Membaca keseluruhan
sejarah Kota Ambon tidak mudah. Demikian juga meringkas sejarah Kota Ambon juga
tidak mudah. Seperti halnya Kota Batavia, sejarah Kota Ambon sangat luar biasa
banyaknya. Hanya Kota Batavia dan Kota Ambon yang memiliki detail sejarah
paling lengkap dari sudut pandang masa kini. Oleh karena itu, menulis sejarah
Kota Ambon tidak akan pernah selesai.
![]() |
Peta Ambon, 1665 |
Sumber tertua untuk memulai mempelajari awal sejarah
Ambon adalah buku François Valentyn yang terbit tahun 1724 dengan judul Oud en
nieuw Oost-Indien (sub judul vervattende een naaukeurige en uitvoerige
verhandelinge van Nederlands mogentheyd in die gewesten, benevens eene
wydlustige beschryvinge der Moluccos, Amboina, Banda, Timor, en Solor, Java en
alle de eylanden onder dezelve landbestieringen behoorende). Sumber ini tela
diperkaya oleh JKJ de Jonge dengan bukunya yang terbit tahun 1865 berjudul De
Opkomst van Het Nederlandsch Gezag in Oost Indie, 1595-1610. Keutamaan buku François
Valentyn karena orang Belanda pertama yang menghubungkan sejarah VOC dengan
sejarah Portugis di Hindia. François Valentyn masih menemukan dokomen-dokomen
Portugis di Batavia sebagai sumber primer. Sedangkan buku JKJ de Jonge, meski
tidak bersentuhan langsung dengan dokumen Portugis dan dokumen VOC/Belanda tetapi
cukup berhasil mengakumulasi dokomen sekunder secara detail tentang awal
permulaan (orang-orang) VOC/Belanda di Hindia.
Cornelis de Houtman karena ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman
(1595-1597) hanya sampai di Bali. Dalam sumber-sumber Belanda, sejarah Ambon
baru dimulai pada saat ekspedisi yang dipimpin oleh Streven van der Hagen
(1603-1605). Dua ekspedisi ini kebetulan catatan hariannya telah dibukukan dan
dapat dibaca pada masa ini. Orang VOC/Belanda pertama di Ambon adalah Frederik
de Houtman. Frederik de Houtman sendiri adalah adik kandung Cornelis de
Houtman. Pada tahun 1605 Frederik de Houtman ditempatkan di Ambon.
Kota Ambon selanjutnya? Serial artikel Kota Ambon akan mendeskripsikan secara
tematik tentang sejarah Kota Ambon mulai dari kehadiran VOC/Belanda tahun 1605
hingga pengakuaan kedaulatan RI oleh Belanda pada tahun 1949. Mari kita mulai
dari artikel pertama. Sejarah Kota Ambon dalam blog ini merupakan bagian dari rangkaian
sejarah kota-kota di Indonesia: Sejarah Jakarta, Sejarah Bandung, Sejarah Medan,
Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Makassar, Sejarah Padang dan tentu saja
Sejarah Kota Depok.
VOC/Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597), Frederik de Houtman turut serta yang bertindak
sebagai ahli bahasa. Dalam ekspedisi ini Frederik de Houtman terlebih dahulu mempelajari
bahasa Melayu di Madagaskar, sebelum ekspedisi yang dipimpin Cornelis de
Houtman melanjutkan pelayaran ke Hindia.
![]() |
Fort Victoria, tampak depan (1607) |
Laporan ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman
(1595-1597) dapat dibaca dalam Journael vande reyse der Hollandtsche schepen
ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die
haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent (yang
diterbitkan tahun 1598). Ekspedisi di Hindia berakhir di Bali sebelum kembali
ke Belanda. Meski begitu, dua orang ditinggalkan di Bali. Ekspedisi dimulai dari
Amsterdam April 1595. Pada bulan Februari 1596 di Madagaskar, Juni di Sumatra
dan Agustus di Banten, November di Sunda Calapa, Januari 1597 di Madura,
Februari di Bali, seterusnya ke St. Helena dan pelayaran berakhir tiba di
Belanda Agustus 1597.
dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Namun Cornelis de Houtman tewas terbunuh. Sementara
adiknya, Frederik de Houtman ditawan di Atjeh. Selama ditawan di Atjeh dari 1599
hingga 1602 Frederik de Houtman menyelesaikan kamusnya di Goede Hoop dan kembali
ke Belanda, Kamus bahasa Melayu Frederik de Houtman diterbitkan tahun 1603.
Kamus inilah kemudian yang menjadi pedoman standar bagi pelaut-pelaut dan
pedagang VOC/Belanda yang berikutnya.
![]() |
Sampul buku dan Steven van der Hagen (1664) |
VOC/Belanda
berhasill mengalahkan Portugis di Ambon pada tanggal 23 Februari 1605. Benteng
Portugis di Ambon berhasil diduduki. Sejak itu nama benteng yang telah dibangun
Portugis sejak 1575 diubah namanya menjadi Fort Victoria. Sejak inilah
VOC/Belanda memulai intensitas perdagangan di Hindia. Yang memimpin penaklukan
ini adalah Adminral Steven van der Hagen.
![]() |
Halaman buku tanggal penaklukkan Kasteel Ambon (1664) |
dibukukan dan diterbitkan pada tahun 1664 dengan judul yang sangat panjang,
yakni ‘Journael van de voyagie, gedaen met twaelf scheepen naar Oost-Indien,
onder ‘t beleydt van den heer Steven van der Hagen, waer in verhaelt wordt het
veroveren der Portugeesche forten op Amboyna en Tydoor. Mitsgaders de reyse van
‘t schip Delft, (mede onder des vloot behoorende) van Bantam naer de kuste van
Choromandel en andere plaetsen’. Buku ini merupakan log pelayaran hari demi
hari sejak berangkat dari Amsterdam tanggal 18 Desember 1603. Sudah barang
tentu dalam pelayaran ini setiap orang telah dilatih bahasa Melayu, paling
tidak setiap orang memegang kamus Belanda-Melayu yang telah terbit tahun ini
yang ditulis oleh Frederik de Houtman. Dalam ekspedisi yang dipimpin oleh
Steven van der Hagen, turut serta Frederik de Houtman (lihat JKJ de Jonge.
1865. De opkomst van het Nederlandsch gezag in Oost-Indië, 1595-1610).
![]() |
Fort Victoria, 1607 |
Setelah melalui
sejumlah tempat akhirnya tiba di pulau Sumatra pada tanggal 13 Desember 1604. Di
dalam kapal Delft datang dutabesar Kesultanan Atjeh. Setelah sempat mampir ke
Malaka, pelayaran dilanjutkan dan tiba di Bantam tanggal 31 Desember 1604.
Tanggal 2 Januari datang kapal Inggris
di bawah pimpinan Admiral Middelton. Lalu pada tanggal 17 Januari kapal-(kapal)
Belanda menyingkir dari Banten dan bergerak ke ke kepulauan Maluku. Sebelum ke
Maluku mampir di Jacatra. Pada tanggal 15 Februari di Bima datang Gubernur
Portugis Maluku dari Malaka yang akan menuju Maluku. Tanggal 21 menyerang dan
berhasil mengalahkan Portugis di Ambon pada tanggal 23 Februari 1605. Juga disebutkan
dalam penaklukkan ini peran kapal Mauritius, salah satu kapal yang pernah
digunakan oleh Cornelis de Houtman, pada ekspedisi pertama maupun ekspedisi
kedua.
VOC/Belanda menempatkan Frederik de Houtman yang segera memulai aktivitasnya
pada tahun 1605 itu juga. Frederik de Houtman dianggap tepat, karena
satu-satunya orang Belanda yang sudah menguasai bahasa Melayu. Kemampuan ini
sangat diperlukan, karena bahasa Melayu sudah sejak lama di (kepulauan) Maluku,
bahkan sebelum kedatangan Portugis dianggap sebagai bahasa pengantar (lingua
franca)
bukan satu-satunya orang (pedagang) VOC yang telah ditempatkan di Hindia Timur.
Yang pertama adalah Emanuel Roodenburgh, Jacob Claesz van Delft, dan Jan Janes de
Roy. Ketiganya langsung ditempatkan di Bali pada ekspedisi pertama (1597). Lalu
Frank van der Does ditempatkan di Ternate pada ekspedisi kedua 1599 (Cornelis
de Houtman terbunuh dan Frederik de Houtman ditawan di Atjeh). Di Banda
ditempatkan Adriaen Veen dan Augustyn Stalpaert. Berikutnya tahun 1600 adalah
Jan Dirckz Sonnenbergh di Amboina (nama Ambon sejak era Portugis) dan Claes Simonsz Meehael di Bantam serta
tiga pedagang di Japan. Sejak itu, ekspedisi-ekspedisi terus berdatangan dari
Belanda dan penempatan pedagang semakin banyak dan menyebar dari waktu ke waktu
(lihat JKJ de Jonge. 1865). Jan Dirckz Sonnenbergh sendiri sejak 1601 tidak berada
di pelabuhan Ambon (kemungkinan diusir oleh Portugis?) tetapi tetap berada di
sekitar Ambon hingga 1605. Apakah Jan Dirckz Sonnenbergh telah menjadi mata-mata
Belanda terhadap Portugis hingga tiba waktunya pada tahun 1605 Admiral van
Hagen menaklukkan Ambon. Sejak pendudukan Ambon ini Jan Dirckz Sonnenbergh
kemudian digantikan oleh Frederik de Houtman. Pada tahun 1608 Frederik de
Houtman diperkuat dengan kedatangan empat pedagang baru. Frederik de Houtman yang
berkedudukan di Fort Victoria, Ambon sejak 1605 mengakhiri tugasnya di Maluku pada
tahun 1611.
Nama Ambon
pertama VOC/Belanda di Hindia Timur yang beribukota di Fort Victoria, Ambon. Sebab,
Frederik de Houtman adalah satu-satunya yang ikut tiga ekspedisi, termasuk dalam
ekspedisi pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman. Saat penempatnn Frederik
de Houtman di Ambon, memang belum terbentuk struktur pemerintahan VOC, tetapi
penempatan Frederik de Houtman di pusat utama perdagangan di Maluku
mengindikasikan Frederik de Houtman adalah gubernur pertama. Frederik de
Houtman, adik Cornelis de Houtman, ahli bahasa Melayu yang pernah ditawan dua
tahun di Atjeh, selama ditempatkan di Ambon sebagai pemimpin VOC, dapat
dikatakan sebagai orang yang mempersiapkan kedatangan Gubernur Jenderal VOC
yang pertama.
pelabuhan Amersfoort dengan kapal Patria berangkat Juni 1610, dan kemudian
dilanjutkan pelayaran dan tiba di Bantam (Banten) 191Desember 1610. Saat inilah
konektivitas Ambon dan Banten berlangsung secara intens yang mana Pieter Both
di Batam dan Frederik de Houtman di Ambon. Pieter Both dianggap sebagai
Gubernur Jenderal dan Frederik de Houtman sebagai Gubernur Molucco (Maluku).
Pada tahun 1611 Frederik de Houtman kembali ke Belanda. Gerrit Reynst yang
menggantikan Pieter Both memindahkan pos utama ke Jacatra. Lalu kemudian
Laurens Reaal memindahkan pos utama ke Ambon sejak kedatangannya tanggal 10
Juli 1616 (lihat Almanak 1810).
Gubernur Jenderal berangkat dari Belanda dan mulai memerintah Juni 1618 dan
kemudian memindahkan pos dari Ambon ke Jacatra 10 Mei 1619. Inilah secara
defacto Gubernur Jenderal pertama. Untuk kali pertama muncul nama Batavia. Jan
Pietersz Coen berakhir tugasnya tahun 1623. Jan Pietersz Coen kembali menjabat
Gubernur Jenderal antara tahun 1627-1629. Sebagai penggantinya bulan Septeber
1629 Specx diangkat menjadi Gubernur
Jenderal.
datang dari Derdrecht dengan kapal Patria tiba di Batavia tanggal 23 September 1619. Kapal Patria adalah kapal
perang yang juga berfungsi sebagai kapal penumpang. Specx sebagai Gubernur
Jenderal berakhir pada 7 September 1632 (digantikan Hendrik Brouwer).
![]() |
Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 16-07-1633 |
Jaques Specx kembali ke Belanda. Berangkat dari Batavia
tanggal 3 Desember 1632 dengan kapal Patria (lihat Almanak 1810). Dalam
pelayaran pulang ini, General Jaques Specx juga bertindak sebagai pemimpin
pelayaran dengan membawa tujuh kapal dagang: Prins Willem, Hollandia, Zutphen,
Amelia, Rotterdam, Hoorn dan Amboina (lihat surat kabar yang terbit di
Amstedam, Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 16-07-1633).
membawa 36 jenis komoditi antara lain lada, puli, peper, indigo. Porselin dari
China, permata. Komoditi ini dalam satu sak, pikol, kati, bal, pon dan lainnya.
adalah nama kapal dagang baru. Nama kapal yang diduga diadopsi dari nama
Amboina, tempat dimana Fort Victoria berada. Kapal Hollandia adalah kapal tua,
salah satu kapal yang tersisa dari ekspedisi pertama Cornelis de Houtman pada
tahun 1595. Nama Amboina sebelumnya hanya dikenal sebagai nama tempat di Hindia
Timur (lihat Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 09-05-1626). Sejarah
pemukiman dan munculnya nama Ambon dapat dibaca buku François Valentyn berjudul
Beschryving van Amboina yang terbit tahun 1724.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.