Sejarah

Sejarah Mahasiswa (5): Soetan Casajangan dan Guru Muda; Sarjana Keguruan Pertama Indonesia dan Pejuang di Bidang Pendidikan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Tidak
pernah terlalu tua untuk belajar dan melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Itulah Soetan Casajangan, tokoh mahasiswa pertama di Belanda, jauh sebelum era
Mohamad Hatta dkk. Soetan Casajangan, seorang guru berangkat dari Padang
Sidempoean ke Belanda tahun 1903 untuk melanjutkan studi. Usianya tidak muda
lagi, sudah memasuki umur 30 tahun. Sebagai seorang senior dan seorang guru,
Soetan Casajangan menginisiasi pendirian organisasi pelajar/mahasiswa di
Belanda tahun 1908 yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia).


Rajiun
Harahap (Soetan Casayangan Soripada) lahir 1874 adalah seorang pendidik dan
pemerakarsa berdirinya Perhimpunan Indonesia. Rajiun harahap lahir dari
keluarga yang di hormati, Kakeknya Patuan Soripada merupakan kepala Kuria Batu
Nadua. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kweekschool Padang Sidempuan,
Tahun 1904 Ia berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Ia belajar
di Harleem untuk Sekolah guru selama satu tahun sembilan bulan. Kemudian ia
menjadi asisten dosen Prof Charles Adriaan Van Ophuysen di mata kuliah Bahasa
Melayu, Sejarah Indonesia, Islam, Daerah dan Penduduk Indonesia. Selain itu ia
mengikuti pendidikan Hoofdacte selama tiga tahun dan menjadi Guru Bahasa Melayu
di sekolah dagang, di Rotterdam dan Harleem. Selama empat tahun (1913-1917),
Sutan Kasayangan mengajar di Bukittinggi dan Amboina dalam banyak mata pelajaran
Matematika, Ilmu ukur, Sejarah, Botani, Biologi, Fisika, Geografi disamping
ilmu Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda. November 1917 sampai Desember 1918, Ia
menjadi Asisten JH Nieuwenhuis dan Dr DA Rinkes. Pada tahun 1922, Ia ke Dolok
Sanggul bekerja sebagai Guru
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soetan Casajangan dan
guru-guru muda? Seperti disebut di atas, Soetan Casajangan salah satu tokoh
terpelajar di Belanda pada masa awal Pendidikan tinggi Indonesia. Soetan
Casajangan adalah sarjana keguruan pertama Indonesia dan pejuang di bidang Pendidikan.
Lalu bagaimana sejarah Soetan Casajangan dan guru-guru muda? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Soetan Casajangan dan Guru-Guru Muda; Sarjana Keguruan
Pertama Indonesia dan Pejuang di Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah satu bidang kehidupan, suatu
bidang yang harus dipelajari (dengan bahasa apapun), ditingkatkan yang produknya
menjadi instrument penting, dalam pergerakan spasial dan social. Dengan pendidikan
orang lebih mudah berpindah, orang lebih mudah terhubung satu sama lain meski
itu jauh. Terjadinya peningkatan pendidikan dapat meningkatkan status social (kesehatan
dan ekonomi), pengembangan kesadaran kelompok yang memungkinkan orang membentuk
persatuan untuk mencapai tujuan bersama. Melalui persatuan dapat bergotong royong
untuk memajukan pendidikan.


Pada tahun 1903 Dr AA Fokker berkunjung ke Hindia. Seorang sarjan bergelar
doctor yang fasih berbahasa Melayu tinggal di Belanda. Tujuannnya adalah untuk
menjajaki potensi pembaca dan kerjasama dengan berbagai pihak sehubungan dengan
penerbitan majalah dwimingguan di Ameterdam (Bintang Hindia). Dr AA Fokker
terutama di Batavia, Bandoeng dan Semarang, yang kemudian ke Padang dan Medan.
Di Padang Dr AA Fokker bertemu dengan pensiunan guru, pemilik sekolah dan
pemimpin surat kabar berbahasa Melayu Pertja Barat, Hadji Saleh gelar Dja Endar
Moeda. Tentu saja Dr AA Fokker tidak mengabaikan kesempatan bertemu dengan Charles
Adriaan van Ophuijsen (Inspektur Pendidikan Pribumi) yang banyak menulis artikel
dan buku dalam bahasa Melayu. Charles Adriaan van Ophuijsen adalah guru Dja
Endar Moeda di sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean. Charles Adriaan
van Ophuijsen cukup lama di Padang Sidempoean, lima tahun terakhir dari delapan
tahun sebagai direktur yang kemudian pada tahun 1889 diangkat menjadi Inspektur
Pendidikan Pribumi Wilayah Pantai Barat Sumatra di Padang. Dr AA Fokker cukup
puas ke Padang, karena Dja Endar Moeda akan mengirim dua guru ke Belanda untuk
membantunya, dan Dja Endar Moeda juga bersedia memasuk bahan dan mempromosikan
Bintag Hindia di Sumatra.

Pada akhir tahun 1903 Dja Endar Moeda membawa dua
guru (senior dan junior) ke Belanda. Paralel dengan keberangkatan mereka dari
Padang ke Belanda, dari Batavia dokter Abdoel Rivai berangkat ke Belanda
melalui Singapoera. Guru senior itu adalah Radjioen Harahap gelar Soetan
Casajangan guru di Padang Sidempoean; guru muda itu adalah Djamaloedin lulusan
sekolah guru di Fort de Kock. Soetan Casajangan adalah adik kelas Dja Endar
Moeda di sekolah guru Padang Sidempoean yang sama-sama pernah diajar CA van
Ophuijsen. Djamaloedin adalah asisten Dja Endar Moeda dalam mengelola majalah
Insulinde di Padang.


Di Belanda, pribumi asal Hindia yang sudah ada adalah Raden Kartono (abang
RA Kartini), yang sedang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi (tiba tahun
1896). Guru-guru muda yang dikirim pemerintah dulu, sudah kembali semuanya ke tanah
air (guru terakhir dari Belanda adalah JH Watimena tahun 1886). Dengan
kehadiran Soetan Casajangan, Djamaloedin dan Abdoel Rivai (yang bekerja di
redaksi Bintang Hindia di Amsterdam), paling tidak sudah ada empat pribumi
terpelajar di Belanda. Dja Endar Moeda sendiri tidak lama di Belanda dan segera
kembali ke tanah air. Mereka berempat hanay Raden Kartono dan Abdoel Rivai yang
Toefl-nya tinggi. Raden Kartono lulusan HBS Semarang dan Abdoel Rivai lulusan
Docter Djawa School. Soetan Casajangan dan Djamaloedin hanya sedang-sedang
saja, karena sejak 1884 bahasa Belanda di sekolah guru tidak diwajibkan lagi.
Dja Endar Moeda yang lulus sebelumnya 1884 memiliki kemampuan bahasa Belanda
yang baik.

Di Padang, tidak ada angin dan tidak ada awan,
tiba-tiba CA van Ophuijsen mendapat pesan telegram dari Menteri Koloni Idenberg
di Belanda (lihat
De locomotief, 28-01-1904). Disebutkan seorang calon
guru besar. Menteri Idenburg meminta nasihat dari Pemerintah Hindia Belanda
tentang penunjukan Inspektur Pendidikan Pribumi CA van Ophuijsen di Padang
sebagai profesor di Leiden, menggantikan lektor yang memasuki pensiunan
Klinkert. Baik pemerintah maupun inspektur tidak keberatan.


Ketika ayahnya sebagai Residen di Palembang, CA van Ophuijsen dikirim ke
Belanda untuk studi. Setelah menyelesaikan akademi kesehatan, ditempatkan di
angkatan laut yang akan bertugas di Hindia. Namun Pemerintah Hindia Belanda mengangkatnya
sebagai pegawai negeri dan ditempatkan di Panjaboengan, afdeeling Padang Sidempoean,
residentie Tapanoelie tahun 1876 sebagai ontvanger. Anehnya, di Panjaboengan
sebagai besar penduduk bisa membaca yang membuat Charles muda tertarik bahasa
dan sastra Batak. Beberapa kali Charler mengirim tulisannnya ke majalah di Batavia.
Saat mana Gubernur Jenderal berkunjung ke Panjaboengan dan Padang Sidempoean,
mengeluhkan kurang guru di berbagai tempat. Charles bersedia menjadi guru dan
kemudian mempersiapkan diri diantara tugas-tugasnya sebagai PNS. Suatu komite
ujian guru dibentuk di Padang dimana Charles diundang dan kemudian dinyatakan
lulus sebagai guru. Bertepatan tahun 1879 pembukaan sekolah guru di Padang
Sidempoean, Charles ditempatkan sebagai guru bahasa Melayu di sekolah guru
Probolinggo. Tidak lama setelah menikah di Probolinggo dengan seorang gadis
Belanda sebagai guru TK, tidak lama kemudian keluar berslit tahun 1881 dimana
CA van Ophuijsen dipindahkan ke sekolah guru Padang Sidempoan. Tentu saja Charles
tersenyum. Suatu kesempatan lagi untuk meneliti bahasa dan sastra Batak dan
tentu saja bahasa Melayu. Pada tahun 1881 ini langsung ke Padang Sidempoean.
Tiga tahun kemudian diangkat menjadi direktur sekolah guru Padang Sidempoean.
Singkat kata: sejak menjadi Inspektur Pendidikan Pribumi di Padang, CA van Ophuijsen
terus melakukan studi bahasa dan sastra Batak dan Melayu hingga ditunjuk
Meneteri Koloni menjadi guru besar bahasa Melayu di Universiteit te Leiden
(1904). Catatan: Panjaboengan adalah kampong halaman Sati Nasoetion alias
Willem Iskander pribumi pertama studi ke Belanda (1857) dan setelah menadapat
akta guru bantu kembali ke tanah air dan mendirikan sekolah guru di Tanobato,
dekat Panjaboengan pada tahun 1862. Pada tahun1874 sekolah tersebut ditutup
karena Pemerintah menunjuk Willem Iskander untuk membimbing tiga guru muda dari
Tapanoeli, Soerakarta dan Bandoeng studi ke Belanda. Willem Iskander yang juga
diberi beasiswa untuk mendapatkan akta guru kepala di Belanda diproyeksikan
akan menjadi direktur sekolah guru di Padang Sidempoean yang akan dibuka 1879.
Namun setelah menyelesaikan studi dan mendapatkan akta, Willem Iskander
meninggal di Belanda tahun 1876 sebelum keberangkatannya kembali ke tanah air.  

CA van Ophuijsen segera bergegas. Hanya ada sekali
kesempatan. Rumah CA van Ophuijsen di Kampong Djawa, Padang akan dilelang
(Sumatra bode, 06-02-1904). Ini mengindikasikan CA van Ophuijsen akan meninggalkan
Hindia dan mungkin tidak akan kembali lagi. CA van Ophuijsen adalah kelahiran
Sumatra, ayahnya pertama kali diangkat sebagai pejabat sebagai Controleur di
Natal (Residentie Tapanoeli) 1853-1855.


Het vaderland, 20-02-1904: ‘Pesan resm. Berdasarkan beslit tanggal 10
memutuskan mulai tanggal 1 April 1904, HO Klinker, atas permintaannya,
diberikan pemberhentian dengan hormat sebagai Lektor di Rijks Universiteit te
Leiden (Universitas Leiden) dan diangkat Profesor di faculteit der letteren en
wijsbegeerte (Fakultas Seni dan Filsafat) Universitas Leiden, untuk mengajar
bahasa dan sastra Malaju dan linguistik umum dari kepulauan Hindia, Ch A van
Ophuijsen, inspektur pendidikan pribumi di Padang’.

Ch A van Ophuijsen akan berangkat
tanggal 11 Maret (lihat Sumatra-bode, 29-02-1904). Disebutkan kapal ss Sindoro
dari Padang dengan tujuan akhir Rotterdam. Dalam manifes kapal terdapat nama inspektur
Ch A van Ophuijsen dengan istri dan seorang putri.


Berita CA van Ophuijsen yang segera menjadi guru besar di Leiden, tentu
saja membuat Soetan Casajangan sumringah di Belanda. Di Padang, Dja Endar Moeda
mengantarkan CA van Ophuijsen ke palabuhan Telok Bajoer. Sudah barang tentu pula
Soetan Casajangan akan menyambut kedatangan gurunya di pelabuhan Amsterdam.
Demikianlah guru tetap guru. Sama-sama pernah belajar dan mengajar di Padang
Sidempoean.
De Noord Brabanter, 20-05-1904: ‘Kemarin sore, Ch A Ophuijsen menjabat sebagai
profesor di Fakultas Seni dan Filsafat di Universitas Leiden di Auditorium
Agung Gedung Akademi dengan ceramah tentang “Puisi Rakyat Melayu”. Setelah
menunjukkan dalam pidato yang jenaka dan sangat menghibur, yang diikuti dengan
minat oleh banyak hadirin, bahwa bahasa Melayu baru-baru ini dipraktikkan
dengan keberhasilan praktis yang luar biasa oleh banyak orang Belanda yang
terpelajar, juga memberi gambaran yang sangat rinci tentang sejumlah produk
sastra rakyat dalam bentuk terikat dari masa lalu dan masa kemudian dalam
bahasa yang dilaporkan’. Besar kemungkinan Soetan Casajangan hadir. Tidak lama
kemudian
Soetan Casajangan, guru di Padang Sidempoean dan Djamaloedin di Belanda
meminta mengundurkan diri menjadi guru karena ingin melanjutkan studi.
Permintaan itu disetujui (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant,
26-07-1904).

Di Belanda, Soetan Casajangan mulai nyaman, mulai
bisa beradaptasi dengan lingkungan alam dan lingkungan social (lihat Sumatra-bode,
13-09-1904). Disebutkan Soetan Casajangan dan Djamaloedin untuk sementara tinggal
di Den Haag. Bintang Hindia berkantor di Amsterdam, tentu saja tetap berada di
Amsterdam. Lantas ada apa dua guru tersebut tinggal di Den Haag. Apakah sedang
menjajaki studi di Belanda? Soetan Casajangan kembali ke tanah air tanggal 5
Juli 1905 dari Amsterdam dengan kapal ss Prinses Juliana. Mengapa pulang?


De Sumatra post, 08-11-1905: ‘Vooruitstrevend. Diberitahukan bahwa seorang
guru
pribumi dari Tapanoeli, bernama Soetan
Kasajangan Soripada, yang sudah beberapa lama berada di Negeri Belanda,
memutuskan untuk mengikuti pelajaran di Haarlemsche Kweekschool voor O
nderwjzers, untuk mendapatkan
sertifikat
/akta Lager Onderwijs, agar kemudian kembali
ke Hindia, untuk berbalik dan mencari tempat pendidikan disini lagi
.

Di tanah air, keinginan Soetan Casajangan untuk
melanjutkan studi di Belanda terinformasikan. Apakah kehadiran CA van Ophuijsen
di Belanda telah mengubah tujuan Soetan Casajangan untuk studi lagi? Apakah kehadiran
sang guru di Belanda menjadi guru besar telah menginspirasi Soetan Casajangan untuk
studi lagi dan membuat Soetan Casajangan bersemangat lagi untuk belajar?
Kepastian studi ke Belanda semakin jelas di tanah air. Lantas kapan Soetan Casajangan
berangkat (lagi) ke Belanda?


De Sumatra post, 28-02-1906: ‘Een Batakker in Holland. Pertja Timor
melaporkan bahwa Soetan Kasjangan Soripada, mantan guru di sekolah pribumi di
Tapanoeli, dan saat ini menjadi anggota dewan redaksi Bintang Perrniagaan di
Amsterdam, memutuskan untuk mengikuti sekolah pelatihan guru di Haarlem. Ia
berharap bisa menyelesaikan studinya dalam satu atau dua tahun untuk mencapainya’.

Soetan Casajangan pada tahun 1906 tampaknya sudah
berada kembali di Belanda. Soetan Casajangan sudah menjalani proses pendidikan
di Den Haag (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 23-08-1906).
Disebutkan di Den Haag, 22 Agustus, pangeran Batak Raden Soetan Casajangan Soripada,
yang tinggal di negara kita untuk menyelesaikan pendidikannya sebagai guru,
hari ini mengunjungi sekolah dasar negeri di jalan Terwestenstraat disini,
kepala sekolahnya G Smelt.


Pada tahun 1906 ini di Belanda, jumlah pelajar/mahasiswa semakin
bertambah. Tidak lama setelah kedatangan Soetan Casajangan di Belanda tiba
dokter djawa M Boenjamin. Husein Djajadiningrat berangkat ke Belanda tahun 1904
(lihat Sumatra-bode, 28-06-1904).
Hoesein telah mengikuti
ujian penyataraan HBS di Leiden (lihat Algemeen Handelsblad, 19-06-1905). Pada
tahun 1905 datang Noto Kworo dan dokter djawa R Asmaoen. Djamaloedin memulai pendidikan
di tingkat persiapan Rijks-Landbouwschool. Djamaloedin satu kelas dengan Raden
Mas Soemardji dari Kediri. Abdoel Rivai juga akan melanjutkan studi kedokteran
di Belanda. Sebagai pengganti Abdoel Rivai (sebelumnya masih ada Soetan
Casajangan dan Djamaloedin) didatangkan dua dari Sumatra dan satu dari Jawa.
Mas Soengkono tiba tahun Februari 1906 di Belanda, kemudian menyusul Samsoeddin
Rassat pada bulan Mei 1906 serta disusul kemudian Amaroellah (gelar Soetan
Mangkoetapada bulan September 1906. Pada tahun ini juga tiba Noto Soeroto, Noto
Baroto dan R Soemitro. Mas Soengkono tidak memenuhi syarat lalu akan
dipulangkan ke kantor pusat Bintang Hindia di Hindia Belanda di Bandoeng pada
bulan Februari tahun 1907. Akan tetapi Mas Soengkono tidak bersedia dan
mengundurkan diri dari Bintang Hindia. Mungkin karena dipengaruhi oleh Soetan
Casajangan, Mas Soengkono tidak pulang tetapi melanjutkan studi di Wageningen
mengikuti jejak Djamaloedin (namun kemudian Mas Soengkono tidak kuat, lalu
sakit dan meninggal tahun 1907).
 

Pada bulan Mei 1907 Soetan Casajangan lulus ujian
mendapat akta guru (lihat Land en volk, 23-05-1907). Disebutkan tanggal 22 Mei
1907 lulus ujian akta guru (Lager Onderwijzer) di Haarlem. Disebut Soetan
Casajangan berasal dari Batoe Na Doea (Hindia Belanda). Pemberitaan Soetan
Casajangan ini sangat heboh. Padahal Soetan Casajangan hanya lulus pendidikan guru.
Mengapa? Apakah karena Soetan Casajangan yang pertama? Mengapa tidak heboh ketika
pribumi lainnya lulus R Asmaoen (kedokteran). Boleh jadi sebabnya karena yang
pertama. Tetapi mungkin tidak karena itu saja. Boleh jadi karena dalam hal
karena keguruaa/pendidikan. Sebab Pendidikan pribumi tengah mendapat sorotan di
Hindia Belanda (apakah pendidikan dasar, menengah maun Pendidikan tinggi).


Berita tentang kelulusan Soetan Casajangan menjadi menarik perhatian di
Belanda. Jurnalis mewancarainya (lihat Het vaderland, 25-05-1907). Berit aini dilansir
sejumlah surat kabar seperti Haagsche courant, 27-05-1907 dan Provinciale
Drentsche en Asser courant, 27-05-1907. Lalu kemudian tidak mau ketinggalan, surat
kabar Telegraaf mewawancarai Soetan Casajangan (lihat De Telegraaf, 03-06-1907).
Juga dilansir surat kabar lainnya.  Berita di atas juga dilansir surat kabar di
Hindia seperti De Sumatra post, 17-06-1907 dan De Preanger-bode, 21-06-1907; Deli
courant, 21-06-1907; De nieuwe vorstenlanden, 24-06-1907; Bataviaasch
nieuwsblad, 02-07-1907. Tidak lama kemudian diberitakan Djamaloedin bersama RM
Soemardji berhasil lulus ujian tingkat dua (lihat Algemeen Handelsblad,
10-07-1907). Soetan Casajangan kembali diwawancara jurnalis dari surat kabar
besar di Belanda (lihat Algemeen Handelsblad, 22-07-1907). Berita ini juga
dilansir surat kabar di Belanda, dan juga di Hindia seperti De locomotief, 16-11-1907.
Pada tahun ini R Asmaoen menyelesaikan pendidikan dokternya di Amsterdam (lihat
Het vaderland, 21-12-1907).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sarjana Keguruan Pertama Indonesia dan Pejuang di Bidang
Pendidikan: Willem Iskander, Soetan Casajangan dan Soetan Goenoeng Moelia

Setelah mendapat akta guru (yang bisa mengajar di
sekolah ELS di Hindia), Soetan Casajangan tidak buru-buru pulang ke tanah air.
Soetan Casajangan ingin melanjutkan pendidikan untuk mendapat akta guru kepala
(MO). Lembaga pendidikan satu-satunya yang menyelenggarakan tersebut adalah Rijkskweekschool
voor onderwijzers di Haarlem. Soetan Casajangan mempersiapkan diri. Soetan
Casajangan diterima dan memulai perkuliahan di Rijkskweekschool.


Rekan Soetan Casajangan yang sudah lulus, Dr R Asmaoen sudah pulang ke
tanah air pada bulan Juli 1908.  Dalam
perkembangannya diberitakan RM Soemardji Widjojosiwajo di Wageningen, asal
Trenggalek, Kediri dinyatakan lulus tahun 1908 (lihat Rotterdamsch nieuwsblad,
14-07-1908). Dalam daftar kelulusan ini tidak ada nama Djamaloedin. Lantas, apa
yang terjadi?). Dr. Abdoel Rivai kelahiran Benkoelen lulus tahun 1908 (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 10-07-1908). Rekan Asmaoen di Docter Djawa School, WK
Tehupelory relative bersamaan dengan Abdoel Rivai lulus di Amsterdam.

Pada tahun 1908 ini jumlah pelajar/mahasiswa pribumi
di Belanda sudah banyak. Pada bulan Juni sudah ada inisiatif Soetan Casajangan
untuk mendirikan organisasi pelajar/mahasiswa pribumi di Belanda. Setelah sempat
tertunda, Soetan Casajangan baru dapat merealisasikan pada bulan Oktober 1908.
Boleh jadi hal itu karena Soetan Casajangan belum benar-benar diterimana di Rijkskweekschool.
Lantas apa yang menjadi rujukan Soetan Casajangan untuk mendirikan organisasi di
Belanda sebagai organisasi kebangsaan? Boleh jadi karena di Batavia pada bulan
Mei oleh mahasiswa STOVIA asal Jawa mendirikan organisasi kebangsaan Boedi
Oetomo. Namun yang mendorong Soetan Casajangan diduga karena faktor Dja Endar Moeda
di Padang. Mengapa?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top