Sejarah

Sejarah Mahasiswa (6): Abdoel Rivai Lulus di Docter Djawa School, Studi ke Belanda Berjuang Jadi Doktor; Pers Bahasa Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Pada
awal perkembangan Pendidikan pribumi, sekolah guru dan sekolah kedokteran
adalah sekolah-sekolah tertinggi bagi pribumi di Indonesia (baca: Hindia
Belanda). Para guru dan dokter juga aktif dalam perkembangan jurnalistik
pribumi. Seorang pensiunan guru, Hadji Saleh gelar Dja Endar Moeda (1897)
pernah menyatakan ketika jurnalis Belanda bertanya: “pendidikan dan jurnalis
sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa”. 


Abdoel
Rivai (lahir 13 Agustus 1871 adalah dokter dan wartawan Indonesia. Ia merupakan
orang Indonesia pertama yang menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dari luar
negeri (Eropa), juga pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor dari
Universitas Gent, Belgia. Ayahnya, Abdoel Karim bekerja sebagai guru di sekolah
Melayu. Pada tahun 1886, di saat masih berusia 15 tahun dia diterima bersekolah
di STOVIA. Setamat tahun 1894, ia ditugaskan menjadi dokter di Medan.
Penghujung tahun 1899, Rivai melanjutkan pendidikan ke Belanda sambil membantu
berbagai surat kabar di Indonesia. Rivai merupakan orang Hindia Belanda pertama
yang bersekolah kedokteran di Belanda, dan berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya
pada tahun 1907. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Gent,
Belgia, melalui ujian terbuka dan dinyatakan lulus pada 23 Juli 1908, sekaligus
mencatatkan namanya sebagai pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor
di Eropa. Pada awal abad ke-20 Rivai terlibat perdebatan dengan A.A Fokker,
pejabat Belanda yang mengklaim lebih fasih berbahasa Melayu ketimbang orang
Melayu itu sendiri. Dalam perdebatan ini, Fokker berang karena ada orang
inlander yang berani menantangnya. Akibat kegemilangannya dalam berdebat, Rivai
diperbolehkan sekolah di Utrecht.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Abdoel Rivai, lulusan
Docter Djawa School dan studi kedokteran di Belanda? Seperti disebut di atas,
Abdoel Rivai setelah lulus Docter Djawa School dan berdinas di pemerintah
kemudian bekerja di bidang jurnalistik sebelum melanjutkan studi kedokteran di
Belanda. Dr Abdoel Rivai pejuang di bidang kedokteran. Lalu bagaimana sejarah Abdoel
Rivai, lulusan Docter Djawa School dan studi kedokteran di Belanda? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Abdoel Rivai, Lulusan Docter Djawa School dan Studi
Kedokteran di Belanda; Pejuang Bidang Kedokteran

Di Indonesia (baca: Hindia Belanda) hanya ada dua
sekolah tinggi bagi pribumi, sekolah yang lebih tinggi di atas sekolah dasar,
yakni sekolah guru (kweekschool) dan sekolah kedokteran (docter djawa school). Pada
tahun 1895 di Docter Djawa School di Batavia mengadakan ujian akhir, dikuti tujuh
siswa dan lulus semua termasuk Abdoel Rivai (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie
, 13-03-1895).


Pada tahun 1895 ini, di Padang Sidempoean, seorang guru bernama Radjioen
Harahap gelar Soetan Casajangan sudah lama mengajar dan merangkap sebagai
kepala sekolah di satu sekolah terpencil di lereng gunung Lubuk Raya, kampong
Simapil-apil. Apakah dia banyak cita-cita di tempat kesepian, tidak ada yang
mengetahui. Soetan Casajangan, lulus di sekolah guru (kweekschool) Padang
Sidempoean pada tahun 1887 (adik kelas Dja Endar Moeda yang lulus tahun 1884).
Sejak 1887 Soetan Casajangan tetap menjadi guru di sekolah dasar Simapil-apil.

Setelah lulus, Abdoel Rivai ditempatkan sebagai
dokter pemerintah di Medan (lihat
De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad
, 19-03-1895). Pada saat ini Medan
belumlah kota besar, namun populasi orang Eropa/Belanda dari waktu ke waktu
meningkat pesat, seiring dengan pertumbuhan kota yang pesat. Kampong Medan pada
tahun 1875 dijadikan sebagai ibu kota onderafdeeling Medan (ibu kota afdeeling
di Laboehan). Pada tahun 1878 Medan ditingkatkan sebagai ibu kota afdeeling
Delu (tukar posisi dengan Laboehan). Pada tahun 1887 Medan ditingkatkan sebagai
ibu kota residentie Oostkut van Sumatra.


Di Medan diketahui Abdoel Rivai telah menikah dengan seorang wanita
dengan satu anak (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-08-1895). Setahun kemudian
Abdoel Rivai akan dipindahkan dari Medan ke Moko-moko di Bengkoelen (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
20-05-1896).

Namun dalam perkembangannya pemindahan Abdoel Rivai
ke Moko-moko dibatalkan (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 05-08-1896). Disebutkan Dr Abdoel Rivai dari Medan
dipindahkan ke Tandjoeng Balai. Dalam berita ini juga disebutkan Dr Madjilis
dipindahkan dari Tandjoeng Balai ke Moko-moko. Dalam hal ini posisi yang
ditinggalkan oleh Dr. Madjilis ditempati oleh Dr. Abdoel Rivai. Moko-moko pada
dasarnya adalah tempat kelahiran Dr Abdoel Rivai.


Dr Madjilis lulus docter djawa school tahun 1886 (lihat Bataviaasch nieuwsblad,
30-06-1886). Dr, Madjilis adalah dokter pribumi lulusan terbaik. Dr Madjilis
berasal dari Afdeeling Angkola Mandailing. Dr. Madjilis setelah beberapa kali
pindah dipindahkan kembali ke Tandjong Balai. Dr. Madjilis dari Tandjong Balai
terakhir dipindahkan ke Padang Sidempoean (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië, 21-02-1906). Setelah mengabdi selama dua dasawarsa, Dr.
Madjilis akhirnya meminta pensiun dini dikampungnya di Padang Sidempoean
terhitung tanggal 6 November 1906 (Bataviaasch nieuwsblad, 06-11-1906). Pada
tahun 1907 keluar beslit Dr, Madjilis yang mengizinkan membuka praktik untuk
kedokteran, operasi dan farmasi (Bataviaasch nieuwsblad, 06-07-1907). Setelah
itu, Dr. Madjiis kerap bolak-balik ke Tandjong Balai. Nama, Dr. Madjilis terdeteksi
terakhir sebagai dokter di perusahaan perkebunan yang berkantor di Tandjong
Balai (De Sumatra post, 07-08-1917).

Pada bulan Oktober 1896 Dr Abdoel Rivai dipindahkan
ke Laboehan Deli (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 27-10-1896). Dalam berita ini juga disebutkan Dr Madjilis
kembali ditempatkan di Tandjoeng Balai. Setahun kemudian Dr Abdoel Rivai
dipindahkan dari Laboehan Deli ke Bindjai (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 26-05-1897). Pada tahun 1899 Dr Abdoel
Rivai dari Bindjai dipindahkan ke Tebingtinggi (lihat De Preanger-bode,
31-07-1899). Beberapa waktu kemudian diketahui Dr Abdoel Rivai berangkat ke
Batavia dengan kapal ss Riebeeck (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-09-1899).
Ada apa?


Tidak diketahui apa alasan Dr Abdoel Rivai ke Batavia. Apakah Dr Abdoel
Rivai telah mengundurkan diri atau dipecat dari dinas pemerintah? Yang jelas
istri Abdoel Rivai dan seorang anak telah berangkat dari Medan ke Batavia.
Istri dan anak tersebut saat ini sudah di Belanda.

Pada bulan September 1899
diketahui Dr Abdoel Rivai berangkat ke Belanda (lihat Bataviaasch nieuwsblad,
26-09-1899). Disebutkan besok kapal ss Gede akan berangkat dari Batavia dengan
tujuan akhir Nederland dimana salah satu penumpang adalah Abdoel Rivai. Dari
semua penumpang hanya nama Abdoel Rivai yang non Eropa/Belanda. Dalam manifes
kapal tercatat Abdoel Rivai seorang diri (tidak ada istri dan anak).


Di Belanda sudah terdapat pribumi. Salah satu diantaranya adalah Raden
Kartono yang setelah lulus HBS Semarang berangkat studi ke Belanda pada tahun
1896. Raden Kartono adalah abang dari RA Kartini. Bataviaasch nieuwsblad,
28-09-1899 memberitakan bahwa Dr Abdoel Rivai diberhentikan dengan hormat. Ini
mengindikasikan Dr Abdoel Rivai mengajukan pengunduran diri dari dinas
pemerintah.

Apa yang menjadi alasan Dr
Abdoel Rivai mengundurkan diri dari dinas pemerintah dan berangkat ke Belanda
tidak terinformasikan. Yang jelas Abdoel Rivai diketa
hui kemudian telah menerbitkan surat kabar
berbahasa Melayu di Amsterdam (lihat Het nieuws van den dag: kleine courant,
19-06-1900). Disebutkan Abdoel Rivai akan menjadi editor majalah berbahasa
Melayu Pewarta Wol
anda yang akan terbit setiap dua
minggu sekali. Disebutkan Abdoel Rivai bekerjasama dengan Strikwerda. Surat
kabar ini akan terbit pertama pada tanggal 1 Juli.


Strikwerda adalah pensiunan Asisten Residen yang menjadi penerjemah
bahasa Melayu di Amsterdam (lihat De Maasbode, 08-07-1900). Y Strikwerda paling
tidak diketahui tahun 1851 sebagai pejabat pemerintah di Westerafdeeling van
Borneo (lihat Samarangsch advertentie-blad, 28-06-1861). Pada tahun 1871
Strikwerda diketahui sebagai Asisten Residen di Sintang (lihat Makassaarsch
handels-blad, 22-03-1871). Pada tahun 1873 Strikwerda sebagai asisten residen
di Koeningan (lihat  Bataviaasch
handelsblad, 06-06-1873). Pada tahun 1879 Strikwerda pensiun sebagai asisten
residen Koeningan (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 17-04-1879). Setelah pensiun Strikwerda kembali ke Belanda.
Pada tahun 1881 Strikwerda diangkat menjadi dosen di perguruan tinggi perikanan
laut Nederlandsche staatscourant, 02-11-1881). Pada tahun 1890 Y Strikwerda
menerbitkan buku praktek bahasa Melayu dalam aksara Arab (lihat Algemeen
Handelsblad, 30-05-1890). Disebutkan Strikwerda sebagai dosen bahasa Melayu dan
pertanian di Amsterdam. Pada tahun 1891 Strikwerda menerbitkan majalah berita
berbahasa Melayu yang diberinama Pewarta Boemi (lihat Arnhemsche courant,
24-04-1891). Disebutkan terbit dua minggu sekali. Sasarannya adalah orang Cina,
Arab dan pribumi di Hindia. Surat kabar ini diterbitkan oleh Van Der Weide en
Pijttersen. Surat kabar ini adalah satu-satunya di Belanda yang berbahasa
Melayu. Terhitung sejak tanggal 1 Desember 1898 Y Strikwerda digantikan oleh Dr
AA Fokker (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad,
12-01-1898). Disebutkan Dr AA Fokker adalah editor linguistik ternama di Den
Haag, guru bahasa Melayu di Handelsschool di Amsterdam.

Y Strikwerda adalah orang yang
sudah berpengalaman dalam penerbitan surat kabar berbahasa Melayu. Sementara
itu, Abdoel Rivai baru
di Belanda ini
menjadi terlibat dalam dunia jurnalistik. Setelah Abdoel Rivai lulus di Docter
Djawa Schoohun1895 tidak terdetekasi pernah aktif dalam dunia jurnalistik.
Dalam hal ini Dr Abdoel Rivai akan mendapat bimbingan dari Y Strikwerda.


Pada tahun 1895, sebelum Abdoel Rivai lulus dari Docter Djawa School di
Batavia, seorang pensiunan guru pemerintah dan pemilik sekolah swasta di Padang
(Dja Endar Moeda) menjadi pemimpin redaksi surat kabar berbahasa Melayu, Pertja
Barat. Pada tahun 1900 Dja Endar Moeda di Padang mengakuisi surat kabar Pertja
Barat termasuk percetakannya. Dja Endar Moeda dalam hal ini adalah pribumi
pertama yang memiliki surat kabar. Saat jurnalis Belanda menanyakan Dja Endar
Moeda tahun 1897 mengapa terjun kedua jurnalistik, Dja Endar Moeda menjawab
singkat: ‘pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan
bangsa’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pejuang Bidang Kedokteran: Docter Djawa School, STOVIA
hingga Geneeskundige Hioogeschool (GHS)

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top