Sejarah

Sejarah Jakarta (78): Sejarah Kemayoran, Majoor St Martin hingga Jozef Benjamin de Buda; Sejarah Musik Keroncong di Batavia




false
IN



























































































































































*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Ada nama lagu Krontjong Kemajoran. Itu tempo
doeloe. Lagu ini dibawakan oleh Miss Netty di bawah label Muziek Vereeniging
Jong Java. Namun bukan lagu Krontjong Kemajoran itu yang akan diperhatikan,
tetapi tentang sejarah awal Kemayoran dan sejarah musik keroncong di Batavia
(kini Jakarta). Tempo doeloe di Kemajoran terdapat tempat pertujukan musik
keroncong yang pengunjung harus membayar tiket masuk. .

Lagu
Krontjong Kemajoran direkam oleh Delima Recording dalam gramplaat (piringan
hitam), Lagu ini dinyanyikan oleh Miss Netty atas pesanan Muziek Vereeniging
Jong Java. Kapan tahun beredarnya tidak disebutkan. Namun karena ini dipesan
oleh divisi Jong Java (Muziek Vereeniging) maka maka rekaman ini dibuat antara
tahun 1915 dan 1929 (didirikan dan dibubarkannya Jong Java). Jika dikaitkan
dengan perusahaan rekaman pertama di Batavia (Populair milik Yokintjam di Pasar
Baroe) tahun 1927, maka rekaman ini dibuat sekitar 1927-1929. Lantas siapa itu
Miss Netty? Tentu saja seorang penyanyi dari grup orschest tertentu (boleh jadi
dalam hal ini Delima Orchest). Miss Netty dikenal sebagai seorang penyanyi
(lihat De Indische courant, 09-10-1937).  

Tentu saja sejarah Kemayoran sudah pernah ditulis
yang lain. Namun tentu saja masih banyak bolongnya. Sementara itu soal sejarah
keroncong di Batavia tapaknya belum tergali secara mendalam. Dengan meminjam
judul lagu Krontjong Kemajoran artikel ini akan menggali lebih dalam lagi
sejarah Kemajoran dan sejarah keroncong di Batavia. Untuk meningkatkan
pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Kemajooran, 1750

Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*. Bataviaasch nieuwsblad, 03-05-1924

Siapa Jozef Benjamin de Buda?
Seorang jurnalis pada tahun 1890 menemui seorang bernama Jozep Benjamin
de Buda di ujung Gang Kemajoran (jalan Gunung Sahari V/jalan Garuda yang
sekarang). Jurnalis tersebut menyajikan laporannya di surat kabar (lihat
Bataviaasch handelsblad, 20-04-1890). Jozep mengaku leluhurnya keturunan Portugis
yang menjadi awal marga mereka de Buda telah mewarisi rumah dan lahan.
Leluhurnya adalah seorang pekerja yang bekerja untuk tuannya. Mantan tuannya memberikan
sebuah rumah yang sebelumnya indah dan dengan sejumlah uang semuanya sebagai
rasa terima kasih atas pelayanannya yang setia dan kepatuhannya.
Bataviaasch
handelsblad, 20-04-1890

Tempo
doeloe jalan menuju Kemayoran dari Kota (Stad) Batavia melalui benteng Jacatra
(jalan Pangeran Jayakarta dan jalan Industri yang sekarang). Saat itulah Majoor
Saint Martin memiliki lahan yang kini disebut Kemayoran. Sementara Cornelis
Chastelein sudah lebih dahulu memiliki lahan di dekat benteng Noordwijk. Karena
ingin pindah ke Serinsing (kini Serengseng) dan Depok, Chastelein menjual
lahannya kepada Justinus Vink. Justinus Vink dalam perkembangannya membangun
pasar. Lahan ini kemudian disebut land Weltevreden (Pasar Senen). Majoor Saint
Martin meninggal tahun 1698. Penulisan buku botani tujuh volume peninggalan
Rumphius tidak selesai oleh Saint Martin dan kemudian diteruskan oleh Cornelis
Chastelein. Untuk ukuran saat itu, tiga Prancis ini (Georg Eberhard Rumphius,
Saint Martin dan Cornelis Chastelein) adalah ilmuwan di bidang botani.

Siapa yang menjadi tuannya de Buda diduga kuat
adalah Majoor Saint Martin. Sebelum kematiannya tahun 1698, Saint Martin tidak
bisa mewarisi propertinya kepada keluarga karena semuanya berada di Eropa.
Alasan inilah diduga Saint Martin mewariskannya kepada pekerjanya de Buda. Ini
tampaknya mirip kisah Cornelis Chastelein yang mewariskan lahannya di (land) Depok
kepada pekerjanya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bagaimana Asal Usul Sejarah Keroncong di Batavia?
Sejarah Kemayoran bermula dari keberadaan Majoor
Saint Martin sebagai pemilik land Kemajoran. Keturunan dari pekerja pewaris
properti milik Majoor Saint Martin menyebut lingkungan tinggal mereks sebagai
Kemajoran. Lantas bagaimana asal usul (musik) keroncong di Kemayoran? Para
keturunan pewaris properti Majoor Saint Martin inilah yang meneruskan dan
melestarikan musik keroncong di Kemayoran.   
Bataviaasch
handelsblad, 20-04-1890

Jurnalis
yang telah disebutkan di atas, di dalam artikelnya menyatakan cucu dari Jozep
Benjamin de Buda bernama Karel Albert de Buda memiliki bakat yang baik dalam
musik yang meneruskan warisan leluhur. Karel Albert de Buda adalah guru musik
di lingkungan mereka. Karel Albert de Buda sudah 30 tahun telah meneruskan
maestro musik Jozef Benjamin de Buda. Karel Albert de Buda yang memimpin
orchest dan tarian dan telah mengisi acara pesta-pesta dari waktu ke waktu
termasuk acara para pejabat tinggi Belanda di Batavia.

Istri Karel
Albert de Buda adalah seorang perempuan yang lengkap. Seperti halnya Karel
Albert de Buda yang memiliki keahlian khusus dalam musik dibanding
saudara-saudaranya, istrinya juga memiliki keahlian khusus dalam memasak dan
membuat roti yang unggul dibandingkan saudara-saudara perempuannya. Masakan dan
roti serta kue-kue buatan Ny. de Buda bahkan sering diorder oleh keluarga
Koningsplein (maksudnya keluarga Gubernur Jenderal). Ny de Buda adalah Chef (koki)
pada jaman sekarang.
Jozep Benjamin de Buda diduga datang ke Batavia
sebagai tawanan perang ketika VOC pada tahun 1641 berhasil mengalahkan Portugis
di Malaka. Tentu saja tidak hanya Jozep Benjamin de Buda yang ditawan di
Batavia. Masih ada keturunan Portugis lainnya. Mereka yang dibawa dari Malaka telah
menikah dengan penduduk setempat (di Batavia) dan telah memiliki keturunan yang
banyak seperti Jozep Benjamin de Buda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel
sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top