Sejarah

Sejarah Manado (4): Tondano, Air Mengalir Sampai Jauh Melalui Sungai Tondano dari Danau Tondano-Minahasa ke Kota Manado




false
IN



























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Tondano, kini adalah ibu kota kabupaten Minahasa.
Kota Tondano dapat dikatakan sebagai kota kuno. Kota ini bermula dari suatu
kampong atau negeri yang menjadi pusat perdagangan di seputar danau Tondano.
Sebagai pelabuhan, Tondano sudah eksis sejak permulaan era Belanda (VOC). Pada lukisan
yang dibuat pada tahun 1679 pelabuhan Tondano terlihat ramat dikunjung perahu
dagang.

Tondano
dan Manado adalah dua kota yang paling populer sejak era kehadiran Belanda
(VOC) di ujung timur pulau Celebes (Sulawesi). Dua kota ini ibarat kembar yang
satu di pantai (muara sungai-laut) dan yang lain di pegunungan (pangkal sungai
di danau). Pepatah lama mengatakan garam di laut, asam di gunung dihubungkan
oleh derasnya air sungai Tondano. Antar dua kota ini tidak hanya terbentuk
jaringan perdagangan yang intens, juga terbentuk komunikasi politik yang intens
antara penduduk Manado di lautan dengan penduduk Minahasa di pedalaman.
Tipologi hubungan ini paralel dengan hubungan Batavia-Buitenzorg,
Semarang-Soeracarta, Soerabaja-Kediri, Laboehan Deli-Medan, Bengkalis-Siak,
Padang-Pagaroejoeng dan sebagainya.

Minahasa yang berada di seputar danau Tondano
yang berpusat di Tondano kemudian menjadi pusat segala kemajuan: pusat
perdagangan, pusat misionaris dan pusat pendidikan. Itulah keuataaan Tondano di
masa lampau yang dapat disandingkan dengan Manado (sebagai sister city). Sebagai
sebuah kota tua, tentu sangat penting membuat kronologis sejarahnya. Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sejarah permulaan kota Tondano
ini belum terinformasikan sepenuhnya. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Nama Tondano: Air Danau Tondano Mengalir Sampai Jauh ke Manado

Nama Minahasa sudah sejak lama diketahui sebagai
suatu wilayah. Oleh karena itu di dalam peta VOC (1679) judul peta disebut Kaartje
van de Manahassa (Peta Minahasa). Pada tahun 1679 juga ditemukan sebuah lukisan
yang berjudul Tondano sebagai sebuah pelabuhan di pedalaman di danau Tondano.
Pada saat itu, kota utama (hoofdlaats) di wilayah pedalaman (district) Minahasa
adalah Tondano.

Dalam
Peta 1679 tersebut antara danau Tondano di (kota) Tondano dengan benteng VOC di
Manado dihubungkan oleh sungai Tondano. Benteng Manado (Fort Amsterdam)
dibangun setelah pos perdagangan VOC direlokasi dari pulau Manado ke muara
sungai Tondano pada tahun 1661. Pulau Manado kemudian disebut pulau Manado
Toewa. Di sekitar benteng Fort Amsterdam diidentifikasi beberapa kampong,
yakni: Bantik, Aris, Klabat dan (kampong baroe) Manado. Pada Peta 1679 kota
Tondano berada di sebelah timur danau dan kota Cacas di sebelah barat danau.
Dari Tondano ada jalan penghubung ke benteng di Manado melalui kota Tonsea dan
Klabat. Sementara di pedalaman juga terdapat kota Tomon [Tomohon] yang
terhubung ke beberapa kota seperti ke kota Tompasan [Tompaso]. Antara Tompasan
dengan Cacas di danau dihubungkan jalan melalui kota Langoewan [Langoan]. Dari
kota Tomon ada jalan penghubung ke benteng di Manado.

Kota Tondano adalah kota paling penting di
wilayah Minahasa. Kota Tondano adalah kota besar yang jauh lebih besar dari
kota-kota lainnya seperti Kakas, Tomohon dan Manado. Namun karena pos
perdagangan (dan benteng) VOC berada di Manado, kota Manado melesat
perkembangannya (sebagai kota utama bagi orang Eropa-Belanda). Lebih-lebih
setelah Residen VOC ditempatkan di Manado. Oleh karena itu ketika VOC
dibubarkan pada tahun 1799, ketika Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia
Belanda, nama wilayah (residentie) diberi nama Residentie Manado. Ini seakan
nama Peta Minahasa adalah masa lampau, nama Residentie Manado adalah masa kini.
Lalu bagaimana nasib masa depan kota Tondano di pedalaman Minahasa
? Kita akan pelajari lebih lanjut.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tondano: Pusat Kemajuan Penduduk Minahasa

Awalnya Manado masuk wilayah Residentie Ternate,
Province Moluksche Eilanden. Pada tahun 1824 Manado dan sekitar dipisahkan
dengan membentuk Residentie Manado en Gorontalo berdasarkan surat keputusan 12
Juni 1824 No. 1 (Staatsblad No 28a). Yang diangkat menjadi pejabat resident
(fungerend resident) adalah H Cornets de Groot yang dibantu seorang asisten
residen di Gorontalo (JJ Gambier). Sementara itu seorang pengawas (opziener) ditempatkan
di Tondano.

Pendeta
J Kam sudah lama berada di Amboina. Predikant lainnya terdapat di Makassar,
Soerabaja, Semarang dan Batavia. Pada tahun 1817 memulai kerja misionaris di
Minahasa di kota (negrij) Tonsea. Tahun ini dapat dikatakan kegiatan zendin di
Minahasa dimulai. Dalam kegiatan misi, para pendeta yang dikirim mulai meenyelenggarakan
misi dengan metode pendidikan (sekolah). Pada tahun 1921 Pendeta J Kam mengirim
utusan nona JC Jungmichel ke Manado dan Zangersche untuk menilai kondisi kegiatan
misi dan sekolah sehubungan dengan penempatan pendeta Lammers. Laporan JC
Jungmichel ini dapat dibaca pada Berichten en brieven voorgelezen op de
maandelijksche bedestonden van het Nederlandsch Zendeling-Genootschap, 1824 No
6). Seperti disebutkannya, JC Jungmichel belum begitu mahir berbahasa Malajoer.
Memulai perjalanan tanggal 1 Februari 1821 berlayar dari Ternate ke Kema dan tiba
dan tiba pada tanggal 15,JC
Jungmichel menemukan keadaan sekolah sangat buruk, sebagian karena
ketidaktahuan, sebagian lagi karena perilaku tidak berdedikasi dari guru sekolah,
JC Jungmichel kemudian ke Menado pada tanggal 20 Februari, menemukan sistem sekolah
dalam keadaan yang lebih baik. JC Jungmichel menjadi harus lebih lama di Manado
karena haid, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Tanawanko pada tanggal 8 Maret.
JC Jungmichel juga menyebutkan di Amoerang situasi dan kondisi buruk.. JC
Jungmichel kemudian ke Tomohon, Tondano dan Kapatabang. Kemudian JC Jungmichel kembali
ke Tondano dan kemudian tiba di Manado pada tanggal 26 Maret dan kemudian pada
tanggal 6 April mengunjungi Kepulauan Zanger. Likoepang adalah tempat pertama dikunjungi
dan membaptis beberapa orang dewasa di tempat ini. Pada tanggal 12  April tiba di Bohijas, di pulau Taguland.
Radja di tempat ini sangat antusias dengan kehadiran JC Jungmichel. Pada
tanggal 15 April saya tiba di pulau kedua Zanger di Chiamo. Radja disini juga
antusias bahkan ikut belajar dan kemudian mengajari anak perempuan di rumahnya
karena anak perempuan tidak bisa pergi karena tempatnya jauh. JC Jungmichel membabtis
raja sebelum berangkat ke Oelloew. Dari sana pada tanggal 4 April ke pulau
Zanger yang besar di Tamako sebagai tempat pertama, kemudian ke Salurang dan
Taboekan. Dengan guru sekolah, JC Jungmichel ke Kuma empat jam dari Taboekan
dan kemudian ke Choeloep dan kemudian Manalo. Di Tanijan, Candaar, Tarvena, dan
Kalongan hingga I6 Mei. Mangenitu-lama keadaan cukup baik dan Raja tampaknya
menyukai agama Kristen. Setelah mengunjungi Manganitu baroe, tempat yang sangat
indah, melakukan perjalanan pulang ke Tamako dan tanggal 17 tiba di Tagulanda. Pada
tanggal 19 Mei JC Jungmichel kembali ke Manado yang mana dua hari kemudian
mendapat kabar bahwa pelayaran ke Ternate harus enunggu dalam waktu satu bulan.
Selama menunggu, JC Jungmichel melayani permintaan beberapa orang untuk
melakukan pelayanan dalam Bahasa Belanda, dan JC Jungmichel merasa senang telah
berkhotbah kepada banyak orang dalam beberapa kesempatan. JC Jungmichel juga
membaptis banyak anak-anak dan beberapa orang dewasa dan akhirnya berangkat ke
Ternate dan tiba tanggal 2 Juni, setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan.

H Cornets de Groot kemudian digantikan oleh Mr
DJW Pietermaat. Lalu pada tahun 1827 status Pietermaat ditingkatkan menjadi
Residen Manado (lihat Bataviasche courant, 16-08-1827). Sehubungan dengan
peningkatan status ini, di Residentie Manado ditambahkan Kommies dan Kommies
Magistraat. Perubahan status ini mengindikasikan bahwa Residentie Manada sudah
siap sebagai suatu wilayah residentie (pembentukan dewan).

Dewan
di Residentie Manado baru dibentuk pada tahun 1828 berdasarkan surat keputusan
menteri negara, komisaris jenderal Hindia Belanda tanggal  22 September 1828 No. 20 (Staatsblad No. 67).
Dewan ini disebut Land of Minahasa Raad yang diketuai oleh Residen.

Pada tahun 1833 diketahui sebagai pejabat Residen
Manado adalah JPC Gambier dan Asisten Residen Gorontalo adalah WL van Guericke.
Resident Manado berkedudukan di Manado. Pada tahun 1837 Resident Manado JPC
Gambier dikukuhkan sebagai residen secara definitif yang bersamaan dengan pengangkatan
Asisten Residen yang baru di Gorontalo (JN Vosmaer). Sementara di Kema,
Amoerang dan Bolaang masing-masing ditempatkan setingkat pengawas (opziener). Dalam
perkembangannya status Asisten Residen di Gorontalo diturunkan hanya setingkat
pejabat yang membantu residen Manado,

Pada
tahun 1837 pangeran Willem Fredrik Hendrik menyempatkan kunjungan ke Kema
(lihat Javasche courant, 07-06-1837). Pangeran dari Makasser dengan kapal uap
menuju Kema, tiba pada tanggal 26, Yang Mulia menunggu kedatangan Residen
Menado yang berkedudukan di Amoerang, 42 pal dari Kema. Pangeran melanjutkan ke
Manado, Tanawanko, Amoerang, Sonder, Samuwang dan Tondano. Pada tanggal 6 April
melakukan perjalanannya, dan tiba di Uden dalam perjalanan ke Ternale.

Pada tahun 1847 Resident Manado dijabat oleh AJ
van Olpen. Sementara di Tondano ditempatkan seorang pengawas (opziener).
Amoerang dan Bolaang disatukan di bawah seorang pengawas (opziener).

Ini
mengindikasikan bahwa Kema tetap penting dan keutamaan Tondano semakin
meningkat. Secara khusus di (kota) Manado telah dibentuk beberapa wijk
(kelurahan) yang masing-masing dikepalai oleh seorang wijkmeester yang terdiri
dari: wijk Manado en Bantik; Zuid Arisan Negeri Baroe; Noord Arisan Negeri
Baroe; Pondol en Tetewo9ngan; Tikala, Klabat beneden; Perkampongan Cina
(Luitenent Lie Peng); dan Perkampongan Islam (Luitenant Joedo Koesoemo).
Satu-satunya lurah pribumi adalah AB Kalengkongan di wijk Manado en Bantik.

Selanjutnya status Gubernur Molukche Eilanden
dilikuidasi dan hanya status residen ditempatkan di Amboina dan status residen
tetap dipertahankan di Ternate dan Manado berdasarkan keputusan pemerintah
tanggal 31 Agustus 1864 (Staatsblad No 128) 
yang dengan demikian terdapat tiga residen setara: Amboina, Ternate dan
Manado. Residentie Manado sendiri terdiri dari afdeeling Gorontalo dan lima
afdeeling lainnya, yakni: Manado, Kema, Tondano, Amoerang dan Bolaang. Di
Gorontalo ditempatkan seorang Asisten Residen (yang dibantu dua Controleur),
sedangkan di lima afdeeling lainnya masing-masing ditempatkan seorang
Controleur. Dalam hal ini Tondano dan Gorontalo semakin penting.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top