*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
Perang adalah praktek kuno yang terus berlangsung
sepanjang masa. Perang adalah cara politik untuk mencapai tujuan:
menghancurkan, mempertahankan diri, menguasai, menciptakan keamanan, perdamaian
dan sebagainya. Seperti di wilayah lain, juga terjadi di Bali, sejak jaman kuno
kerajaan-kerajaan hingga era modern (Republiken melawan penjajah Belanda).
Perang berbeda setiap era.

Bali tidak hanya jilid 1 (Boeleleng), jilid 2 (Djagaraga), jilid 3 (Koesamba),
ada juga Perang Badoeng, Perang Kloengkoeng, Perang Bandjar dan lainnya. Perang
Bali dalam hal ini tidak hanya antara Bali dan asing, tetapi juga antar sesama
Bali dan perang antara Bali dengan wilayah lain (Banjoewangi dan Lombok). Dalam
perang masa lalu, perang tidak hanya terjadi di era Belanda tetapi juga terjadi
di era Inggris dan era pendudukan Jepang. Dalam hal ini perang melawan Inggris
tidak hanya di Djogjakarta tetapi juga terjadi di Bali.
Semua Perang Bali adalah fakta masa lalu. Namun
sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Dalam sejarah perang di
Bali, kita coba lagi ringkas semua perang yang terjadi di Bali dari permulaan
sejarah hingga berakhirnya sejarah perang. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Perang Banjoewangi: Era VOC
Pada tahun 1633 ada laporan pedagang VOC di Bali
bahwa kerajaan Bali akan menyerang Mataram (lihat Het Gezantschap Naar Bali,
Onder den Gouverneur Generaal Hendrik
Brower, in 1633 yang dimuat pada majalah Bijdragen tot de taal-, land- en
volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1856). Tidak begitu jelas menyerang Mataram
apakah menyerang pusatnya di pedalaman Jawa atau cabang-cabang pemerintah
kerajaan Mataram seperti pantai utara Jawa (dan Madura) atau Lombok atau
menghadang Mataram di Blambangan dan Panaroekan. Sebab sebelumnya Mataram
(bersama orang Moor) sudah menaklukkan banyak kota penting seperti Soerabaja,
Pasaroeang, Gricee dan Toeban.
Laporan
ini segera direspon oleh pemerintah VOCdi Batavia. Sebab Bali dan VOC memiliki
musuh yang sama. Juga tidak diketahui apa motif Bali menyerang Mataram apakah
karena Mataram yang sangat kuat di Lombok dan timur pulau Jawa atau apakah Bali
sangat khawatir pengaruh Islam akan ke Bali melalui para pedagang-pedagang
Mataram (yang termasuk orang-orang Arab) di pantai timur Jawa dan Lombok? Yang
jelas tawaran VOC ini diterima Bali. Sebagaimana diketahui hubungan VOC dengan
Bali sudah ada tempo doeloe bahkan sejak era Cornelis de Houtman. Hubungan itu
semakin intens setelah Belanda berhasil menaklukkan Ambon tahun 1605. Namun
setelah pos utama VOC dipindahkan dari Ambon ke Batavia (1619) hubungan
Belanda-VOC sepi (tidak ada lagi pedagang VOC di Bali).
Respon VOC terhadap Bali ini menyebabkan Gubernur
Jenderal Hendrik Brouwer mengirim segera utusan ke Bali sekaligus untuk membuka
kembali kedubes (pedagang VOC) di Bali yakni dengan membawa beras satu kapal
besar yang baru datang dari Siam [kini Thailand]. Musuh Belanda tidak hanya
Mataram tetapi juga Portugis (yang berbasis di Malaka) yang mana para pedagang
Portugis masih ada di timur pulau Jawa. Munculnya kolaborasi Portugis dan
Mataram akan memperburuk posisi VOC, karena itu menjalin kembali hubungan
diplomatik dengan Bali adalah langkah strategis.
Untuk
menaklukkan Mataram jelas Bali tidak akan mampu. Karena dalam banyak hal
Mataram lebih unggul dari Bali apakah jumlah kapal, jumlah tentara dan posisi
wilayah. Bagaimana Bali bersemangat untuk melawan Mataram tentu saja hanya
karena faktor (kerajaan) Blambangan yang beragama Hindoe (terakhir di pulau)
Jawa akan memperlemah kedudukan Hindoe di Bali. Jadi, perlawanan Bali terhadap
Mataram adalah merebut kerajaan Blambangan (Hindoe) dari kemungkinan jatuhnya
Blambangan ke tangan Mataram. Tawaran VOC untuk membentuk aliansi dengan Bali
adalah saling menguntungkan.
Radja Bali tampaknya harus bersabar untuk melawan
Mataram (menaklukkan Blambangan). Kekuatan Mataram masih kuat. Strategi VOC
tidak sedang memprioritaskan (kerajaan) Mataram tetapi menghadapi persoalan
yang muncul di kerajaan Gowa (Makassar).
Penaklukkan
Banjoewangi, dapat dikatakan bukan perang melawan penduduk (kerajaan) Banjoewangi,
tetapi lebih tepat dianggap sebagai perang terhadap Mataram (Islam) untuk melindungi
Banjoewangi yang beragama Hindoe. Secara historis, penduduk Banjoewangi sudah
sejak lama menyeberang ke Bali (sebagai pelarian dari pengaruh Islam yang semakin
menguat di pedalaman Jawa (Mataram). Bali dan Banjoewangi dalam hal ini sudah
terhubung sejak lama. Seperti kita lihat nanti, Bali melakukan invasi ke Lombok
dalam perspektif yang sama (membendung pengaruh Islam yang semakin menguat di
Lombok).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Karangasem di Lombok
Pada Peta 1660 Bali adalah sebuah pulau. Pulau di
sisi timur Bali masuk wilayah kerajan Lombok Selaparang (kini dikenal sebagai
pulau Penida). Kerajaan Lombok Selaparang sudah beragama Islam, paling tidak
menurut catatan Cornelis de Houtman (1597) bahwa (keradjaan) Djepara sudah
membentuk koloni di Lombok sejak 1593. Pantai utara pulau Penida saat itu besar
dugaan adalah pos perdagangan Lombok Selaparang di selatan (selat Lombok) dalam
perdagangan dengan Bali selatan. Dalam peta-peta selanjutnya, pulau Penida
menjadi bagian dari pulau Bali.
Sebelum
Perang Gowa (1667), Pemerintah VOC telah merelokasi gunernurnya dari Sombaopoe
(Makassar) ke Bima (pulau Soembawa). Setelah Pemerintah VOC menaklukkan Gowa
dan menghancurkan kota Sombaopoe, Pemerintah VOC kemudian membentuk koloni di
Celebes dengan membangun benteng Amsterdam di Oedjoengpandang. Pasca Perang
Gowa ini diduga Pemerintah VOC memberi jalan bagi Bali untuk menduduki
Blambangan. Ini berarti Bali telah menunaikan niat awalnya sebelum membentuk
aliansi dengan Pemerintah VOC. Dalam peta-peta sebelumnya disebut selat
Blambangan kemudian bergeser menjadi selat Bali (dan selat Bali menjadi selat
Lombok dan selat Lombok menjadi selat Alas, bukan selat Soembawa). masuknya
Bali ke Oosthoek (Blambangan). Langkah selanjutnya, Pemerintah VOC mulai
memantapkan diri untuk menaklukkan Mataram (di pedalaman) dengan telebih dahulu
menguasai pantai-pantai utara Jawa (paling tidak sudah ada Bali di Oosthoeek).
Untuk membentuk kekuatan militer untuk perang ke Jawa, Pemerintah VOC terus
mempertahankan pasukan-pasukan Bone, Boeton, Ternate-Ambonia dan Bali untuk
memperkuat militernya. Sementara Pemerintah VOC sibuk untuk menguasai Jawa,
Bali yang sebelumnua sudah mengokupasi Oosthoek mulai melakukan invasi ke pulau
Lombok (sisa Mataram atau sisa Djepara). Paling tidak Bali sudah mengokupasi
wilayah pantai barat pulau Lombok.
Seperti halnya faksi-faksi yang berbeda di Bali
dalam soal politik dengan hubungannya dengan Pemerintah VOC yang lalu terbentuk
kerajaan-kerajaan baru, idem dito di pulau Lombok terbentuk kerajaan-kerajaan
baru. Seperti halnya antara kerajaan saling bermusuhan di Bali, juga di Lombok
kerajaan mulai saling bermusuhan. Satu pihak di Lombok memberi jalan bagi
kerajaan Soebawa masuk ke Lombok. Boleh jadi itu karena Bali sudah mulai menguat
di pantai barat Bali. Kerajaan Lombok Pedjanggik (yang menjadi seteru kerajaan
Lombok Selaparang) dalam posisi tertekan meminta bantuk Bali.
Keradjaan
Lombok Pedjanggik berhasil menghancurkan kerajaan Lombok Selaparang dengan
menggunakan tangan kerajaan Karangasem. Tidak sampai disitu, keradjaan
Karangasem yang dibantu oleh sekutunya dari Bali. Menguasai Lombok sepenuhnya
tidak cukup dengan hanya mengusir kerajaan Soembawa dari Lombok, Bali yang
di Lombok juga ingin menghancurkan
Soembawa, namun hal itu dihalangi oleh Pemerintah VOC (di Bima). Seperti kita
lihat nanti gangguan Soembawa di Lombok terjadi dalam hubungannya dengan kerajaan
Bali Selaparang.
Praktis Bali telah menguasai seluruh Lombok pada
tahun 1740. Lalu lambat laut pangeran-pangeran kerajaan Pedjanggik berada di
bawah subordinasi kerajaan Bali Karangasem. Hal ini sehubungan dengan
terbentuknya kerajaan Bali di Lombok. Kerajaan Lombok (Selaparang dan
Pedjanggik) tamat.
Dalam
perkembangannya kerajaan Karangasem di Lombok tidak sendiri tetapi muncul tiga
kerajaan lainnya yakni Mataram, Pegasangan dan Pagoetan. Seperti kita lihat
nanti empat penguasa di Lombok ini kemudian terjadi perselisihan yang hingga
akhirnya hanya tinggal satu penguasa tunggal yakni Mataram (menjadi kerajaan
Bali Selaparang).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Melawan Inggris, 1814
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Boeleleng (1846), Djagaraga (1848) dan Koesamba (1849): Pemerintah Hindia Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Bandjar, 1868
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Badoeng (1906) dan Perang Kloengkoeng (1908)
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Kemerdekaan: NICA, 1949
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Lainnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.