*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini
Dalam
peta-peta lama, terutama pada era Portugis dan era Belanda (VOC), geografi
dipetakan berbeda dengan yang tergambar pada citra masa kini (misalnya
googlemap). Mengapa demikian? Lantas apa yang terjadi? Perbedaan gambaran geografi itu terdapat di selat
Torres yang sekarang (selat antara pantai selatan Papua dan pantai utara dataran
Australia). Hal itulah mengapa pelayaran Abel Tasman dari selatan Lautan Hindia
menuju pulau Tasman dan Selandia Baru dan kembali ke Batavia, tetapi tidak
melalui selat Torres tetapi dari pantai utara Nova Guinea (Papua) via pulau Seram
(Amboina) terus ke Batavia. Itulah yang digambarkan pada petta pelayaran Tasman
tahun 1642. Selat Torres digambarkan sebagai daratan yang menyatu antara pantai
utara Australia dengan pantai selatan Nova Guinea. Jelas ini suatu misteri.

yang berbeda situasi dan kondisi tempo doeloe dengan sekarang di Teluk Tomini. Pada
peta lama teluk Tomini gambarkan pada peta sebagai daratan. Ini juga suatu
misteri. Sedangkan gambaran peta-peta lama tentang bentuk pulau Jawa, Sumatra
dan Kalimantan juga berbeda dengan gambaran pada masa kini. Namun perbedaan ini
dapat dijelaskan, karena adanya proses sedimentasi jangka panjang karena adanya
pengaruh aliran sungai yang besar dari pedalaman dan aktivitas gunungapi. Di pantai
utara Jawa banyak teluk telah tertutup sedimentasi jangka panjang sehingga
membentuk daratan seperti kecamatan Teluk Naga di kabupaten Tangerang dan
kecamatan Cabangbungin di kabupaten Bekasi pada era VOC adalah teluk yang
beubah jadi rawa dan kemudian menjadi daratan. Hal itu juga dengan sisi luar
kota Semarang dan kota Soerabaja. Di pantai timur Sumatra juga terjadi
pendangkalan yang membentuk rawa dan daratan sehingga pulau Sumatra tempo
doeloe lebih ramping jika dibandingan gambaran pada masa kini (bahkan di era
Hindoe-Boedha, kota pelabuhan Palembang dan kota pelabuhan Jambi berada di
pantai). Idem dito di pantai-pantai selatan, barat dan timur pulau Borneo.
Lantas
bagaimana sesungguhnya sejarah yang terjadi secara geografi di Selat Torres? Seperti disebut di atas, apakah gambaran pada
peta-peta lama benar-benar suatu misteri? Atau hanya asumsi para pelaut-pelaut pada masa itu
di kawasan yang dimaksud suatu daratan, karena kurangnya pengetahuan? Semua itu tentu saja perlu penjelasan dan dapat
dijelaskan seperti halnya paparan (hamparan permukaan tanah laut dangkal) Sahul
yang dulunya daratan yang menyatukan pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan denga
benua Asia (dan paparan Sahul yang menyatukan pulau Papua dengan Australia).
Lalu bagaimana penjelasannya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pelayaran Abel Tasman 1642: Pulau
Daru di Muara Sungai Oriomo, Morehead, Moresby dan Pulau Moa
Pada
pelayaran Abel Tasman ke selatan Lautan Hindia dan Lautan Pasifik (1642) yang
menemukan (pulau) Tasmania dan (pulau) Nova Zeeland (Selandia Baru) telah
memetakan geografi dua pulau tersebut, Abel Tasman juga memetakan di sebelah
Nova Zeeland bahwa (benua) Nova Hollandia (kini benua Australia) menyatu dengan
pulau Nova Guinea (Land Papoea). Tidak
begitu jelas mengapa Abel Tasman mengambil rute ke utara berbelok ke pantai
utara pulau Nova Guinea, apakah karena ingin melakukan eksplorasi lebih jauh di
timur pulau Nova Guinea dan tidak bermaksud memotong jalan lewat selat Torres
yang sekarang. Boleh jadi ada celah di selat Torres yang sekarang, tetapi
karena Abel Tasman tidak langsung berbelok ke kanan (tetapi lebih ke utara
pantai timur Nova Guinea) maka diasumsikannya bahwa daratan Australia menyatu
dengan daratan Nova Guinea. Hal itu juga yang terjadi dengan teluk Tomini yang
digambarkan sebagai daratan.

melakukan pelayaran dengan mengambil rute dari pulau Banda terus mengikuti
pantai barat dan selatan land Papoea (sekitar Merauke yang sekarang) dan
sekitar pulau Bugi (Bugis?) berbelok ke selatan melalui pulau Moa dan terus
memasuki teluk Carpenteria (mengitari pantai di sekitar teluk yang besar
tersebut) lalu menyusuri sisi luar benua Nova Hollandia (benua Australia) terus
ke arah barat (Darwin yang sekarang) hingga sejauh tertentu ke selatan (barat
Nova Hollandia). Sejauh ini mulau dari (pulau) Aru, Abel Tasman melakukan
pengukuran kedalaman laut). Dari titik terakhir pengukuran ini Abel Tasman berbalik
ke utara menuju Batavia (via selat Sunda).
Pada
pelayaran kedua 1644 ke (benua) Nova Hollandia (benua Australia) Abel Tasman
juga menggambarkan di dalam peta bahwa Nova Hollandia dan Nova Guinea menyatu.
Apakah dalam hal ini (dari dua pemetaan itu) Abel Tasman yang terkesan mengasumsikan
bahwa Nova Guinea dan Nova Hollandia dan kenyataannya saat itu memang benar-benar
menyatu? Ini tetap menjadi suatu misteri, apakah saat itu
(hingga pelayaran kedua tahun 1644) memang antara Nova Guinea dan Nova
Hollandia benar-benar menyatu? Dua peta ini digabungkan oleh Johannes Vingboons
pada tahun 1665 berdasarkan keterangan Françoijs Jacobsz Vischer (rekan Abel
Tasman pada pelayaran kedua, Abel Tasman sendiri sudah meninggal di Batavia
pada tahun 1659). Dalam peta gabungan ini juga, lagi-lagi Nova Guinea dan Nova
Hollandia digambarkan menyatu. Selat Torres masih tetap suatu misteri.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Selat Torres: Laut Antara Nova
Guinea dan Nova Hollandia
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.