Salah satu warisan era kolonial Belanda yang terbilang
sangat terkenal di Semarang adalah Kantor Perusahaan Kereta Api Pemerintah (Het
hoofdkantoor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij). Gedung kantor
ini kemudian kerap disebut warga sebagai Gedung Lawang Sewu (gedung berpintu
seribu). Gedung ini dibangun bukan karena moda transportasi kereta api pertama
dibangun di Semarang, dan juga bukan karena trafik lalu lintas kereta
trans-Java yang semakin ramai.
![]() |
Gedung Lawang Sewu eks Kantor NIS (Foto 1909) |
Artikel ini merupakan lanjutan artikel Sejarah Semarang (11): Kereta Api
Pertama di Indonesia di Semarang; Interchange Jalan Pos Trans-Java dan
Djogjakarta-Semarang; Sejarah kereta api selalu menarik perthatian: Lihat juga:
Sejarah Bogor (23): Kereta Api Batavia-Buitenzorg via Depok (1873); Rencana
Awal Batavia-Bekasi-Buitenzorg (1864); Sejarah Jakarta (9): Kereta Api
Batavia-Buitenzorg Dioperasikan 31 Januari 1873; Tanah Partikelir Berkembang;
Trem Listrik Batavia, 1899; Sejarah Kota Depok (13): Penumpang Kereta Api
Batavia-Buitenzorg Tahun Pertama (1873); Stasion Depok Ketiga Terbanyak; Sejarah
Kota Medan (55): Medan dan Binjai, Kota Kembar; Peran Moda Transportasi Kereta
Api Perkebunan di Deli dan Langkat; Sejarah Kota Padang (13): Ombilin dan WH de
Greve; Batubara Terbaik Dunia Moda Transportasi Kereta Api dan Kapal Laut.
Itu pertanyaannya. Secara historis pembangunan moda transportasi selalu dipertimbangkan
secara kritis yang tidak jarang menimbulkan perdebatan yang sengit.
Pertimbangan tersebut mulai dari penetapan jalur (rute) rel, posisi dimana
halte (stasion kecil) dan stasion (stasion besar) dibangun. Yang tak kalah serunya
adalah siapa yang membiayai pembangunan dan siapa pula yang mengoperasikannya. Dari
semua itu, sumber ketegangan pembangunan moda transportasi kereta api terletak
pada aspek keekonomian: Ekspektasi penerimaan/pendapatan harus jauh lebih
tinggi dari biaya investasi yang dikeluarkan.
geografisnya berada di tengah pantai utara Jawa seakan telah merebut posisi
sebagai pelabuhan Jawa (The Port of Java). Pembangunan pelabuhan Semarang terus
berlanjut sebagaimana dua pelabuhan utama lainnya: Batavia dan Soerabaja.
Pelabuhan Semarang semakin tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin
meningkatnya akses (moda transportasi kereta api) ke Vorstenlanden (Soerakarta
dan Djogjakarta).
Soerakarta. Tahap awal pembangunan adalah ruas Semarang-Tanggoeng. Namun dalam
perkembangannya, ternyata tidak langsung menuju Soerakarta tetapi berbelok
dengan membangun ruas Tanggoeng-Kedoengdjati-(Ambarawa). Ada dua alasan mengapa
demikian, pertama selain medannya yang semakin sulit (di ketinggian), juga
muncul persoalan baru di Semarang. Banjir Kanal Barat di Semarang tidak mampu
lagi mengatasi permasalahan banjir di Semarang, lalu muncul gagasan pembangunan
Banjir Kanal Timur. Problema anggaran pembangunan yang terbatas dengan
banyaknya prioritas pembangunan menyebabkan perluasan jalur kereta api ke
selatan Semarang (Vorstenlanden) agak terhambat (tertunda). Realisasi
pembangunan jalur kereta api dari Kedongdjati ke Ambarawa dari pada ke
Soerakarta karena terjadi booming kopi yang pusat transaksinya di Ambarawa.
Ekonomi kopilah yang membelokkan pengembangan jalur kereta api ke Ambarawa. Satu
alasan lainnya karena pertimbangan pertahanan yang mana di Ambarawa terdapat
garnisun militer yang besar.
akhirnya terealisasi setelah melalui dua tahap: ruas Semarang-Kedongdjati tahap
pertama dan ruas Kedongdjati-Soerakarta tahap kedua. Saat ini volume
perdagangan dari Vorstenlanden sudah sangat meningkat.
Djogjakarta adalah wilayah ekonomi yang jauh lebih potensial jika dibandingkan
wilayah Semarang-Djogjakarta via Soerakarta.
![]() |
Peta Ambarawa-Magelang, 1902 |
Permintaan para pengusaha yang melakukan kegatan di
wilayah antara Semarang (Ambarawa dan Salatiga) dan Djogjakarta memicu munculnya
pertimbangan Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) untuk
mengeksploitasi pembangunan jalur kereta api yang baru. Hal ini dimungkinkan
karena sebelumnya sudah dieksploitasi jalur keretaapi Djogjakarta-Magelang.
Hanya ruas Ambarawa- Magelang yang masih belum terhubung.
direncanakan. Dalam hal ini NIS mulai melakukan investasi besar-besaran. Pertama
membangun jalur kereta api pegunungan ruas Amabarawa-Magelang. Kedua, untuk
mengantisipasi volume perdagangan yang besar, NIS mulai memikirkan pembangunan kantor
baru yang representatif. Kantor inilah yang kemudian menjadi Hoofdkantor van de
Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij te Semarang.
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.