalam edisi ini diberitakan pengumuman di media bahwa Dr. Hj
van Mook, atas permintaannya sendiri, sebagai Letnan Gubernur Jenderal akan
mengundurkan diri. Catatan: HJ van Mook adalah ketua Kongres Hindia di Belanda
tahun 1917, suatu kongres mahasiswa Belanda, Cina dan pribumi asal Hindia. Usul
perwakilan mahasiswa pribumi untuk menggunakan nama Indonesia diadopsi. Kongres
berikutnya tahun 1918 nama kongres sudah diubah menjadi Kongres Indonesia. HJ
van Mook kelahiran Semarang yang sangat mencintai Indonesia dan cukup dekat
dengan para pemimpinan Indonesia yang lulusan Belanda.

Sementara itu di Belanda, dalam situasi dan kondisi
yang masih sulit a
khirnya FKN Harahap berhasil menyelesaikan studi. FKN Harahap dinyatakan lulus dan meraih gelar sarjana di Vrijs Universiteit (Universitas
Merdeka) Belanda
(lihat Friesch dagblad, 10-07-1946).


Sementara kawan-kawannya seperjuangan, seperti Dr. Drs Soemitro, dokter Parlindoengan
Lubis dan dokter Mohamad Ildrem Siregar sudah berada di Indonesia dan sebagian
yang lain ke luar negeri dalam hubungannya dengan kepentingan Indonesia.
FKN Harahap juga bersiap-siap pulang ke
tanah air.

FKN Harahap akhirnya kembali ke tanah air.
Perjuangan FKN Harahap dan kawan-kawan
selama perang seakan mengakhiri Perhimpoenan Indonesia. Sebagaimana diketahui
Perhimponenan Indonesia dengan nama Inidche Vereeniging
digagas oleh Radjioen Harahap
gelar Soetan Casajangan pada tahun 1908. Jika dulu (1908) H
oesein Djajadiningrat dan Soetan
Casajangan bahu-membahu mengawali, maka tahun 1945 FKN Harahap dan Soemitro
Djojohadikoesomo mengakhiri
nya.


Sisa para
diaspora
Indonesia di Belanda yang
pro Indonesia akhirnya kembali ke tanah air. Dalam rombongan terakhir inio
termasuk FKN Harahap (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1951
). Disebutkan kembali di tanah air, dari Calcutta FKN Harahap dengan pesawat KLM tiba
di Bandara Kemajoran. Di tanah air, FKN Harahap memulai karir sebagai dosen di
Akademi Wartawan di Batavia.
Suatu akademi yang dibangun oleh jurnalis senior Parada Harahap (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-04-1952).
Disebutkan akta Notaris pada tanggal 12 Maret tahun ini. Di Jakarta ‘Akademi
Wartawan’ yang sudah lebih ada dari setahun, menjadi yayasan. Akademi Wartawan
ini dipimpin oleh Dekan, Parada Harahap. Staf dosen antara lain Hamka, T.
Soedjanadiwirja-Harahap, Ds. FKN Harahap dan Prof. dr. R. Beerling’.

Dr Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi sebagai
penasehat ekonomi selama Kabiet Soetan Sjahri dan selama Kabinet Amir
Sjarifoeddin Harahap. Dala, Kabinet Sjahrir ke-3 adakalanya Dr Soemitro sebagai
pejabat yang menggantikan Menteri Keuangan Sjarifoedin Prawiranegara (lihat
misalnya Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 20-11-1946).
Dr Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dr Ong Eng Die menginisiasi pembentukan perusahaan
pemerintah di bidang perbankan dan perdagangan. Apakah ini awal dari lahirnya
BUMN Indonesia?


Eindhovensch dagblad, 14-01-1947: ‘Telah mendirikan Perusahaan Perbankan
dan Perdagangan (Banking en Trading Corporation Ltd”. Modal perusahaan sebesar
20 juta gulden dan 4 juta gulden diantaranya telah disetor. 60 persen sahamnya
dimiliki oleh pemerintah republik, sedangkan 40 persennya dimiliki publik.
Manajemen perusahaan terdiri dari Dr. Soemitro dan Dr Ong Eng Die. Dr. Somitro
adalah penasihat ekonomi delegasi Belanda untuk PBB pada tahun 1945 bersama Mr
Ali Sastroatmodjojo’.

Ong Eng Die dan Soemitro sama-sama alumni Belanda
(di Rotterdam).

Ong Eng Die diketahui telah
meraih gelar doktor (PhD) dissertatie dengan topik het economische, sociale en
cultureele leven der Chineezen in Nederlandsch -Indie (lihat Maandschrift van
het Centraal Bureau voor de Statistiek = Revue mensuelle du Bureau Central de
Statistique du Royaume des Pays-Bas, 30-06-1943).


Demikianlah seterusnya, Dr Soemitro Djojohadikoesoemo begitu penting
posisinya di dalam pemerintahan Republik Indonesia. Tentu saja itu karena
keahlian dan kemampuannya yang berkaitan dengan urusan ekonomi. Dr Sjamsi
Widagda, yang sempat sebagai Menteri Keuangan pada saat permulaan Republik (pasca
proklamasi kemerdekaan) sudah sangat senior. Kini, Dr Soemitro
Djojohadikoesoemo yanhg lebih banyak berperan.

Dr Soemitro Djojohadikoesoemo baru mendapat posisi
dengan jabatan Menteri pada Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
sebagai Menteri Perdagangan dan Inidustri; Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni
1953) sebagai Menteri Keuangan; dan Kabinet Boerhanoeddin Harahap (12 Agustus
1955-3 Maret 1956) sebagai Menteri Keuangan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Sjamsi Widagda: Nederlandsche Economische
Hogeschool Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999).
Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan
pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top