Sejarah

Sejarah Kalimantan (53): Kota Balikpapan di Teluk Balikpapan, Kerajaan Kuno Jadi Kota Minyak; Kini Tetangga Jakarta Baru




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini
 

Kota
Balikpapan yang sudah terkenal sejak lama, akan lebih terkenal lagi, Hal ini
karena Kota Balikpapan (akan) menjadi tuan rumah atas kedatangan tetangga baru,
Kota Jakarta Baru (ibu kota baru Republik Indonesia). Kota-kota Depok, Bekasi
dan Tangerang sebelum menjadi lebih populer karena tetangga dari ibu kota
Republik Indonesia (Jakarta), Seperti dapat dibaca dalam blog ini sejarah
Depok, sejarah Bekasi dan sejarah Tangerang, maka tiba waktunya sejarah Kota
Balikpapan ditulis.

Sebagai status Kota, kota Balikpapan sudah
lama. Ini bermula pada tahun 1956 provinsi Kalimantan dimekarkan menjadi tiga
provinsi: Kalimantan Selatan, Kalimantan Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Timur (lalu kemudian provinsi Kalimantan Selatan dimekarkan
dengan membentuk provinsi Kalimantan Tengah). Pada tahun 1859 di wilayah Provinsi
Kalimantan Timur dibentuk empat Kabupaten (Kutai, Pasir, Bulungan dan Berau)
dan dua Kota. Dua kota tersebut adalah Samarinda dan Balikpapan. Kini di
provinsi Kalimantan Timur sudah bertambah dua kota lagi yakni Tarakan dan Bontang.

Bagaimana
sejarah Kota Balikpapan
? Sudah barang tentu
sudah ditulis. Namun sehubungan dengan adanya tetangga baru dari Jakarta, maka
patut dihormati dengan menulis kembali sejarah Kota Balikpapan, Seperti kata
ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Bagaimana permulaan itu
dicatat kurang terinformasikan secara lengkap. Hal itu karena penggalian data
terus dilakukan. Sejauh diteukan fakta dan data baru, maka penulisan sejarah
Kota Balikpapan masih diperlukan. Dengan begitu, untuk menyambut tetangga baru,
perlu disiapkan narasi baru Sejarah Kota Balikpapan. U
ntuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Balikpapan

Nama
Balikpapan bukanlah baru, tetapi nama kuno. Paling tidak nama Balikpapan sudah
diidentifikasi pada Peta 1657. Dalam peta ini nama Balikpapan diidentifikasi
sebagai suatu kerajaan yang setara dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Pasir,
Kutai dan Berau. Peta ini dibuat jauh sebelum era Prancois Valentijn
(1705-1725)..

Nama pulau Borneo sendiri diperkenalkan
orang-orang Portugis yang kemudian mereka salin ke dalam peta-peta mereka.
Orang Portugis kali pertama ke pulau di kota Boernai pada tahun 1521 di bawah
pimpinan George Menesez. Peta Portugis pertama yang mengidentifikasi nama
Borneo adalah peta pada tahun 1539. Nama Borneo merujuk pada kota pelabuhan
yang mereka kunjungi. Orang Portugis sendiri sudah sejak 1511 di kota pelabuhan
Malaka. Pelabuhan Boernai (Borneo) berada di bawah (yurisdiksi) kerajaan Aroe
(lihat Mendes Pinto, 1535). Kerajaan Aroe berada di pantai timur Sumatra di daerah
aliran sungai Barumun, Padang Lawas, Tapanuli pada masa sekarang.

Jelas
dalam hal ini nama Balikpapan adalah nama kuno, nama suatu kerajaan di pantai
timur pulau Borneo. Dalam Peta 1657 ini nama Balikpapan ditulis Billipapan,
Peta ini dibuat seorang Portugis Johannes Janssonius dengan judul Insula Borneo
et occidentalis pars Celebis cum adjacentibus Insulis. Orang-orang Belanda
(VOC) masih tahap menyalin peta-peta buatan Portugis.

Orang Belanda pertama mengunjungi pulau Borneo
adalah Oliver Noort pada tahun 1601 (ekspedisi kedua Cornelis de Houtman), Pada
tahun 1619 orang-orang Belanda meninggalkan pulau Borneo karena empat pelautnya
terbunuh. Orang-orang Belanda (VOC) baru kembali ke pulau Borneo pada tahun
1711 setelah beberapa tahun sebelumnya (1705) orang-orang Inggrsi diusir dari
Banjarmasin. Oleh karena itu, antara tahun 1619 hingga 1705 orang-orang
Portugis yang lalu lalang di seputar pantai pulau Borneo. Orang Portugis sendiri
di Malakan ditaklukkan VOC-Belanda pada tahun 1643, lalu orang-orang VOC
menaklukkan Portugis di Ternate pada tahun 1659  yang menyebabkan Portugis tamat di Hindia
Timur. Boleh jadi Peta 1657 adalah karya terakhir Portugis dalam pembuatan
peta-peta Hindia Timur.

Wilayah
seputar Borneo adalah wilayah perdagangan Portugis yang tersisa hingga akhirnya
Belanda (VOC) menjalin perdagangan dengan Kesultanan Bandjarmasin secara
intensif sejak tahun 1711. Pada peta yang dibuat Prancois Valentijn (Oud en
nieuw Oost-Indien, 1726) nama Balikpapan tetap eksis dengan nama yang masih
sama dengan peta-peta terdahulu dari orang-orang Portugis.

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, nama
Billipapan diidentifikasi dengan nama Balec Kappan. Dalam peta ini
diidentifikasi dua teluk yakni teluk Pasir dan teluk Balikpapan (lihat Peta
1835). Dalam peta ini wilayah administratif dibedakan antara Pasier dan Koetai.
Ini berarti Balikpapan termasuk di wilayah yurisdiksi kesultanan Koetai. Seorang
penulis geografi Belanda Abraham Jacob Aa dalam bukunya berjudul Aardrijkskundig
woordenboek der Nederlanden yang terbit tahun 1840 menulis sama dengan yang ada
di dalam Peta 1835.

Nama-nama
yang dicatat pada era Portugis dan era VOC adalah Billipapan, kemudian ditulis
berbeda pada era Peerintah Hindia Belanda dengan Balee Kappan (Bali Kapan).
Lantas kapan nama Balikpapan ditulis sebagaimana ditulis saat ini. Mengapa nama
Billipapan begitu lama bertahan. Namun lambat laun penulisan nama Balikpapan
mulai mengarah pada nama yang sekarang. Di dalam buku yang berjudul Overeenkomsten
met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel yang terbit tahun 1857
ditulis dengan Balikpapan. Boleh jadi ini setelah ada pejabat Pemerintah Hindia
Belanda yang bertugas untuk pantai timur Borneo (H von de Wall, sejak 1846). Jean
Abraham Chrétien Oudemans dalam bukunya berjudul Verslag van de bepaling der
geographische ligging van punten aan de zuid- en westkust van Borneo yang
terbit pada tahun 1867 mengikutinya dengan nama Balikpapan.

Meski demikian, nama Billipapan masih ada yang
menggunakan bahkan sekelas seorang ahli geografi Belanda yang terkenal dalam
bukunya berjudul Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch
Indie yang diterbitkan tahun 1869. Dalam hal ini nama Billipapan dan nama
Balikpapan sama-sama eksis, selain juga muncul dengan penulisan yang mirip seperti
Bale’c Pappan, Balek Pappan, Balik Pappan.

Nama
Balikpapan, meski masih ada yang menulis nama yang lama dan pengejaan yang kurang
pas tetapi dalam perkembangannya mulai ditulis secara konsisten. Seperti
nama-nama di tempat lain, penulisan juga mengalami perubahan, Akan tetapi jika
diperhatikan perbedaan itu lebih pada perbedaan pengucapan (lapal) dan cara mengkoding  dalam teks, Nama Balikpapan sudah barang
tentu sudah dilapalkan penduduk asli ketika namanya didiidentifikasi di dalam kuno
(Peta 1657). Ini menujukkan nama Balikpapan sudah kuno. Bagaimana asal-usulnya
disebut demikian oleh penghuninya tidak ada yang mengetahuinya karena sudah
sekian abad yang lampau. Jika pun ada yang coba menafsirkan asal-usulnya itu
hanya sekadar rekaan saja,

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Balikpapan di Era Pemerintah
Hindia Belanda: Kota Minyak

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top