*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini
Pulau
Borneo sudah sejak lampau kehadiran Islam. Pulau Borneo bukan target orang-orang
Portugis untuk melakukan misi, Wilayah misi orang-orang Portugis adalah wilayah
Maluku, Ternate dan Manado. Hampir seluruh penduduk di pantai-pantai Borneo
sudah beragama Islam, Kegiatan misi yang dilakukan orang-orang Spanyol yang
awalnya di wilayah Ternate dan Manado akhirnya harus bergeser ke Filipina.
Semakin banyaknya kerajaan-kerajaan yang beragama Islam (kesultanan) di pulau
Borneo menjadi lebih sulit bagi para misionaris untuk melakukan aktivitas di
pulau Borneo.

orang-orang Portugis dan Spanyol saling bersaing. Pada tahun 1605 Belanda mengusir
Portugis dari Amboina. Orang Portugis mengusir orang Spanyol dari Ternate
(termasuk Manado). Akhirnya orang Belanda mengusir Portugis dari Ternate dan
Manado (1659) dan juga mengusir Spanyol dari Sangir dan Talaud (1687). Oleh
karena kehadiran misionaris Portugis dan Spanyol semakin jarang, lalu penduduk
Manado dan Sangir yang sudah beragama Katolik lambat laun (dikonversi) menjadi
Kristen (dengan semakin menguatnya kegiatan zending Belanda yang berpusat di
Amboina). Hanya sebagian kecil saja yang masih tetap Katolik. Sementara itu
masih banyak penduduk Ternate, Manado dan Sangir en Talaud yang pagan. Semakin
menguatnya penyebaran agama Kristen di Residentie Manado, kegiatan zending mulai
diarahkan ke pulau Borneo.
Lantas
sejak kapan kegiatan misionaris dimulai di Kalimantan? Yang jelas kegiatan zending masih bekerja di bagian
selatan Residentie Manado (di teluk Tomini di sekitar Poso). Kegiatan zending
di pulau Kalimantan dimulai di Bandjarmasin. Hal ini karena pantai timur Borneo
masih belum terdapat orang Eropa, sementara di pantai barat Borneo suhu politik
masih pasang surut (kerap terjadi pemberontakan). Lalu bagaimana sejarah
zending di pulau Kalimantan? Seperti kata hali sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Awal Kegiatan Misionaris di
Pulau Borneo
Pada
tahun 1851 Residen Zuid en Oostkusr van Borneo (di Bandjarmasin) mulai
merencanakan pendirian sekolah Eropa. Hal ini karena jumlah orang Eropa di Bandjarmasin
(dan Kalimantan). Untuk tujuan itu dibentuk suatu komite. Salah satu anggota
yang diusulkan kepada pemerintah untuk diangkat adalah JH Barnstein (lihat Nieuwe
Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 18-04-1851).
Sekolah Eropa di Bandjarmasin didirikan pada tahun 1852 (lihat Almanak 1853).
Guru di sekolah Eriopa itu adalah JC Stoltenbach.
JH Barnstein dan JC Stoltenbach adalah
orang-orang Jerman yang sudah beberapa waktu berada di Bandjarmasin.
Orang-orang Jerman ini adalah bagian dari pengiriman misi Rheinische
Missionsgesellschaft (RMG) dari Barmen, Jerman. Dalam hal ini orang-orang
Jerman ini dipekerjakan Pemerintah Hindia Belanda. Sudah barang tentu
orang-orang Jerman ini sangat bersedia karena selain untuk melaksanakan tujuan mereka,
juga mendapat penghasilan tambahan. Sebaliknya pemerintah tidak mentolerir
pegawai peerintah (kini semacam PNS) menjadi seorang misionaris. Karena tujuan
pemerintah adalah untuk meningkatkan keuntungan, bukan untuk mengajari penduduk
beragama. Pemerintah tidak mempermasalahkan agama kepercayaan penduduk apakah
Islam atau pagan. Yang diutamakan pemerintah adalah penduduk yang bersedia
membangun jalan dan jembatan apapun kepercayaan agama penduduk.
Kehadiran
misionaris Jerman di Hindia Belanda di mata misionaris Belanda sebenarnya bagaikan
buah simalakama. Jika diterima akan menjadi saingan, dan jika ditolak masih
banyak wilayah penduduk asli yang masih pagan. Siar Islam juga terus bekerja di
wilayah-wilayah dimana penduduknya masih pagan. Saat misi Jerman memasuki pulau
Borneo, zending Belanda masih sangat sibuk di Jawa, di Maluku dan di Ternate
(termasuk Manado). Hal itulah mengapa jangkauan zending Belanda belum sampai ke
pulau Borneo (ketika hadir misionaris Jerman).
Misionaris Jerman memasuki wilayah pulau
Borneo sudah terjadi beberapa tahun sebelum tenaga mereka dimanfaatkan
pemerintah Hindia Belanda untuk memulai pendidikan (Eropa) di Bandjarmasin. JH
Barnstein di pulau Borneo sejak 1835 (lihat Maandberigten voorgelezen op de
maandelijksche bedestonden van het Nederlandsch Zendeling-genootschap,
betrekkelijk de Uitbreiding van het Christendom, bijzonder onder de heidenen, 01-06-1836).
Disebutkan bruder Heyer dan Barnstein tiba di Jawa pada bulan Desember 1834.
Heyer bergabung di bawah pengarahan Misionaris Inggris Medhurst, di Parapattan
(Batavia) sedangkan JH Barnstein bergabung di Depok untuk berlatih bahasa
Melayu. Namun Heyer sakit dan segera kembali ke Eropa (Zendelingshuis te Barmen).
JH Barnstein menjadi seorang diri.
Pada
tanggal 6 Juni 1835 JH Barnstein tiba di Banjermassin. JH Barnstein ditemani
seorang pemuda Melayu, Lukas Monton. JH Barnstein dan pemandunya diterima
dengan baik oleh Residen Goldman.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.