Sejarah

Sejarah Riau (19): Sungai Mati di Sungai Rokan; Apakah Muara Rokan Kanan dan Rokan Kiri Tanda Batas Laut Tempo Dulu?




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini
 

Di
daerah aliran sungai Rokan begitu banyak sungai mati (aliran sungai yang
terjebak karena terbentuk aliran arus baru). Sungai mati ini selain di pantai
utara Jawa juga dimukan di pantai barat Borneo (di daerah aliran sungai
Kapuas). Di daerah aliran sungai Musi dan sungai Batanghari juga ditemukan
sungai mati. Adanya sungai mati mengindikasikan kerap terjadinya banjir di
dataran rendah. Banjir sebagai luapan sungai dari pedalaman mengindikasikan
muncul proses sedimentasi di hilir atau pantai (khususnya di teluk).

Pada masa lampau, pulau Sumatra yang sekarang
tidak seluas tempo doeloe dan selat Malaka tidak sesempit yang sekarang.
Sungai-sungai dari (pegunungan) Bukitbarisan ke pantai timur tidak sepanjang
yang sekarang. Sungai Musi hanya sebatas Kota Palembang yang sekarang dan
sungai Batanghari hanya sampai sebatas Kota Jambi yang sekarang. Semua
sungai-sungai yang mengalir ke pantai timur telah menjadi faktor terjadinya
proses sedimentasi jangka panjang yang membentuk atau memperluas pulau serta
menutupi lautan menjadi daratan (rendah). Ini seakan sungai-sungai besar ke
pantai timur terkesan kini lebih panjang jika dibandingkan tempo doeloe.

Pertanyaannya:
apakah muara sungai Rokan Kanan dan sungai Rokan Kiri adalah suatu teluk di pantai
tempo doeloe
? Apakah pulau-pulau yang
berada di teluk telah membengkak menjadi daratan dan kemudian jalan sungai ke
pantai kini hanya menyisakan mulut muara sungai Rokan yang luas
? Sungai Rokan Kanan menjadi arah navigasi ke
candi Padang Lawas dan sungai Rokan Kiri ke candi Muara Takus. Candi Padang
Lawas sendiri bermula dari arah pantai barat Sumatra di danau Siais.
Bagaimana
semua itu terjadi
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan.
Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Terbentuknya Candi Muara Takus

Pantai
barat Sumatra secara geografi tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan
pantai timur Sumatra. Secara teoritis puncak-puncak daratan (kini pegunungan Bukit
Barisan, seperti halnya juga di Jawa) adalah permukaan bumi yang naik lebih
tinggi (akibat peristiwa tektonik atau vulkanik) yang di jaman es menjadi sisa
daratan. Ketika vegetasi menyelimuti darata-daratan tersebut, tiba waktunya
aktivitas alam dan mansia yang hebat sehingga di berbagai titik terjadi
kebakaran dan pembakaran hutan. Erosi besar dimulai, proses sedimentasi terjadi
dan kemudian terbentuk dasar laut yang dangkal menjadi dataran rendah
berawa-rawa. Pada bagian akhir tahapan bumi inilah pulau Sumatra kedatangan
orang asing (sebut saja dari India atau dari Tiongkok atau Indochina) yang berinteraksi
dengan penduduk asli (pendahulu).

Secara teoritis, orang asing lebih unggul
dalam berbagai aspek peradaban jika dibandingkan dengan penduduk lokal
(penduduk asli). Keunggulan orang asing dalam pengertian organisasi, sponsor
perdagangan dalam hubungannya dengan pengadaan alat navigasi dan barang
dagangan, dan tingkat sosial seperti kelas pedagang atau tentara. Introduksi
hal baru (ilmu dan pengetahuan) dan kesediaan penduduk asli menerima menyebabkan
terbentuk koloni-koloni asing untuk tujuan perdagangan (pertukaran barang
industri dengna komoditi alamiah dari hasil perburuan, penambangan dan
pengumpulan hasil hutan). Pertumbuhan ekonomi perdagangan di koloni-koloni
memicu arus barang dan orang semakin intens. Salah satu wujud kolonisasi yang
masih bisa dilihat sekarang adalah sisa-sisa percandian pada era Boedha-Hindoe.
Pusat-pusat koloni awal ini ditemukan di Sumatra, Jawa dan Borneo. Salah satu
pusat koloni tertua di Sumatra diduga kuat terdapat di pantai barat Sumatra di
sekitar danau Siais (Tapanuli).

Salah
satu wujud interaksi perdagangan antara pendatang dengan penduduk asli
(Sumatra) yang dapat dikenal pada masa ini adalah candi (atau bukti-bukti
arkeologis lainnya). Dalam penulisan sejarah, situs candi dapat dijadikan data
(bukti) sejarah, data yang dapat diperbandingkan di tempat lain (di India, Jawa
dan Borneo). Namun data itu sangatlah samar-samar (memerlukan analisis dan
asumsi-asumsi). Akan tetapi data samar-samar itu dapat diperkaya dengan bukti
yang tidak tercatat tetapi eksis seperti tanda-tanda geologis (seperti tanjung,
teluk dan muara sungai) dan nama-nama geografis (seperti nama tempat, nama
sungai dan nama gunung atau nama danau). Deretan bukti ini juga dapat
ditambahkan dari aspek linguistik, habit dan culture serta religi, dan bahkan
raut muka dan warna kulit (ras).

Data sejarah kuno yang bersifat tekstusl
(verbatim) sangatlah terbatas seperti tulisan dalam prasasti. Ini disebabkan
medium tulisan yang rapuh tidak mampu bertahan pada berbagai jaman. Namun
medium sosial (bahasa, habit dan religi) lebih kontinu karena diturunkan antar
generasi (meski tidak dicatat). Ke dalam hal tersebut, dimensi geologis dan
geografis dapat lebih memperkaya dan membuat fakta sejarah kuno seakin jelas.
Data-data sejarah kuno non tekstual ini nyaris tidak digunakan selama ini
karena semua berasumsi bahwa tinggi gunung, panjang sungai, luasanya daratan
dianggap tidak berubah sepanjang masa. Dalam hal inilah kini asumsi-asumsi
tersebut dibuka dan dijadikan hipotesis bahwa 
panjang sungai jaman kuno tidak sepanjang sekarang dan luas pulau tidak
selebar sekarang. Oleh karenanya hipotesis diperluas bahwa muara-uara sungai
jauh ke dalam di jaman kuno dan tempat dimana koloni-koloni kuno lebih dekat ke
laut (pantai)..

Tiga
area percandian di (pulau) Sumatra paling tidak terdapat di tiga tempat: di
Siabu (candi Simangambat) di Binanga (percandian Padang Lawas) dan di Rokan
Hulu atau Kampar Hulu (candi Muara Takus). Keberadaan candi mengindikasikan
koloni lebih stabil (menetap) dan indikasi penduduk asli yang banyak dan
ketersediaan sumber-sumber ekonomi yang penting untuk perdagangan sangat
melimpah. Candi sebagai rumah ibadah (religi) menandakan sudah terbentuknya
sistem sosial yang lebih stabil (langgeng). Di atas sistem sosial yang stabil
inilah kemudia berkembang sistem organisai (pemerintahan), pengembangan
pertanian, pengembangan ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.

Salah satu instrumen dalam pengembangan ilmu
pengetahuan adalah intoduksi tulisan dan penyimpanan hasil-hasil tulisan
(poetaha atau poestaka)..

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Muara Rokan Kanan dan Rokan
Kiri Batas Laut

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top