Lantas
bagaimana sejarah Jose Rizal, pejuang muda Filipina? Seperti disebut di atas, Jose Rizal dieksekusi
Gubernur Jenderal Blanco di Filipina tahun 1896. Lalu apa hubungannya dengan
Sanusi Pane? Yang jelas saat Jose Rizal meninggal tahun 1896,
Sanusi Pane belum lahir, tetapi nama Jose Rizal menjadi abadi. Sanusi Pane
adalah Jose Rizal van Filipina. Sama-sama penuslis dan sastrawan. Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Nama Jose Rizal: Pemberontakan
di Filipina 1896
Pada
tahun 1890 muncul berita heboh, tetapi hebohnya tidak di Eropa, melainkan di
Indonesia (baca: Hindia Belanda). Paling tidak berita itu hanya ditemukan pada
surat-surat kabar yang terbit di Hindia Belanda seperti surat kabar yang terbit
di Batavia (kini Jakarta) yakni Bataviaasch nieuwsblad edisisi 09-06-1890 dan
surat kabar yang terbit di Semarang yakni De locomotief : Samarangsch handels-
en advertentie-blad, 12-06-1890. Dalam berita itu disebutkan bahwa noverl Dr.
Jose Rizal dalam bahasa Prancis, Jerman dan Inggris yang berjudul Raak me niet
aan! atau ‘Don’t Touch Me!.

Spanjaard, Dr. José Rizal, lahir di Manila, tempat ia berpraktik kedokteran,
telah menulis sebuah novel yang judul terjemahannya adalah: Don’t Touch Me,
yang umumnya yang kurang menyenangkan bagi pejabat sipil maupun bagi otoritas
spiritual di Filipina. Penulis segera diasingkan dari koloni (Spanyol) dan
semua salinan bukunya disita. Salinan yang berbahasa Prancis, Jerman dan
Inggris terjemahan dari Raak me niet aan! yang pasti memiliki nilai sastra yang
tinggi akan segera musnah’.
Jose
Rizal dengan nama lengkap José Protacio Rizal Mercado y Alonso Realonda lahir
di kota Calamba, povinsi Laguna, Filipina, 19 Juni 1861. Ayahnya Francisco
Rizal Mercado dan ibunya Teodora Alonzo berasal dari keluarga kelas menengah
Tionghoa-Mestizo. Selain garis keturunan Melayu dan Tionghoa, silsilah José Rizal
juga memiliki darah Spanyol, Jepang dan Negrito. Jose Rizal memulai pendidikan
di Binan, Laguna dan melanjutkan studi ke Manila dan meraih sarjana pada tahun
1877. Jose Rizal di Manila juga belajar geologi serta sastra dan filsafat. Lalu
Jose Rizal berangkat ke Spanyol untuk mengikuti pendidikan kedokteran di Universidad
Complutense de Madrid. Dari situ ia mendapatkan gelar sarjana kedokteran. Tidak
cukup, Jose Rizal berangkat studi di Universitas Paris dan Universias
Heidelberg, Jerman. Jose Rizal jelas adalah seorang yang berbakat. Hal itulah
mengapa Jose Rizal dapat menguasai berbagai bahasa termasuk bahasa Melayu.
Terbitnya novelnya berjudul Don’t Touch Me yang kemudian disita pemerintah Spanyol
adalah suatu bentuk perlawan pada penjajah Spanyol yang dianggap surat-surat
kabar di Hindia Belanda sebagai nilai sastra yang tinggi.
Di Indonesia pada era Hindia Belanda, tanpa
bermaksud membandingkannya dengan isi novel Jose Rizal, sebuah buku sastra
dalam bahasa Batak diterbitkan di Batavia pada tahun 1872 yang ditulis oleh
Sati Nasution alias Willem Iskander. Buku itu berjudul Sibulus-Bulus,
Sirumbuk-Rumbuk. Willem Iskander lulus sekolah guru di Belanda tahun 1861
(pribumi Indonesia pertama studi ke Eropa-Belanda. Pada saat melanjutkan studi
lagi ke Belanda, Willem Iskander dikabarkan meninggal di Belanda tahun 1876. Buku
ini pernah dilarang terbit pada era Hindia Belanda karena memuat ajaran yang
menentang penjajahan, Buku legendaris ini masih digunakan di sekolah-sekolah
hingga ini hari di Tapanuli Selatan. Willem Iskander adalah kakek buyut Prof
Andi Hakim Nasution (rektor IPB 1978-1987).
Buku
novel Jose Rizal yang berjudul Noli Me Tangere! (Don’t Touch Me!) yang
diterbitkan pada tahun 1887, seperti halnya buku Willem Iskander adalah buku
hasil refleksi diri di kampong halamannya di Filipina, bagaimana kekejaman
orangh asing penjajah terhadap seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Hanya
pemuda yang terpelajarlah yang mampu menuangkan idenya ke dalam tulisan dengan
keberanian yang tinggi di jamannya. Jose Rizal dalam hal ini telah berjuang
dengan caranya sendiri untuk bangsanya.
Jose Rizal yang sudah lama di Eropa, pada
tahun 1892 kembali ke kampong halaman di Filipina. Naun naas bagi Jose Rizal
pengaruh novelnya sudah sangat dalam memasuki ruang politik di Filipina.
Pemerintah Spanyol di Filipina segera mengambil langkah sebelum semuanya
meluas, Jose Rizal ditangkap dan kemudian diasingkan ke Spanyol.
Penangkapan terhadap Dr.
Jose Rizal bukannya menyurutkan hawa kebangkitan bangsa di antara penduduk
pribumi di Filipina, tetapi akibat penangkapan Jose Rizal justru memperkuat
solidaritas pada sebagain penduduk pribumi untuk meningkatkan persatuan
nasional. Persatuan dan kesatuan menjadi faktor penting mulai munculnya
peberontakan terhadap pemerintahan dan terhadap keberpihakan para pendeta
kepada pemerintah.

mempengaruhi jiwa patriot bangsa Filipina yang kemudian menyebabkan terjadinya
pemberontakan di Filipina terasuk di kampong halaman Jose Rizal di provinsi
Laguna. Pemberontakan itu bermula pada bulan Agustus 1896. Untuk mengatasi
pemberontakan itu, pemerintah Spanyol mengirim bala bantuan tentara dari
Spanyol ke Filipina. Dalam dua setengah bulan jumlah tetara yang didatangkan
sudah mencapai 14.000. Pada tanggal 3 November disebutkan kapal bernama Colon
membawa sebanyak 1.000 tentara pemburu, 200 kavaleri dan 150 orang artileri. Jose
Rizal yang telah menjadi tahanan politik, juga dalam kapal Colon ini dibawa
serta dari Spanyol (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-11-1896).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Sanusi Pane: Rabindranath
Tagore dan Jose Rizal
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.