Pasar belum teridentifikasi pada Peta Semarang 1719. Baru
pada Peta Semarang 1741 pasar teridentifikasi. Hal ini diduga karena pusat
transaksi sebelumnya berada di sepanjang pinggir sungai. Pasar yang
diidentifikasi dekat Dalem (kraton) dan masjid yang diduga lokasi Pasar Djohar
yang sekarang. Pasar ini diduga berkembang setelah orang-orang Moor/Arab
memisahkan diri dari perkampungan Melayu di hilir [Melayu dalam hal ini adalah
pribumi non Jawa termasuk Riaow, Bandjar Bugis, Madura yang beragama Islam,
sedangkan Moor adalah orang-orang laut Tengah yang beragama Islam yang
dibedakan dengan orang-orang (Jazirah) Arab].
![]() |
Aloon-Aloon Semarang, 1880 |
Pada nantinya
orang-orang Moor di sekitar masjid, VOC dipisahkan dari perkampungan Jawa dan
menempatkannya di seberang sungai menempati perkampungan Tionghoa. Sementara
orang-orang Tionghoa direlokasi ke sisi barat sungai Semarang di hulu perkampungan
Jawa. Hal ini diduga karena orang-orang Cina pada tahun 1741 melakukan
pemberontakan (yang diduga adanya ekses pembantaian orang-orang Cina oleh
militer Belanda di Batavia tahun 1740). Eks perkampungan Tionghoa yang menjadi
perkampungan (baru) menjadi area komunitas Moor yang disebut
Pakadjan/Pekodjan.
![]() |
Masjid dan alun-alun Semarang, 1890 |
Di
area kauman (sekitar masjid) diduga telah berkembang pasar. Suatu lokasi
bertemunya semua komunitas untuk urusan transaksi dagang, yang mana sebelumnya
transaksi dilakukan berada di (sepanjang) pinggir-pinggir sungai. Pasar ini
(sekitar kauman dan masjid) lambat laun menjadi (pusat) pasar. Seiring dengan
perkembangan pasar, persil lahan yang menjadi ‘kantor bupati’ Semarang diubah
menjadi aloon-aloon kota. Sedangkan kebun kopi yang ada di halaman rumah bupati
(kraton) difungsikan sebagai lokasi pasar yang lebih luas (menggantikan pasar
di kauman) yang mana pasar baru ini kelak dikenal sebagai Pasar Djohar.
perkembangan lebih lanjut area Eropa/Belanda juga mengalami pertumbuhan
sehingga diperluas ke seberang sungai di sisi barat sungai Semarang. Lokasi
yang dipilih (ditentukan) adalah area antara desa (perkampungan) Jawa di kauman
dengan perkampungan Melayu di arah pesisir. Situs pertama yang dibangun di area
Eropa/Belanda yang baru ini adalah kantor Residen Semarang (yang kelak menjadi
rumah Gubernur Semarang). Sejak itulah dibangun jembatan permanen yang
menghubungkan sisi timur dan sisi barat di atas sungai Semarang yang lokasinya
tepat berada di dekar kantor Residen.
ini. Dari beberapa situs kuno di Kota Semarang hanya situs menjadi yang dapat
dianggap eksis sejak doeloe hingga ini hari. Situs masjid ini tidak berubah
meski situs-situs yang lain pernah mengalami relokasi di Semarang. Relokasi
adalah bagian dari perkembangan dan upaya pengembangan kota yang disesuaikan
dengan perencanaan (planologi) kota oleh pemerintah VOC maupun Pemerintah Nederlandsch
Indie (Hindia Belanda). Hal serupa ini kelak terjadi di Kota Bandoeng, Kota
Buitenzorg (Bogor), Kota Padang dan Kota Medan.
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama
yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.