Sejarah

Sejarah Pendidikan (20): Doktor Indonesia Tidak Kalah dari Belanda; Doktor Indonesia Lebih Banyak dari Jumlah Doktor Belanda?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini gelar doktor (Ph.D) di Indonesia
adalah suatu yang biasa. Bagaimana dengan di masa lalu? Doktor sendiri dalam
hal ini adalah gelar akademik tertinggi yang dapat dicapai oleh
siswa/mahasiswa. Narasi masa kini menyebut Hoesein Djajadinigrat sebagai orang
Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar doktor (https://www.detik.com/).
Itu satu hal. Hal lainnya adalah apakah doktor Indonesia tidak kalah dengan doktor
Belanda dan apakah doktor Indonesia lebih banyak dari doktor Belanda? Mari kita
telusuri.


Inilah
Lima Dokter Hebat Indonesia Pada Zaman Penjajahan Belanda oleh Hans Pols. National
Geographic Indonesia. 23-05-2019: ‘Selama 90 tahun (1852-1942) Geneeskundig
Tijdschrift voor Nederlandsch Indie merupakan jurnal kedokteran terpenting di
Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
meluncurkan buku yang ditulis oleh dokter Belanda dan sejarawan medis, salah
satunya saya sendiri. Dokter-dokter Indonesia beberapa di antaranya pernah
belajar di Belanda. Berikut ini lima dokter pada era kolonial yang paling
terkemuka: 1. Sardjito; lulus STOVIA, 1915; menyelesaikan skripsi di
Universitas Leiden; pada 1924 meraih gelar Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Universitas John Hopkins Amerika Serikat. 2. Sarwono Prawirohardjo; lulus STOVIA,
1929; delapan tahun kemudian lulus dari Batavia Medical School; 1950 ditetapkan
profesor di FKUI; ketua pertama LIPI. 3. Sutomo Tjokronegoro; lulus di Batavia
Medical School, 1935. 4. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema; lulus STOVIA, 1914;
meraih gelar kedokteran di Universitas Amsterdam, 1925, sebagai profesor di
FKUI, 1950. 5. Achmad Mochtar; lulus STOVIA, 1916, menerima gelar kedokteran
dari Universitas Amsterdam, 1927; Direktur Lembaga Eijkman era Jepang di
Indonesia
’ (https://nationalgeographic.grid.id/)

Lantas bagaimana sejarah doktor Indonesia tidak
kalah dengan doktor Belanda? Seperti disebut di atas doktor adalah gelar akademik
tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa/mahasiswa termasuk orang Indonesia. Ada
kesan jumlah doktor Indonesia hanya segelintir ketimbang doktor Belanda. Lalu bagaimana
sejarah doktor Indonesia tidak kalah dengan doktor Belanda? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Doktor Indonesia Tidak Kalah dengan Doktor Belanda;
Doktor Indonesia Lebih Banyak dari Doktor Belanda?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Doktor Indonesia Lebih Banyak dari Doktor Belanda? Oei
Jan Lie (1889) hingga Masdoelhak Hamonangan Nasoetion (1943)

Tunggu deskripsi lengkapnya



 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel


















sejarah dalam blog ini
hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).
Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top