Sejarah

Sejarah Banten (16): Kisah Karangantu Kota Banten [di Kota Serang]; Pulau dan Gunung Karang, Kanal dan Benteng Karangantoe




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Karangantu
kini hanyalah suatu pelabuhan perikanan. Karangantu namanya hanya sekadar nama
suatu area (kampong) di desa Banten, kecamatn Kaseman, Kota Serang. Tempo doeloe
nama Karangantu begitu penting. Pada era VOC semasa Kesultanan Banten di
Karangantu terdapat suatu benteng (fort), benteng untuk mendampingi bengeng
Speelwijk. Seperti halnya benteng Speelwijk, benteng Karangantu juga berada
tepat di bibir pantai,

Nama tempat yang menggunakan nama Karang
tentulah sangat banyak. Di Jawa banyak nama tempat yang disebut Karangsembung.
Juga ada nama Karang Anyar ditemukan di Jakarta dan di Jawa (Karang Anyar).
Tentu saja ada naa Karang Tengah (Tangerang dan Sukabumi) dan nama Cikarang di
Bekasi. Jangan lupa bahwa di Lampung juga ada nama Tanjung Karang. Sudah barang
tentu nama tempat yang menggunakan nama Karang ada di wilayah lainnya di Banten
seperti Karangbolong nama kecamatan Karang Tanjung (kabupaten Pandeglang).
Untuk sekadar mengindikasikan nama tepat juga ada yang disebut Karang Bolong.
Nama-nama geografis lainnya digunakan untuk penamaan nama sungai (seperti di
Deli dan Pahang) dan nama gunung. Nama gunung Karang di Banten adalah hulu
sungai Tjibanten dimana pada hilirnya di muara terdapat Karangantu. Nama
Karangantu terbilang unik(tunggal).

Bagaimana
sejarah Karangantu
? Nah, itu dia yang
ingin kita ketahui. Lantas apa menariknya
? Sungai Tjibanten berhulu di Gunung Karang dan bermuara di
Karangantu. Nah, lho! Itu satu hal. Hal lainnya yang juga penting, seperti
disebut di atas, di Karangatu tempo doeloe dibangun satu benteng. Tentu saja
tidak hanya itu, sungai Cibanten di muara dulunya disebut sungai Karangantu yang
sejatinya adalah suatu kanal yang dibangun untuk mengurangi dampik banjir di Kraton Kesultanan
Banten. Konon, Karangantoe di zaman kuno adalah suatu pulau (karang) yang
kemudian menyatu dengan daratan di kanal (kini muara sungai Cibanten). Oo,
begitu
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan
. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Nama Karangantu: Pulau Karang
dan Gunung Karang

Nama
Carangantoe (baca: Karangantu) paling tidak sudah diidentifikasi pada Peta 1739.
Diidentifikasi sebagai nama (muara) sungai yang di belakang pantai terdapat
pasar, jalan dan pos militer seorang sersan dan perkampongan orang Cina. Antara
muara dan nama-nama tempat tersebut terdapat rawa.

Jika membandingkan Peta 1739 ini peta yang
dibuat pada era Portugis (1596) satu setengah abad yang lampau, pasar dan
perkampongan Cina ini masih berada tepat di bibir pantai. Sungai tersebut
adalah batas lingkungan kraton (kerajaan Banten) dengan lingkungan orang asing
(pasar). Sungai tersebut pada dasarnya adalah sebuah kanal yang dibangun
sebagai bagian terluar dari lingkungan kraton. Jelas dalam hal ini lingkungan
asing sejak dulu hingga Peta 1739 tidak berubah, yang berbeda adalah garis
pantai tela bergeser ke tengah laut (rawa-rawa). Lantas apakah nama tempat
tersebut sejak dahulu (Peta 1596) sudah disebut Carangantoe?

Lalu
mengapa nama tempat tersebut disebut Carangantoe
? Nama tempat (area) Carangantoe adalah tempat yang
berbeda dengan nama tempat (kampong) Banten yang menjadi tempat dimana terdapat
kraton kerajaan Banten. Pada awal kedatamgam orang-orang Belanda (1614)
lingkungan kraton ini sekitar tiga hektar (300 x 100 meter). Sungai utama
melintasi lingkungan kraton, sedangkan kanal sisi timur adalah batas lingkungan
kraton, kanal yang kemudian disebut sungai Carangantoe.

Kampong Banten tempo doeloe diduga tepat berada di sisi
barat muara sungai. Kampong yang menjadi tempat dimana kraton dibangun tidak
berubah, tetapi garis pantailah yang bergeser ke arah laut. Antara kampong
(kraton) Banten dengan pantai terbentuk daratan (karena proses sedimentasi
jangka panjang). Dalam perkembangannya pada daratan yang baru itu terbentuk
jalan dari barat ke timur atau sebaliknya dimana pada situs timur tepat berada
area Carangantoe. Jalan ini menjadi sisi luar (pagar) kraton ke arah pantai.
Dalam hal ini diduga bahwa Carangantoe adalah suatu daratan lama yang diduga
awalnya sebagai suatu pulau (yang kemudian) menyatu dengan daratan. Sehubungan
dengan meningkatnya kehadiran orang asing dan kerajaan Banten meningkatkan
dalam resources mulai membangun kanal (sebagai pemisah). Pada bagian barat
lingkungan kraton juga dibangun kanal (sebagai pemisah). Dua kanal ini dibangun
dengan menyodet sungai (Banten) di arah hulu lingkungan kraton.

Nama
Carangantoe diduga kuat adalah suatu pulau karang. Cukup banyak pulau-pulau
karang di teluk. Pulau Dua dulunya diduga kuat juga adalah dua pulau karang.
Dalam kaitan ini dapat dihubungkan dengan sejarah awal teluk (kehadiran
pedagang-pedagang India), terbentuknya (nama) kampong Banta (Bantan atau
Bantam) yang menjadi nama sungai (sungai Banta atau sungau Bantam) dan nama
gunung di pedalaman yang disebut gunung Karang dimana sungai Banta berhulu.

Pada zaman kuno (era Hindoe), Banta adalah
nama tempat di muara sungai. Tempat dimana awalnya pedagang-pedagang India
mebentuk koloni untuk berinteraksi dengan penduduk asli (Soenda) di pedalaman
sepanjang daerah aliran sungai ke gunung (Karang). Pada fase ini, area
Carangantoe adalah suatu pulau karang. Lalu apakah penamaan gunung (Karang)
karena banyaknya pulau-pulau karang di teluk
? Nama karang sendiri merujuk pada nama India, nama
tempat yang diduga dikaitkan dengan batu karang apakah di daratan atau di dala
perairan (laut). Jika tidak ada batu karang di gunung di hulu sungai (Banta),
nama gunung didugga karena eksistensi pulau-pulau karang di teluk. Lalu pada
masa berikutnya (Peta 1739) seakan sungai Banta (Banten) berhulu di gunung
Karang dan bermuara di Carangantoe.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Benteng dan Pelabuhan
Karangantoe

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top