Sejarah

Sejarah Padang Sidempuan (19): Para Tokoh Politik Asal Padang Sidempuan; PM Amir Sjarifoeddin sd Wakil Presiden Adam Malik




false
IN



























































































































































false
IN


























































































































































Lantas
bagaimana sejarah tokoh politik asal Padang Sidempuan
? Seperti disebut di atas, cenderung beragama tetapi
lebih dominan Jawa. Beberapa diantaranya berasal dari Padang Sidempuan yakni perdana
menteri Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan Boerhanoeddin Harahap serta Wakil
Presiden Adam Malik. Lalu bagaimana sejarah politisi bermula
? Jauh sebelu era Perdana Menteri dan Presiden, pada
era Pemerintah Hindia Belanda para politisi memulai karir politik di dewan kota
(gemeenteraad) dan dewan pusat (Volksraad). Lalu apakah para politisi asal
Padang Sidempuan sudah eksis saat itu
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Era Hindia Belanda: Gemeenteraad
hingga Volksraad

Hingga
tahun 1920, di Hindia Belanda hanya ada 52 buah dewan. Sebagian besar dewan
kota (gemeenteraad) dan sebagian kecil yang lain dewan pada tingkat residentie.
Uniknya dari 52 buah dewan itu ada satu dewan setingkat kecamatan (Controleur
Angkola en Sipirok, Afdeeling Mandailing en Angkola, Residentie Tapanoeli).
Dewan Angkola en Sipirok ini bersidang di kota Padang Sidempoean. Sementara itu
di pusat (Batavia) sudah dibentuk Dewan Pusat (Volksraad) sejak 1918.

Pembentukan dewan bermula sehubungan dengan
dibentuknya Batavia sebagai Kota (Gemeente) pada tahun 1901, Untuk menyusun
peraturan (perda) dan mengawasi jalannya pemerintahan di bawah wali kota
(Burgemeester) dibentuk dewan kota (gemeenteraad). Pada tahun-tahun berikutnya
dibentuk kota-kota lain, Soerabaja dan Buitenzorg (1902), Semarang (1904), Bandoeng,
Palembang, Padang dan Chirebon 1906. Demikian seterusnya, Kota Medan dibentuk
tahun 1909. Meski sudah ada dewan kota, beberapa kota belum diangkat Wali Kota
(burgemeester) tetapi dijabat oleh Asisten Residen atau Residen. Kota Padang
Sidempuan tidak pernah menjadi Kota (Gemeente), tetapi tetap sebagai ibu kota
kecamatan dan juga sekaligus ibn kota kabupaten. Kota Padang Sidempuan baru
statusnya ditingkatkan Kota pada era Republik Indonesia tahun 2001 (satu abad
setelah pembentukan Kota Batavia, kini Jakarta).

Dewan
kecamatan (Angkola en Sipirok) yang dibentuk tahun 1918 tentulah sangat
menarik, ketika masih banyak provinsi (residentie) di Hindia Belanda belum
memiliki dewan. Perlunya dewan saat itu (seiring dengan Politik Etik) karena
perlunya orang-orang yang menyuarkan masyarakat banyak di tingkat pemerintahan.
Baik dewan kota maupun dewan provinsi jumlahnya berbeda-beda demikian juga komposisinya
yang terdiri orang Eropa-Belanda, Cina dan pribumi. Pada kota-kota tertentu
terdapat Arab. Komposisi serupa ini juga di pusat (Volksraad). Jumlah anggota
dewan kecamatan Angkola en Sipirok di Padang Sidempuan saat itu sebanyak 23
orang (jumlah yang tinggi, di atas rata-rata anggota dewan Kota).

Saya teringat pada komposisi anggota dewan
pusat DPR Pusat pada periode lalu yang mencerminkan pada masa lampau.
Pada
masa ini jejak masa lampau anggota dewan asal Padang Sidempuan terlihat di
Senayan: Dari sebelas komisi di DPR, empat komisi pimpinannya berasal dari
Padang Sidempuan: Rambe Kamaruzaman (Komisi II/Golkar); Gus Irawan Pasaribu
(Komisi VII/Gerindra); Saleh Partaonan Daulay (Komisi VIII/PAN) dan Marwan
Dasopang (Komisi IX/PKB). Nama Gus Irawan saya teringat, beliau adalah teman
satu kelas waktu SMP di Padang Sidempuan.

Pada
tahun 1918 sehubungan dengan dibentuknya dewan pusat (Volksraad), pada dewan
tingkat kota atau provinsi (plus kecamatan Angkola en Sipirok), anggota dewan
untuk pribumi diangkat melalui pemilihan (pemilu). Namun untuk dewan pusat
masih ditunjuk oleh Pemerintah Pusat (Gubernur Jenderal). Sebelum tahun 1918
anggota dewan kota atau provinsi untuk golongan pribumi masih ditunjuk yang
umumnya dari kalangan kraton atau bupati (regent). Tidak ada kesepatan dari
orang biasa dan baru terjadi pada tahun 1918 (melalui pemilu).

Di Kota (Gemeente) Medan pada tahun 1918 dari dua
kursi yang disediakan untuk pribumi, satu anggota yang terpilih adalah
Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng. Satu kursi disediakan untuk golongan
Cina yang juga dengan melalui pemilihan (sendiri). Masih pada tahun yang sama
komposisi di Kota Medan ini sama dengan di Kota Padang. Satu kursi untuk Cina,
dan dari dua kursi untuk pribumi satu anggota dewan yang terpilih adalah Dr.
Abdul Hakim Nasution gelar Soetan Irsinsyah. Radja Goenoeng alumni Kweekschool
Padang Sidempuan yang saat itu menjadi penilik sekolah di Kota Medan. Dr.
Abdoel Hakim Nasution setelah menyelesaikan pendidikan ELS di Padang Sidempuan
tahun 1898 melanjutkan studi di Batavia (Docter Djawa School). Dr Abdoel Hakim
Nasution dan Dr Abdoel Karim Harahap adalah teman satu kelas dengan Dr Tjipto
Mangoenkoesomo yang ketiganya sama-sama lulus menapat gelar dokter tahun 1905.
Pada tahun 1918, Dr Abdoel Hakim Nasution adalah ketua Indisch Party untuk
wilayah Province Sumatra’s Westkust. Indische Party didirikan tiga serangkai yang
diketuai oleh Dr Tjipto.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Era Republik Indonesia:
Parlementer hingga Presidensial

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top