Untuk sekadar menambahkan disini bahwa Kerajaan Aru tidak
bersifat monarki tetapi bersifat federalis (antara lain anggota federasi Barus,
Lamuri dan Panai). Wujud federalis ini dapat dilihat pada prasasti Sitopayan di
candi Sitopayan dan prasasti Batugana di candi Bahal 1. Pasca pendudukan Chola
ini, Kerajaan Aru di daerah aliran sungai B-aru-mun bangkit kembali hingga
lebih maju dibandingkan sebelum invasi Chola. Pada saat inilah candi-candi di
Padang Lawas Candi tertua di Kerajaan Aru terdapat di Simangambat (yang
direnovasi pada abad 8). Candi Simangambat berada di sisi barat gunung Malea
(merujuk pada nama Himalaya), sedangkan candi Sitopayan dan candi Bahal berada
di sisi timur gunung Malea.
Penduduk
di Kerajaan Aru tidak terbagi ke dalam kasta. Besar dugaan itu, meski pengaruh
(peradaban) Hindoe Boedha intens, tidak menjadi penduduk yang berkasta karena
budaya penduduk Batak yang yang lebih demokratis yang hanya didasarkan pada
kelompok penduduk (marga) dengan prinsip dalihan na tolu. Prinsip dalihan na
tolu inilah ke atas membentuk sistem pemerintahan yang unik (federalis). Para
peneliti di era Pemerintah Hindia Belanda (setelah sekian abad era Hindoe
Boedha berlalu), selain Schnitger, Prof Kern, van Stein Callenfel dan juga ahli
geografi Prof PJ Veth meyakini
candi-candi yang ada Boedha dan ada beberapa karakter Ciwais. Prof Kern sendiri
menyimpulkan bahwa penduduk Batak (di Kerajaan Aru) adalah Brahmana. Hal
inilah, besar dugaan bahwa agama penduduk Batak di Kerajaan Aru menggabungkan
elemen Boedha, Hindoe dan pagan (leluhur) yang melahirkan sekte Bhairawa. Sekte
ini baru muncul pasca pendudukan Chola (Hindoe) yang mana sebelumnya pengaruh
Boedha yang ada diantara penduduk yang masih banyak yang pagan (kepercayaan
pada leluhur). Seperti kita lihat nanti dua raja terkenal mengadopsi agama
Batak ini yakni Kertanegara dari Singhasari dan raja Adityawarman dari Kerajaan
Mauli. Dalam hubungan ini, seperti dikutip di atas bahwa para Brahmana di
Kerajaan Kadiri bergabung dengan raja Tumapel yang enjadi cikal bakal Kerajaan
Singhasari yang mana Ken Arok sendiri bukan berasal dari bangsawan. Kombinasasi
yang terjadi di Kerajaan Singhasari diduga menjadi faktor penting (kesesuaian)
Raja Kertanegara mengadopsi agama Boedha Batak sekte Bhairawa.
Pasca pendudukan Chola, Kerajaan Aru yang sempat
menjadi Hindoe (sesuai agama di Kerajaan Chola), para pemimpin Kerajaan Aru
menghianati Hindoe dan kembali ke ajaran Boedha, tetapi dengan perpaduan
Hindoe, Boedha dan pagan (pemujaan terhadap leluhuir) yang disebut sekte
Bhairawa (agama Boedha Batak). Navigasi pelayaran perdagangan Kerajaan Aru yang
sudah terbentuk lama di sekitar Laut China Selatan (Semenanjung, Vietnam,
Borneo utara dan Filipina) pasca invasi Chola ini diperluas hingga ke pulau
Sulawesi (lihat prasasti Tomohon, Minahasa dan prasasti Seko, Toraja). Navigasi
pelayaran Kerajaan Aru juga eluas ke Maluku. Dari wilayah Sulawesi inilah
navigasi pelayaran perdagangan Aru menemukan jalan di pantai timur Jawa
(Kerajaan Singhasari yang baru terbentuk). Navigasi pelayaran perdagangan
(Kerajaan Sriwijaya) di wilayah Sumatra bagian selatan, pantai barat Borneo dan
pantai utara Jawa. Interaksi perdagangan inilah yang diduga kuat menjadi
pangkal perkara mengapa terbentuk hubungan yang erat antara Kerajaan Aru di
utara Sumatra dengan Kerajaan Singhasari di timur Jawa
Pada
era pendudukan Chola di Kerajaan Aru dengan pelabuhan utamanya Barus, Panai,
Lamuri dan Ambuaru) sejumlah para pemimpin (raja-raja) Kerajaan Aru melarikan
diri ke pedalaman (menjadi pagan), ke hulu sungai Batanghari (mendirikan
Kerajaan Mauli) dan hulu sungai Kampar serta ke kawasan Laut China Selatan (Vietnam,
Kamboja dan Filipina dan Borneo utara). Kerajaan-kerajaan di kawasan ini jika
tidak vassal adalah anggota federasi Kerajaan Aru (sejak lama). Kerajaan Mauli
kemudian menjadi anggota federasi Kerajaan Aru yang sudah mulai bangkit pasca
pendudukan Chola. Sekte Bhairawa yang berkembang di Kerajaan Aru (sinkretism
Bodha, Hindoe dan pagan) semakin meluas hingga ke hulu sungai Kampar dan hulu
sungai Batanghari (Kerajaan Mauli). Di dua kawasan Bhairawa ini dibangun candi
di Kampar (candi Muara Takus) dan candi Padang Roco di Kerajaan Maulu. Candi
Bhairawa juga dibangun di Kamboja (Angkor Wat).
Dalam hubungan navigasi pelayaran perdagangan antara
Kerajaan Aru dan Kerajaan Singhasari, raja Kertanegara (Kerajaan Singhasari
yang beragama Hindoe) mengadopsi agama Boedha Batak sekte Bhairawa.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kerajaan Singhasari: Kerajaan Kadiri hingga
Kerajaan Majapahit (Kertajaya, Kertanegara, Hayam Wuruk)
Tunggu deskripsi
lengkanya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di
blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.