melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Putri Presiden Soekarno,
Presiden Megawati Sukarnoputri tinggal di kelurahan Kebagusan.Itu bagus, karena
lingkungannya masih bagus. Tetangga terdekat kelurahan Kebagusan cukup banyak,
yaitu: kelurahan Ragunan, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Pasar Minggu, Jati
Padang dan Jagakarsa. Tujuh kelurahan ini ketika masih kampong pada tempo
doeloe terhubung satu sama lain. Itu kebagusan yang lain. Seperti kata orang
tempo doeloe, tempat itu tanah kebagusan (tanah kebaikan; bukan tanah bagus).
![]() |
Kampong Kebagoesan (PEditeta 1901) |
Pada masa ini kelurahan
Kebagusan, Ragunan, Pasar Minggu dan Jati Padang berada di kecamatan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. Pada tahun 1990 enam kelurahan di kecamatan Pasar
Minggu dipisahkan dan kemudian disatukan membentuk kecamatan Jagakarsa (diantaranya
kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa dan Lenteng Agung). Kelurahan Kebagusan sendiri
ditingkatkan statusnya dari desa menjadi kelurahan pada tahun 1986. Jauh di
masa lampau pada tahun 1930 kampong-kampong yang berdekatan disatukan menjadi
satu administrasi desa dengan nama desa Kebagoesan (termasuk kampong Kebagoesan
dan kampong Wates).
(kelurahan) Kebagoesan? Itu bermula dari sebuah kampong bernama Kebagoesan yang
berada di land Tandjong West, bukan di land Ragoenan (meski land Ragoenan lebih
dahulu terbentuk daripada land Tandjong West. Land Tandjoeng West beberapa kali
dimekarkan dan yang terakhir terbentuknya land Kebagoesan. Sedangkan land
Ragoenan sejak awal tidak pernah dimekarkan, hanya segitu-gitu saja. Pemilik
terakhir land Ragoenan adalah Lie Hin Pang. Ketika dia mencoba menaikkan sewa
tanah, penduduk penggarap (penyewa) demo ke Balai Kota (Stadhuis). Itu salah
satu keburukan yang terjadi di land Ragoenan. Akhirnya, demi kebagusan semua
pihak. Pemerintah membeli land Ragoenan dari Lie Hin Pang, lalu kemudian
disewakan kepada penduduk. Itulah mengapa, tanah Ragoenan adalah milik
pemerintah.
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kebagoesan di Land Tandjoeng West
sebagai sebuah kampong, paling tidak sudah dipetakan pada tahun 1901 (lihat Peta
1901). Kampong Kebagoesan berada di land Tandjong West (kini Tnajung Barat). Sudah
barang tentu kampong Kebagoesan ini sudah terbentuk jauh sebelum tahun 1901.
Nama kampong Kebagoesan saat itu, tidak hanya di land Tandjoeng West
(Residentie Batavia), tetapi nama kampong Kebagusan juga ditemukan di tempat
lain, seperti di Bengkulu (diberitakan 1859); Tegal (1863); Lampong (1898) dan
Sumatra Timur (1915).
berasal dari kata ‘bagus’. Penggunaan kata ‘bagus’ sudah umum dan banyak
digunakan sejak tempo doeloe (bersifat generik). Kata ‘bagus’ berasal dari
bahasa Melayu, bahasa yang sudah digunakan dalam perdagangan sejak tempo doeloe
(lingua franca). Penggunaan kata ‘bagus’ juga pada nama gelar, yaitu Ratoe
Bagoes (mereduksi menjadi Tubagus). Nama kampong Kebagoesan tentu saja tidak
otomatis berasal dari nama gelar Ratoe Bagoes. Sebab nama kampong Kebagusan
tidak hanya ditemukan di tanah partikelir (land) Tandjong West. Dalam hal ini
pada tempo doeloe ‘kebagusan’ diartikan sebagai (sinonim) ‘kebaikan’ seperti
misalnya ditemukan dalam surat kabar ‘semoga permainan baroe ini penoeh
kebagoesan’ (1880); ‘boeroe-boeroe datang liat ini kebagoesan, sebab ini’
(1881); ‘demi kebagoesan sarekat Islam, kita’ (1932); dan sebagainya. Singkat
kata: tempo doeloe ‘bagoes’ adalah ‘baik’ dan ‘kebagoesan’ adalah ‘kebaikan’.
Dengan kata lain, ‘bagoes’ dan ‘kebagoesan’ dihubungkan dengan sifat atau harapan.
Akan tetapi makna pada masa kini ‘bagus’ dan ‘kebagusan’ cenderung dihubungkan
dengan penilaian terhadap suatu objek (terutama barang/jasa). Dengan demikian,
Ratoe Bagoes adalah gelar untuk menunjukkan Raja yang baik, bukan raja yang
ganteng.
West adalah land Ragoenan; di sebelah selatan land Lenteng Agoeng; di sebelah
utara land Djati Padang en Kalibata; dan di sebelah timur, seberang sungai
Tjiliwong adalah land Tandjong Oost (kini Pasar Rebo). Wilayah kampong
Kebagoesan tidak hanya di sisi barat jalur rel kereta api tetapi juga sebagian
yang lain di sisi timur rel (boleh jadi kampong Kebagoesan terbelah dengan
adanya pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg pada tahun 1870). Oleh
karena jalur jalan kuno dari Pakuan-Padjadjaran ke Soenda Kelapa memotong jalur
kereta api tepat di stasion Tandjung Barat yang sekarang, maka kampong
Kebagoesan berada di jalur lalu lintas utama.
adalah kampong Tandjong West sendiri (di sekitar Poltangan pada masa ini).
Kampong Kebagoesan adalah kampong kecil. Kampong Kandang [Sapi] dan kampong
Djagakarsa masih jauh lebih besar dari kampong Kebagoesan.
inilah sejak tempo doeloe pada era VOC terbentuk sejumlah tanah-tanah
partikelir (landerien). Land yang terbentuk
di jalur kuno sisi barat sungai Tjiliwong diantaranya land Sering Sing
(Srengseng). Land ini dibuka oleh Cornelis Chastelein pada tahun 1695. Sebelumnya
dua land sudah terbentuk di Tjitajam dan Tjiniere. Dua land subur ini diusahakan
oleh sersan St. Martin.
Lucasz Cardeel dan putrinya Christin Helena Cardeel di Banten. Ayah dan anak
ini masuk Islam, Hendrik Lucasz Cardeel diberi gelar Pangeran Wira Goena dan
Christin Helena Cardeel diberi gelar Ratoe Sangkat dan dinikahi Soeltan Hadji.
Ketika Gubernur Jenderal VOC mengirim ekspedisi ke Banten yang dipimpin oleh
Sersan St. Martin untuk membebaskan tawanan tahun 1682, Letnan Mody seorang
tawanan yang dibebaskan ‘menculik’ Helena ke Batavia dan kemudian menikahinya.
Lalu kemudian, Hendrik Lucasz Cardeel menyusul putrinya ke Batavia. Ketika
Sultan Hadji berkuasa kembali meminta pangeran dan ratu mualaf itu diekstradisi
ke Banten, Gubernur Jenderal VOC Cornelis Speelman (1681-1684) menolaknya.
Terhadap jasanya, Pemerintah
VOC memberi hadiah lahan kepada Sersan St. Martin di Tjinere dan Pondok Terong
(beberapa tahun sebelum Cornelis Chastelein membuka lahan di Depok). Dalam
perkembangannya Hendrik Lucasz Cardeel membeli lahan di dekat Tjinere. Setelah
Hendrik Lucasz Cardeel meninggal tahun 1711, lahan tersebut diteruskan oleh
putri semata wayangnya Helena. Namun nama Hendrik Lucasz Cardeel di tengah
masyarakat sudah kadung dikenal sebagai Pangeran Wira Goena. Dari sinilah
kemudian nama lahan itu dikenal sebagai land Ragoenan (pelafalan masyarakat
dari Wira Goena). Land Ragoenan ini tetap dikelola oleh keluarga (keturunan)
Cardeel dengan mengusahakan perkebunan buah-buahan (Algemeen Handelsblad,
28-07-1929).
membuka land baru di Depok. Land Sering Sing yang dianggap kurang memadai lalu
ditinggalkan (dijual). Cornelis Chastelein membeli lahan baru di Mampang
(sebelah utara land Depok). Seperti diketahui, kemudian land Depok dam land
Mampang pada tahun 1714 diwarisskan Cornelis Chastelein kepada para pekerjanya.
terbentuk semakin meluas ke segala arah di wilayah hulu sungai Tjiliwong bahkan
sampai ke Tjiampea. Saat ini sudah terbentuk land Ragoenan, di sisi timur land
Tjinere, yang diusahakan Hendrik Lucasz Cardeel. Habis sudah lahan-lahan subur dan
setengah subur yang dapat dijadikan land. Hanya tersisa di sana sini lahan
kering dan kurang subur (karena sulitnya air).
land Sering Sing dan di timur land Ragoenan. Land baru ini disebut land
Tandjong West (di sisi timur sungai Tjiliwong sudah terbentuk land Tandjong
(Oost). Land Tandjong West ini tidak terlalu subur dan kering di musim kemarau.
Oleh karenanya pemilik land tidak mengusahakan pertanian tetapi mengusahakan
peternakan. Land Tandjong West kemudian identik dengan land (ranch) peternakan.
Land peternakan ini jauh lebih awal jika dibandingkan di Wild West Amerika,
tempat dimana para Cowboy bekerja.
![]() |
Lokasi landhuis Tnadjong West (Peta 1901) |
Landhuis Tandjong West berada di antara jalan kuno dengan
sungai Tjiliwong. Untuk menuju landhuis ini dari jalan kuno dibangun dua jalan
dari arah yang berbeda. Dari arah selatan tepat berada di stasion Tanjung Barat
yang sekarang ke arah timur laut melewati jalan Nangka Raya yang sekarang.
Sementara dari arah utara masuk dari jalan Poltangan yang sekarang menuju arah
tenggara. Posisi landhuis Tandjong West ini kira-kira Universitas PGRI (di pertemuan
jalan Nangka Raya dan jalan Poltangan. Sedangkan areal peternakan menghadap ke
selatan, kira-kira di perumahan Tanjung Barat Indah dan perumahan Rancho Indah yang
sekarang (apakah rancho berasal dari ranch?). Land peternakan di land Tandjong
West ini diabadikan seorang pelukis bernama Johannes Rach pada tahun 1772.
diakuisisi oleh kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda.
Pada era Gubernur Jenderal Daendels (1809-1811) dimulai program pembangunan
jalan pos (jalan poros) trans-Java dari Anjer ke Panaroekan melalui Buitenzorg
(di sisi timur sungai Tjiliwong). Program ini diintegrasikan dengan pembangunan
kota-kota dan pengembangan lahan-lahan pertanian.
Daendels membeli lahan-lahan partikelir, termasuk land Bloeboer untuk membangun
kota Buitenzorg (kini Bogor) dan land Weltevreden untuk membangun kota
Weltevreden (Nieuwe Batavia). Untuk mengembangkan pertanian penduduk, Daendels
meningkatkan bendungan Katoelampa dan kanal irigasi sisi timur jalan pos
Batavia-Buitenzorg. Namun program ini terhambat karena pendudukan Inggris
(1811-1815). Lalu program ini dimulai pada tahun 1825. Selain kanal Katoelampa,
di Buitenzorg kemudian membangun kanal dari sungai Tjipakantjilan dari kampong Bondongan
melalui kampong Paledang menuju kampong Kedong Badang dan kampong Tjiliboet.
di sisi barat sungai Tjiliwong yakni dengan membendung sitoe Babakan dan
membuat kanal air melalui stasion Lenteng Agoeng yang sekarang menuju land
Tandjong West. Sejak adanya bendungan dan kanal ini land Tandjoeng West semakin
subur untuk pengembangan pertanian. Kanal ini tidak hanya mengairi land
Tandjong West tetapi juga membuat kanal (mundur) ke arah land Srengseng. Sejak
itulah land Tandjong West (termasuk land Srengseng) semakin makmur. Lantas
apakah sejak ini muncul kampong-kampong baru seperti kampong Kebagoesan dan
kampong Djagakarsa?
kini sering disebut Kali Baru, kanal yang diteruskan ke arah Pasar Minggu. Sebelum
menjadi kanal ke arah hilir, sesungguhnya kampong Kebagoesan adalah hulu sungai
Tjideng yang mana air dari dari Kebagoesan mengalir ke hilir di Pasar Minggu terus
ke Doerian Tiga, Kalibata dan Tegalparang lalu ke Koeningan, Menteng dan
betermu dengan Kali Krokoet di Pedjompongan di Tanah Abang. Hulu sungai Tjiden
inilah yang ditingkatkan menjadi terusan kanal dari kampong Kebagoesan.
di Depok semasa Cornelis Chastelein sudah terbentuk kanal irigasi dengan
membendung sitoe Pitara yang airnya merupakan limpahan dari land Tjitajam. Pada
tahun 1850an bendungan sitoe Pitara jebol dan air bah ini menggenangi
persawahan dan pabrik batu bata (lio) yang berada di hilirnya yang kemudian
terbentuk sitoe (disebut sitoe Besar di dekat stasion Depok Baru yang
sekarang). Pemerintah membangun kembali bendungan sitoe Pitara yang disertai
dengan pembangunan kanal melalui arah barat dan berbelok ke utara menuju land
Tandjong West di Djagakarsa. Sebagian debit air ini dialirkan ke sitoe Babakan.
Sejak inilah terbentuk kampong atau land Tanah Baroe. Oleh karena land Tandjong
West menerima manfaat dari air sitor Pitara, pemilik land Tandjong West
memberikan konpensasi kepada Gemeente Depok sekian gulden setiap tahunnya.
meningkatkan kanal irigasi di land Depok menuju ke arah hilir di land Pondok
Tjina. Seperti land Tandjong West sebelum 1830 adalah lahan kering, land Pondok
Tjina juga menjadi lahan subur karena adanya kanal irigasi. Lahan-lahan yang
berada di dataran yang lebih rendah dicetak sawah baru sementara lahan yang
lebih tinggi tetap menjadi lahan perkebunan (tetapi dengan adanya irigasi
menjadi lebih subur–tidak lagi kering di musim kemarau).
dengan land Ragoenan. Land Tjondet adalah pemekaran dari land Tandjong Oost. Tidak
diketahui siapa pemilik land Tjondet. Dengan penggabungan ini besar dugaan land
Ragoenan telah dijual oleh ahli waris Hendrik Lucasz Cardeel kepada pemilik
land Tjondet.
(suami dari putri) mantan Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (1775-1777).
Riemsdijk tidak hanya mempunyai land di (land) Antjol, juga Riemsdijk adalah
pemilik land Tjiampea yang sangat subur. Sebelumnya juga diketahui Gubernur
Jenderal Petrus Albertus van der Parra (1761-1775) sudah memiliki land
Weltevreden dan land Tjimanggies. Ahli waris Riemsdijk terus mempertahankan usaha
pertanian. Anak-anak Riemsdijk juga diketahui telah memiliki sejumlah land
seperti land Tjibinong, land Tjilodong, land Tjilangkap dan land Tapos.
terbentuk wilayah urban atau wijk. Informasi diketahui pada sebuah iklan dimana
sebuah persil lahan dijual di wijk Tjindet en Ragoenan (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-05-1865).
Pembeli lahan tersebut diberitakan adalah kongsi Said Mohamad bin Aboe Bakar Aydiet,
Said Mohamad bin Achmad bi Hassan dan Mr. JH Toe Water senilai f91.000 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 24-06-1865). Wijk ini adalah area Pasar Minggu yang
sekarang.
Tandjong West. Pasar ini tentu saja sudah jauh berkembang jika dibandingkan tahun
1830an. Pasar ini sudah dicatat dalam Almanak 1834 sebagai pasar Tandjong West.
Pada tahun 1860 land Tandjong West diketahui telah dibeli/disewa oleh Lie Ing
Lie. Dan pasar ini yang kemudian disebut Pasar Minggu (karena buka hari Minggu)
dimiliki oleh swasta (sebuah kongsi yang didalamnya termasuk Lie Ing Lie).
Land Tjondet en Ragoenan sendiri diduga kuat telah
menjadi milik kongsi dari Lie Eng Lie. Land Tjondet sendiri adalah pemekaran
dari land Tandjong Oost yang kemudian dibeli oleh kongsi dari Lie Eng Lie. Land
Ragoenan yang sebelumnya dimiliki oleh ahli waris Hendrik Lucasz Cardeel telah
berpindah tangan kepada kongsie Lie Eng Lie. Itulah mengapa dua land tersebut
disatukan dengan nama land Tjondet en Ragoenan.
dimiliki oleh perorangan. Land adalah semacam negara dalam negara. Yang berkuasa
di dalam land bukanlah pemerintah tetapi pemilik land (landheer). Landheer
tidak hanya berkuasa pada lahan tetapi semua yang berada di atasnya termasuk
penduduk. Pada era Gubernur Jenderal Daendels (1809-1811) sangat kesulitan
mendapatkan lahan untuk membentuk pusat pemerintahannya. Hal itu karena di
sepanjang sungai Tjiliwong (dari Batavia ke Buitenzorg) hampir semua lahan
telah dimiliki swasta. Upaya pembelian pun dimulai dengan menyisihkan anggaran
pemerintah.
pembangunan jalur kereta api dari Batavia hingga ke Buitenzorg. Namun
pertimbangannya sangat alot. Justru realisasi pembangunan jalur kereta api
dimulai di Semarang (hingga Ambarawa). Faktor keterlabatan ini diduga karena
faktor pembebasan lahan. Namun akhrnya realisasi jalur kerea api di wilayah
sungai Tjiliwong baru terjadi pada tahun 1869 meski masih terbatas hanya pada
ruas Batavia hingga Meester Cornelis (Boekit Doeri).. Pada tahun 1870
pemerintah setelah mendengar pertibangan Raad van Indie (semacam dewan pusat)
mengumumkan pembangunan jalur kereta api ruas Meester Cornelis hingga
Buitenzorg.
21-05-1870: ‘Gubernur Jenderal setelah mendengar Raad van Nederlandsch Indie
mengumumkan lanjutan pembangunan jalur kereta api. Semua yang melihat atau
mendengar ini merespon Salut!…Sehubungan dengan pembangunan rel kereta api
dari Batavia ke Buitenzorg untuk penggunaan publik menuntut agar pengambilalihan
atas nama perusahaan kereta api terhadap lahan milik pribadi (land) yang
diperlukan untuk pembangunan jalan dari Batavia ke Buitenzorg, yakni untuk
sebagian jalan, mulai dari perbatasan divisi kota dan pinggiran dan divisi
Meester-Cornelis sebagai titik awalnya ke tenggara ke arah land-land Parapatan,
Menteng dan Tjikeni melalui land tetangga Pegangsangan dan melintasi land-land Matraman
dan Kampong Alangong dan kemudian terbagi dua yang pertama ke arah timur di
atas land Boekit-Doeri ke Tjiliwong di seberang pasar Meester Coruelis dan yang
kedua ke selatan setelah Boekit-Doeri melalui perkampongan Klein Malayoe dan
land-land Kampong Malajoe, Kebon Baroe, Tandjong Lengkong, Lengkong Dalem dan
Tjikoko, kemudian dengan sebuah tikungan yang melalui perkampongan (wijk) Pengadegan
di atas land Pabean Chilauw en Bangka diantara perkampongan (wijk) Kampong Djati
dan Kalibata di atas land-land Tjondet, Ragoenan dan Tandjong West, kemudian
melalui perkampongan (wjik) Tanah Agong dan dari land Tandjong West ke
perbatasan selatan Afdeeling Meester Cornelis (antara Srengseng dan Pondok Tjina).
kereta api dari Batavia hingga Buitenzorg selesai dan mulai dioperasikan pada
bulan Januari tahun 1873. Sejumlah halte/stasion telah dibangun antara
Batavia-Buitenzorg, dua diantaranya di land Tandjong West dan land Tanah Agong.
Perusahaan kereta api menabalkan nama dua stasion ini bukan dengan nama (land)
Tandjoeng West dan (land) Tanah Agoeng tetapi dengan nama pasarnya yakni Pasar
Minggoe dan pasar Lenteng Agoeng.
![]() |
Jalur kereta api di kampng Kebagoesan (Peta 1901) |
Jalur kereta api telah membelah kampong Kebagoesan di
land Tandjong West dan juga memotong jalan kuno. Perpotongan jalan kuno dari
Pakuan/Padjadjaran ke Soenda Kelapa di ruas land Tandjong West dengan jalur
kereta api adalah sebagai berikut: jalan kuno dari tanjakan UI yang sekarang (perbatasan
land Srengseng/Lenteng Agoeng dengan land Pondok Tjina) berbelok ke arah timur
memotong rel di pangkal jalan Gardu yang sekarang (ujung jalan gardu ini tempo
doeloe adalah lokasi landhuis Sering Sing). Lalu dari pangkal jalan Gardu ini berbelok
lagi ke arah utara melewati markas militer yang sekarang hingga ke utara di sisi
timur stasion Lenteng Agoeng. Jalan kuno ini kmueidan berbelok ke arah barat di
depan IISIP yang sekarang dan seterusnya ke jalan Joe yang sekarang. Lalu jalan
kuno ini melewati kantor PDIP yang sekarang terus ke sisi barat stasion Tanjong
Barat yang sekarang dan berbelok ke timur memotong rel di bawah jembatan
penyeberangan. Belum ada stasion Tanjung Barat. Lalu jalur kuno ini ke arah
jalan Nangka. Jalan Nangka ini menuju landhuis Tandjoeng West, sedangkan jalur
jalan kuno melewati pom bensin lalu menembus jalan tol TB Simatupang hingga ke
depan Universitas Tama sampai ke Poltangan. Selanjutnya jalur jalan kuno ini
melewati SMA dan SMP lalu memotong rel ke arah barat dan berbelok lagi ke utara
hingga ke stasion Pasar Minggu (lampu merah).
Kebagoesan. Sebagaimana terlihat pada Peta 1901 kampong Kebagoesan sebagian
besar berada di sisi barat rel dan sebagian yang lain di sisi timur rel
(sekarang di area ini lagi dibangun mal/apartemen). Kampong Kebagoesan tidak
hanya dibelah oleh kanal irigasi tetapi juga jalur rel kereta api. Meski
demikian, kampong Kebagoesan yang terpisah oleh jalur rel kereta api tetap
menjadi satu kesatuan kampong di land Tandong West. Dalam Peta 1901 ini juga
terindikasi nama land baru yakni land Djati Padang en Kalibata Poelo. Land baru
ini telah memisahkan kembali land Ragoenan seperti semula, sementara land
Tjondet dihapus (kembali menjadi bagian dari land Tandjong Oost seperti
sebelumnya). Nama land Tanah Agong telah diubah menjadi nama land Lenteng
Agoeng. Halte/stasion Lentegg Agoeng berada di land Lenteng Agoeng. Land Tanah
Agong sendiri adalah land pemekaran dari land Tandjong West. Halte/stasion Pasar
Minggoe berada di land Tandjong West.
![]() |
Batas kampong Kebagoesan dan kampong Djati Padang (Peta 1901) |
Tidak diketahui secara jelas kapan land Djati Padang
terbentuk dan kapan digabungkan dengan land Kalibata-Poelo. Yang jelas pada
tahun 1888 Djati Padang masih diidentifikasi sebagai kampong (ligat Bataviaasch
nieuwsblad, 18-10-1888). Disebutkan seorang Tionghoa Lauw Pho di kampong Djati
Padang (Tandjong West, Meester Cornelis) telah memeluk agama asli (Islam) dan
telah mengubah namanya menjadi Sebi Deman dan mengenakan pakaian asli (Muslim).
Land Djati Padang en Kalibata Poelo sudah barang tentu
adalah gabungan land Djati Padang dan land Kalibata-Poelo. Land Djati Padang
sebelumnya wilayah kampong Djati Padang di dalam wilayah land Tandjong West. Land
Tandjong West makin berkurang, karena sebelumnya land Tanah Agong/land Lenteng
Agoeng telah dipisahkan dan dibentuk land tersedniri. Land Djati Padang yang
menjadi bagian dari land gabungan Djati Padang dan Kalibata-Poelo
batas-batasnya di sebelah barat berbatasan dengan Kali Saroewa (Kalibata), di
sebelah timur dekat dengan kanal; di selatan berbatasan dekat dengan kampong
Kebagoesan. Batas antar kampong sendiri tidak terlalu jelas karena tidak
diidentifikasi dalam peta. Yang diidentifikasi adalah batas-batas antar land.
Dengan terbentuknya land Djati Padang, maka batas antara kampong Djati Padang
dengan kampong Kebagoesan menjadi tampak jelas.
dan NV Cultuur Mij. Kebagoesan
dipersepsikan sebagai batas administrasi wilayah. Belum ada batas-batas kampong
secara definitif. Oleh karena itu semua kampong berada di dalam batas land.
Namun karena ada banyak kampong yang lebih dulu ada dari land, maka sebuah
kampong wilayahnya dapat terpisah yang mana sebagian berada di dalam batas land
dan sebagian tetap berada di luar batas land. Adakalanya sebuah kampong,
wilayahnya berada di dua land yang telah dibedakan (berbeda).
wilayah adminstrasi, tetapi tidak semua lahan di batas administrasi itu adalah
milik pemilik land Tandjong West. Land Srengseng adalah lahan milik orang lain
tetapi secara administrasi dianggap sebagai bagian dari wilayah administrasi
land. Ini boleh jadi karena hanya semata-mata untuk keperluan kartografi. Oleh
karena itu land Srengseng berada di dalam batas land Tandjong West. Dalam peta
hanya land Tandjong West yang diidentifikasi sementara land Srengseng
diidentifikasi hanya sebagai nama navigasi saja sebagaimana nama kampong. Sedangkan
land Tanah Agong memiliki batas tersendiri, luasnya sangat kecil. Land Tanah Agoeng
adalah padat penduduk dan diangkap sebagai sebuah wijk (semacam kelurahan pada
masa ini).
(landheer) sering terjadi. Sejak era Gubernur Jenderal Daendels pembelian lahan
oleh pemerintah tetap terus dilakukan sesuai dengan ketersediaan anggaran
pemerintah. Pada tahun 1836 suatu lahan yang berada di wilayah administrasi land
Tandjoeng West dijual pemerintah ke publik, Land itu diberi nama land
Djagakartsa (lihat Javasche courant, 11-05-1836).
karena lahan di Djagakarsa fungsinya telah meningkat sehubungan dengan adanya
pembangunan kanal. Siapa yang membeli/menyewa Land Djagakarsa, milik pemerintah
tersebut tidak diketahui. Tidak ada kabar berita siapa yang mengusahakan. Boleh
jadi land Djagjakarsa tidak laku karena luasnya yang terlalu kecil bagi
investor. Selain itu, pasokan air untuk
land Djagakarsa juga tidak terlalu memenuhi untuk keseluruhan.
tidak lagi berdiri sendiri tetapi sudah disebut dengan nama baru yakni land
Tandjong West en Djagakarsa (lihat Peta 1914). Pada Peta 1901 hanya
diidentifikasi sebagai land Tndjong West (saja). Hal yang juga teridentifikasi
pada Peta 1914 adalah bahwa land Djati Padang telah dipisahkan dari land
Kalibata lalu dihapus dan terbentuk land Ragoenan en Tjondet. Di sebearang
sungai Tjiliwong juga terlihat eksis kembali land Tjondet,
land partikelir dilakukan pada era VOC. Sebagian land partikelir telah dibeli
pemerintah. Sedangkan pembentukan land pemerintah dalam rangka peningkatan
penggunaan lahan dalam pembangunan pertanian. Penjualan lahan pemerintah adalah
penjualan lahan ke publik yang mengikuti aturan pemerintah (berbeda dengan
aturan yang diterapkan oleh pemilik land partikelir).
dari land Ragoenan. Para penggarap atau penyewa di land Ragoenan menunjukka
ketidakpusasn karena pemilik land telah menaikkan sewa lahan. Hal ini telah
meinimbulkan keresahan di masyarakat. Penduduk melakukan demo ke Balai Kota
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-04-1917). Untuk menghindari
kemungkinan munculnya permssalahan yang lebih besar, pemerintah membeli land
Ragoenan.
penduduk yang berada di land Ragoenan yang dimiliki oleh Mr. Lic Hin Pang,
berada di Balai Kota untuk mengeluh tentang kenaikan sewa tanah yang tidak
masuk akal, yang secara tiba-tiba dinaikkan dari f25 menjadi f80. Diperoleh
keterangan dari pihak yang kompeten bahwa ada kekacauan besar di land yang
bersangkutan dan bahwa disarankan untuk melakukan hal ini dengan cermat’.
![]() |
Bataviaasch nieuwsblad, 26-07-1917 |
Bataviaasch nieuwsblad, 26-07-1917: ‘Dikurangi Menjadi Milik
Pemerintah. Sehari sebelum kemarin, pemerintah membeli land Ragoenan yang terletak di Afdeeling Meester
Cornelis dengan harga f165.000. Sejarah pembelian ini patut diceritakan bahwa beberapa
tahun yang lalu land Ragoenan masuk ke dalam perbudakan dengan pemilik terakhir
Lie Hin Pang, ia menaikkan sewa tanah yang sebagian besar merupakan hasil utama
dari lahan itu Dalam beberapa kasus, hasil sewa kebun sepuluh kali lipat lebih
tinggi. Ini secara alami menyebabkan gerutuan, kemudian gesekan diantara penduduk
dan ketidakpuasan meningkat begitu tinggi sehingga timbul gangguan. Kemudian pemerintah
yang tidak dapat memaksanya (intervensi),
memutuskan untuk membeli land tersebut’.
Djagakarsa mulai diusahakan dan ada investor yang berminat dan
mengeksploitasinya (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-06-1919). Sebuah
perusahaan besar dibentuk yang berbasis di Batavia yang bernama NV Landbouw
Maatschappij Tandjong West akan mengeksploitasi lahan pemerintah di Djagakarsa.
Perusahaan ini juga akan menambah lahan dengan mengeksploitasi land Kalibata di
Grobogan. Land Kalibata yang akan diusahakan itu adalah lahan yang dimiliki
oleh Said Abdulla bin Djafar Alhadat yang bertempat tinggal di land Kalibata
Kampong Djati.
baru yang bernama NV Cultuur Maatschappij Kebagoesan (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 06-06-1924). Disebutkan dengan keputusan pemerintah disetujui
pembentukan perusahaan NV Cultuur Maatschappij Kebagoesan.
perusahaan pertanian ini dari waktu ke waktu membutuhkan banyak air yang lebih
banyak sehubungan dengan bertambahnya areal pertanian. Air yang bersumber dari
kanal sitoe Pitara dan kanal dari sitoe Babakan dianggap tidak mencukupi lagi
(terutama pada musim kemarau). Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut,
perusahaan melalui pemerintah Batavia menegosiasikan agar air yang dipasok dari
kanal Pitara dapat ditingkatkan. Negosiasi ini sangat alot. Hasil keputusan
terakhir terjadi pada tahun 1930.
besar. sitoe Pitara harus ditutup, dan semua debit air dari hulu di land Tjitajam
dan Ratoedjaja dialirkan langsung ke sitor Pitara dialirkan langsung ke kanal Tanah
Baroe. Sehubungan dengan hal tersebut kanal juga diperlebar. Debit air yang
melalui Tanah Baroe ini sebagian langsung ke land Djagakarsa dan sebagian dialirkan
ke sitoe Babakan untuk meningkatkan debit air ke kanal Tandjong West. Sitoe
Pitara ditutup selama-lamanya dan tamat. Sitoe ini adalah warisan dari Cornelis
Chastelein sejak era VOC.
melalui land Djagakarsa dan kanal melalui land Tandjong West semakin besar.
Debit air yang tinggi ini pada gilirannya semakin memenuhi kebutuhan air di
hilir di seperti Pasar Minggoe, Doerian Tiga, Pantjoran, Tebet dan Menteng.
pertanian yang potensial di selatan Batavia, pemerintah Batavia terus
memperhatikan land Tandjong West dan sekitarnya. Jalan raya dari Batavia menuju
Pasar Minggu mendapat perhatian pada tahun 1930 (lihat Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 17-04-1930). Disebutkan dalam rapat dewan Raad Meester
Cornelis disepakati sejumlah keputusan (salah satu diantaranya) adalah untuk
pengelolaan jalan Pasar Minggoe ke wilayah perbatasan Buitenzorg di land
Tandjong West dan Djagakarsa. Sehubungan dengan peningkatan jalan ini, akses ke
land Djagakarsa ditingkat melalui jalan Joe yang sekarang (tidak lagi melalui
Lenteng Agoeng).
hanya menguntungkan bagi Batavia tetapi memberikan manfaat langsung bagi
pemerintah Buitenzorg. Hubungan Depok dan sekitarnya semakin lancar ke Batavia.
Meningkatnya akses penduduk di Depok juga dapat meingkatkan kegiatan
perekonomian dan perdagangan di Batavia khususnya di land Tandjong West dimana
terdapat pasar yakni Pasar Minggoe (yang belakangan ini terus berkembang).
Tentu saja akan dirasakannya adanya arus barang dan orang di land Djagakarsa yang
semakin meningkat. Land Djagakarsa termasuk desa baru Tjigandjoer Tanah Baroe
akan lebih berkembang.
lahan-lahan yang selama ini belum digarap di land Tandjong West. NV Landbouw
Maatschappij Tandjong West terus berkibar, demikian juga NV Cultuur
Maatschappij Kebagoesan. Keberadaan perusahaan NV Cultuur Maatschappij
Kebagoesan ini masih eksis paling tidak hingga tahun 1955 (lihat Java-bode :
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 12-11-1955).
Disebutkan rapat tahunan pemegang saham NV Cultuur Maatschappij Kebagoesan diadakan
di kantor NV Nationale Trust Mij di djalan Nusantara 20 Djakarta, Woensdag 30
Novermber pukul 10.
Desa Kebagusan:
Kebun Pertanian di Pasar Minggu
Minggoe termasuk land Tandjong West. Dalam perkembangannya lahan tersebut dijual
dan dipisahkan dari land Tandjong West. Akan tetapi dalam batas-batas
tradisional, lahan tersebut tetap masuk land Tandong West. Namun lambat laun
nama (wijk) Pasar Minggoe semakin populer sebab tidak hanya ada pasar tetapi
juga halte kereta api dibangun di wijk Pasar Minggoe. Dalam pembentukan
onderdistrict baru di District Kebajoran, nama yang digunakan adalah Pasar
Minggoe. Dengan kata lain, dari sudut masa lalu secara tradisional nama wilayah
adalah Tandjong West, tetapi dari sudut perkembangan baru (modern) nama Pasar
Minggoe yang digunakan sebagai nama wilayah.
Minggoe, wilayah di selatannya menjadi tampak sedikit tertinggal. Wilayah
sekitar Pasar Minggoe berubah menjadi urban, sementara wilayah Tandjong West en
Djagakarsa tetap menjadi rural. Sementara perkembangan urban lainnya terjadi di
Lenteng Agoeng. Kampong Kebagoesan yang berada di tengah antara dua urban ini
menjadi jauh dari pusat keramaian.
![]() |
Peta 1914 |
Secara geografis kampong Kebagoesan lebih dekat ke wijk
Lenteng Agoeng jika dibandingkan ke wijk Pasar Minggoe. Namun secara sosial
ekonomi kampong Kebagoesan lebih dekat ke Pasar Minggoe. Hal ini karena adanya
perkembangan yang pesat di wilayah Ragoenan dan Djati Padang. Seperti disebut
sebelumnya, kampong Kebagoesan terdiri dari tiga area yakni area di utara,
selatan dan timur. Area di timur ini berada di sisi timur jalur rel kereta api,
area selatan berbatasan dengan land Djagakarsa yang kini disebut Kebagoesan
Wates; sedangkan area yang di utara lebih dekat dengan kampong Djati Padang.
Akses jalan sangat baik ke kampong Djati Padang. Jalan ini berpangkal di jalan
raya antara Pasar Minggoe dengan Ragoenan. Oleh karena itu kampong Kebagoesan
yang berdekatan dengan Djati Padang menjadi lebih cepat berkembang. Kelak kampong
Kebagoesan yang dekat dengan Djati padang ini disebut Kebagoesan Besar,
sementara kampong Kebagoesan di sisi timur jalur rel menghilang dan menjadi
bagian dari Tandjung Barat. Antara kampong Kebagoesan Besar dan kampong
Kebagoesan Wates disebut kampong Kebagoesan Ketjil. Dari jalan kuno/sisi rel
kereta api, akses menuju kampong Kebagoesan besar diakses dari jalan kecil di
sekitar stasion Tanjung Barat yang sekarang, sedangkan ke kampong Kebagoesan
Wates diakses dari sekitar kantor PDIP/pom bensin yang sekarang (di selatan
jalan Joe),
administrasi wilayah yang bertepatan dengan penyelenggaraan sensus penduduk
tahun 1930, kampong-kampong Kebagoesan (Besar, Wates dan Ketjil) dijadikan
sebagai satu desa. Desa lain yang terbentuk adalah desa Djati Padang, desa
Ragoenan dan desa Tandjong West. Sedangkan area urban Pasar Minggoe dijadikan
sebagai kelurahan (wijk).
![]() |
Peta 1934 |
Dalam sistem administrasi wilayah yang baru ini desa Kebagoesan
termasuk wilayah Afdeeling (Regentschap) Meester Cornelis, Residentie Batavia.
Afdeeling ini terdiri dari tiga district yakni District Meester Cornelis (sisi
timur sungai Tjiliwong); District Kebajoran (sisi barat sungai Tjiliwong) dan
District Bekasi. Selanjutnya District Kebajoran dibagi ke dalam tiga onderdistrit,
yakni Onderdistrict Kebajoran, Onderdistrict Mampang Prapatan dan Onderdistrict
Pasar Minggoe. Desa Kebagoesan berada di Onderdistrict Pasar Minggoe. District
dikepalai oleh seorang Demang, sedangkan onderdistrict dikepalai oleh Asisten
Demang.
![]() |
Peta 1940 |
membangun laboratorium pertanian. Tiga lokasi yang ditetapkan adalah dua persil
di jalan raya Pasar Mienggoe-Ragoenan dan satu persil di kampong Oetan di
Ragoenan di taman Margasatwa yang sekarang (lihat Peta 1934)). Sebagaimana
diketahui land Ragoenan telah diakuisisi pemerintah sejak tahun 1917. Dua
persil lahan yang berada dekat Pasar Minggoe ini diduga adalah pembelian lahan
baru oleh pemerintah.
Keberadaan kebun pertanian pemerintah di Ragoenan ini
sudah ada sebelum tahun 1934. Pada tahun 1934 muncul inisiatif dari Inlandsch
Mij. voor Individueele Werkverschaffing (IMIW), suatu tim teknis pemerintah
untuk pekerjaan perorangan untuk menyelenggrakan pelatihan (pertanian) tanaman
hortikultura di perusahaan hortikultura (milik) Pemerintah ‘Ragoenan’. Lokasi
yang ditetapkan sebagai tempat pelatihan adalah desa Tjigandjoer (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 15-05-1934). Desa Tjigandjoer
adalah tetangga desa Ragoenan tempat dimana terdapat kebun pertanian
pemerintah. Kebun pertanian di Ragoenan dan tempat pelatuhan pertanian
hortikultura di Tjigandjoer tidak jauh dari desa Kebagoesan.
Kebagoesan sudah jauh berkembang jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan Peta 1940 jalan akses ke desa Kebagoesan dari desa Djati Padang
sudah ditingkatkan. Dengan kata lain dari desa Kebagoesan yang berpusat di
kampong Kebagoesan Besar akses jalan mutunya sudah sama dengan jalan yang ada
di desa Djati Padang. Ini mengindikasikan bahwa desa Kebagoesan melalui jalan
di desa Djati Padang sudah jauh lebih berkembang jika dibandingkan dengan
kampong Kebagoesan di dekat rel kereta api.
![]() |
Rumah Megawati Sukarnoputri |
Desa Kebagoesan adalah desa kebaikan. Siapa sangka suatu
waktu nanti, putri Presiden Soekarno bertempat tinggal di Kebagusan. Desa
Kebagoesan sendiri telah berkembang dari suatu kampong di masa lampau yang disebut
kampong Kebagoesan. Desa Kebagoesan semakin berkembang lagi pada era
kemerdekaan Indonesia dimana Megawati Sukarnoputri, anak Presiden Sukarno
bertempat tinggal.
Sukarnoputri
terjadinya pendudukan militer Jepang pada tahun 1942. Bagaimana situasi dan
kondisi di desa Kebagoesan selama pendudukan Jepang tidak diketahui secara jelas.
Pendudukan Jepang hanya berlangsung singkat karena menyeah kepada Sekutu.
oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun tidak lama kemudian
kembali datang Belanda. Pemerintah RI di Djakarta harus pindah ke Jogjakarta
(sebagai ibukota baru di pengungsian) sementara rakyat dan tentara Indonesia
berperang melawan tentara NICA/Belanda. Area gerilya para pejuang Indonesia
termasuk di desa Kebagoesan.
Presiden Soekarno melahirkan seorang putri di Jogjakarta yang diberi nama Dyah
Permata Soekawati Poetri alias Megawati Satyawati. Berita kelahiran putri
Presiden RI Soekarno diumumkan melalui radio Jogjakarta (De Volkskrant, 27-01-1947)
dan diberitakan kantor berita Antara yang dilansir surat kabar Nieuwe courant.
![]() |
Nieuwe courant, 27-01-1947 |
Nieuwe courant, 27-01-1947: ‘Menurut kantor berita
republik Antara, istri (nyonya) Soekarno melahirkan pada malam hari tanggal 23
Januari seorang putri yang diberi nama Dyah Permata Soekawarni Poetri alias
Megawati Satyawati, lapor Aneta dari Batavia’.
Presiden dengan Megawati. Namun dalam perkembangannya nama putri Presiden
ditulis sebagai Megawati Sukarnoputri (lihat Algemeen Indisch dagblad : de
Preangerbode, 24-01-1951). Penulisan nama Megawati Sukarnoputri muncul
sehubungan dengan berita acara ulang tahun keempat dari putri Presiden yang
diadakan di istana dengan mengundang ratusan anak-anak. Dalam acara ulang tahun
tersebut, setelah bermain dan menari di taman, film berwarna Bambi karya Walt
Disney diputar untuk para tamu kecil. Sejak inilah diduga nama Megawati Sukarnoputri
digunakan hingga ini hari.
.
era ‘perang demokrasi’, putri Presiden Sukarno yang telah menjadi tokoh politik
lebih memilih tinggal di kelurahan Kebagusan. Rumah Megawati itu kini berada di
jalan Kebagusan IV Dalam. Uniknya, sejak tinggal di Kebagusan pada tahun
1990an, Megawati selalu mencoblos di TPS yang berada di kelurahan Kebagusan
ini. Itu bagusnya, tidak ada buruknya memang.
![]() |
Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa |
Pada tahun 1990
sebanyak enam kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu dipisahkan dan disatukan
dengan membentuk kecamatan baru yakni kecamatan Jagakarsa, Keenam kelurahan di Kecamatam Jagakarsa ini
adalah Tanjung Barat, Lenteng Agung, Jagakarsa, Ciganjur, Cipedak dan Srengseng
Sawah. Sementara kelurahan yang tetap bagian dari kecamatan Pasar Minggu adalah
Pejaten Barat, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Kebagusan, Jati Padang, Ragunan dan
Cilandak Timur. Nama kelurahan Pasar Minggu sama dengan nama kecamatan; nama kelurahan Jagakarsa sama dengan nama kecamatan.
![]() |
Rumah Megawati di kelurahan Kebagusan |
Pada masa lampau
batas-batas kelurahan yang sekarang berada di dua kecamatan yang sekarang di
dua land yang ada yakni land Ragoenan dan land Tandjong West. Land Tandjong
West kemudian dimekarkan dengan membentuk land Tanah Agong (termasuk
Srengseng). Kemudian land Tanah Agoeng berubah menjadi land/wijk Lenteng
Agoeang (tidak termasuk Srengseng). Dalam perkembangannya, land Tandjong West
dimekarkan kembali dengan membentuk land Djagakarsa (yang didalamnya kemudian
terbentuk desa Tjigandjoer yang pada gilirannya kelurahan Ciganjur dimekarkan
dengan membentuk kelurahan Cipedak). Sementara di sisi lain, wijk Pasar Minggoe
dipisahkan dari land Tandjong West. Dalam hal ini desa Kebagoesan masih berada
di land Tandjong West.
![]() |
Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu |
Land Ragoenan pernah
digabungkan dengan land baru yakni land Tjondet (pemekaran dari land Tandjong
Oost). Namun dalam perkembangannya terbentuk land Kalibata en Djati Padang. Land
Tjondet dihapus. Desa Pedjaten sebelumnya berada di land Tjondet. Lalu land
Tjondet kembali eksis tetapi hanya berada di sisi timur sungai Tjiliwong.
Dengan kata lain desa Pedjaten awalnya adalah masuk land Tjondet tetapi kemudian
menjadi bagian dari land Kalibata en Djati Padang. Lalu kemudian land Kalibata
dipisahkan dan terbentuk land Ragoenan en Tjondet (sementara land Tjondet tetap
eksis di sisi timur sungai Tjiliwong). Desa-desa yang terdapat di land Ragoenan
en Tjondet adalah Ragoenan, Djati Padang dan Pedjaten.
![]() |
Pasar Minggu dan Kebagusan; Tanjung Barat dan Lenteng Agung |
Sehubungan
dengan pembentukan tiga onderdistrict di District Kebajoran (Afdeeling Meester
Cornelis), onderdistrict Pasar Minggoe terdiri dari desa-desa yang berada di
land Tandjong West (desa Tandjong West, desa Kebagoesan dan wijk Pasar Minggoe),
land Lenteng Agoeng (wijk Lenteng Agoeng dan desa Srengseng), land Djagakarsa
(desa Djagakarsa dan desa Tjigandjoer) dan land Ragoenan en Tjondet (desa
Ragoenan, desa Djati Padang dan desa Pedjaten). Pada era pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda semua desa-desa di onderdistrict Pasar Minggoe tetap
disatukan sebagai kecamatan Pasar Minggu. Pada tahun 1990 kecamatan Pasar
Minggoe dimekarkan dengan membentuk kecamatan Jagakarsa. Jika memperhatikan ke
awal di masa lampau, desa Tanjung Barat (land origin Tandjong West) seakan
mengalami degradasi yang hanya terisasa sebagai kelurahan Tanjung Barat;
sementara wijik Pasar Minggoe dan land Djagakarsa yang sebelumnya bagian dari
land Tandjong West mengalami promosi sebagai nama kecamatan (kecamatan Pasar
Minggoe dan kecamatan Jagakarsa). Secara geografis dalam pembentukan kecamatan
Jagakarsa, kelurahan Tanjung Barat lebih dekat ke kecamatan Pasar Minggu jika
dibandingkan dengan kelurahan Kebagusan. Namun mengapa kelurahan Tanjung Barat
dimasukkan ke kecamatan Jagakarsa kurang diketahui secara jelas, lebih-lebih nama
kecamatan baru justru mengadopsi nama kelurahan Jagakarsa, bukan nama Tanjung
Barat.
pembentukan kecamatan Jagakarsa, nama kampong Kebagoesan, nama desa Kebagoesan
dan nama kelurahan Kebagusan tidak pernah diperhitungkan. Kebagusan selalu
berada dalam baris terakhir di dalam daftar prioritas. Posisinya dari dulu
selalu berada di wilayah terpencil.
![]() |
Batas kelurahan Lenteng Agung (Peta 1995) |
Pada masa ini, batas-batas kelurahan Kebagusan adalah
sebagai berikut Sebelah utara berbatasan dengan jalan TB Simatupang (kelurahan
Jati Padang); sebelah timur berbatasan dengan Kali Baru (kelurahan Lenteng
Agung); sebelah selatan berbatasan dengan jalan Joe dan jalan H. Mursid
(kelurahan Jagakarsa); sebelah barat berbatasan dengan jalan Kebagusan Raya
(kelurahan Ragunan).
Keberadaan Kebagoesan bagaikan roda pedati adakalanya
di bawah dan ada saatnya di atas. Pada saat pembangunan jalan tol lingkar luar
(JORR) ruas Rambutan-Pondok Indah tahun 1990 yang diberi nama jalan TB
Simatupang, jalan akses menuju desa Kebagoesan dari desa Jati Padang terpotong.
Untuk meningkatkan akses ke Kebagusan (juga ke Jati Padang) dibangun jalan
alternatif di kedua sisi jalan tol. Kolenel Simatupang sendiri adalah panglima
tertunggi TNI yang membawa Presiden Sukarno pindah dari ibukota pengungsian di
Jogjakarta ke Djakarta untuk menempati Istana Negara (Istana Merdeka) pada
tanggal 28 Desember 1949.
batas kelurahan Kebagusan dan kelurahan Tanjung Barat tidak berimpit tetapi
disela oleh kelurahan Lenteng Agung (dari jalan Joe hingga jalan tol Simatupang
antara kanal dan rel kereta api). Itu semua bermula dari awal di masa lampau di
era VOC dalam pembentukan tanah-tanah partikelir (landerein). Setelah land
Sering Sing (Srengseng) dan land Tjinere terbentuk, dibentuk lagi land Ragoenan
(di sisi timur land Tjinere) dan land Tandjong West (di sisi utara land
Srengseng). Lahan-lahan marjinal antara land Tandjong West dan land Ragoenan
adalah sisa milik pemerintah VOC. Lahan pemerintah ini adalah lahan yang menjadi
wilayah kampong Kebagoesan dan kampong Djagakarsa. Pada tahun 1830 land
Tandjong West membangun bendungan di sitoe Babakan dan menarik kanal irigasi ke
hilir mengikuti sisi luar bagian barat land Tandjong West. Setelah adanya kanal
sebagian land Tandjong West dijual dan terbentuk land Tanah Agong. Batas land
Tanah Agoeng yang kemudian berganti nama menjadi land Lenteng Agoeng mulai dari
batas land Srengseng, bagian bawah stasion Lenteng Agoeng dan batas kanal di
sekitar jalan Joe hingga ke hilir. Dalam hal ini jalan kuno dan kanal adalah
wilayah land Tanah Agong/Lenteng Agoeng. Dalam tahap selanjutnya sehubungan
dengan pembangunan pasar Tandjong West dan perkembangan pasar tersebut yang
kemudian disebut Pasar Minggoe, area land Tandjong West yang telah menjadi
urban (wijk) dipisahkan dari land Tandjong West. Batas wijk Pasar Minggoe ini
di sisi selatan berimpit dengan batas land (wijk) Lenteng Agoeng di jalan tol
Simatupang yang sekarang. Batas antara wijk Pasar Minggoe dan land Tandjong
West adalah jalan kuno mulai dari depan Universitas Tama yang sekarang, Poltangan
hingga stasion Pasar Minggoe. Namun secara tradisional, kampong Kebagoesan
memanjang mulai dari sisi land Ragoenan. Lahan pemerintah dan land Tandjong
West. Oleh karena land Tandjong West dijual dan terbentuknya land Tanah
Agong/Lenteng Agoeng maka kampong Kebagoesan juga terdapat di land Tanah
Agong/Lenteng Agoeng. Pada saat penataan administrasi wilayah desa tahun 1930
kampong Kebagoesan mengalami penyusutan. Desa Kaboegasan yang dibentuk tahun
1930 hanya yang berada di lahan pemerintah. Sementara kampong Kebagoesan di
land Lenteng Agoeng (antara kanal dan rel) menjadi bagian dari wijk Lenteng
Agoeng. Sedangkan kampong Kebagoesan di land Tandjong West (sisi timur rel)
menjadi bagian dari desa Tandjong West. Karena itulah kelak nama stasion baru tidak disebut stasion Kebagusan, dan juga bukan stasion Lenteng Agung (Baru), tetapi stasion Tanjung Barat (toh juga Lenteng Agung sudah punya strasion sendiri).
Jalan alternatif inilah yang menghidupkan
kembali aura bagus desa Kebagusan menjadi tempat pemukiman yang dapat diakses
dari berbagai penjuru. Sesuai namanya, Kebagusan memang pada akhirnya mendapat
kebaikan. Kebaikan berikutnya adalah Megawati, putri Presiden Sukarno memilih
bertempat tinggal di Kebagusan. Tidak itu saja, sejak Megawati tinggal di
Kabagusan, nasib putri Presiden Sukarno ini menjadi lebih baik dan bahkan dari
Kebagusan Megawati Sukarnoputri menjadi Presiden RI untuk menempati Istana
Merdeka. Singkat kata hukum silogisma berlaku: Megawati adalah Kebagusan; Kebagusan
adalah Kebaikan; maka Megawati adalah Kebaikan.
blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah
menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping
pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat
tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton
sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan
sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam
memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini
hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).
Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.