Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia (87): Gunung di Jawa dari Barat ke Timur di Pantai Selatan; Dataran Rendah dan Datar di Pantai Utara




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Seperti
halnnya sebaran gunung di Sumatra berada di pantai barat, sebaran gunung di
pulau Jawa berada di pantai selatan. Ini mengindikasikan rantai gunung cincin
api berada di wilayah selatan pulau. Sebaliknya mengapa jarang teridentifikasi
gunung tinggi di pantai utara Jawa. Pertanyaan ini akan mengarahkan kita
populasi penduduk Jawa awalnya dimana dan mengapa daratan di pantai utara lebih
rendah dan datar.

Jumlah gunung di pulau Jawa sangat banyak.
Mulai dari bagian barat pulau hingga bagian timur. Banyak yang masih aktif dan
yang teraktif adalah gunung Merapi di Jogjakarta. Gunung tertinggi di Jawa
adalah gunung Semeru di Jawa Timur dengan tinggi 3.676 meter. Sesuai namanya gunung
terbesar di Jawa adalah gunung Gede di Jawa Barat dengan tinggi 2.958 meter,
lebih rendah sedikit dengan gunung tetangganya gunung Pangrango (3.019 meter).
Di perairan Jawa juga terdapat gunung Krakatau di sebelah barat pulau Jawa.
Tidak tinggi tetapi sangat aktif dan pernah meletus sangat hebat pada tahun
1883. Di pulau Madura juga terdapat beberapa gunung. Gunung yang terpisah di
daratan di dekat pantai utara adalah gunung Muria di Jepara dan gunung Lasem di
Rembang. Di wilayah Tuban juga ada pegunungan rendah yang terpisah dari rantai
pegunungan dengan puncak tertinggi sekitar 500 meter.

Lantas apa yang menarik tentang peta gunung di Jawa dalam perspektif sejarah?
Seperti disebut di atas, gunung-gunung di Jawa cenderung berada di selatan dan
sangat jarang di pantai utara. Lalu apakah dalam sejarahnya ada yang berubah
dalam topografi pulau Jawa sehingga ada yang berbeda dengan apa yang dilihat
sekarang jika dibandingkan pada zaman kuno? Okelah kalau begitu. Seperti kata
ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Rantai Pegunungan di Jawa:
Barat ke Timur

Gunung
tidak hanya soal geografis, gunung juga dapat diperhatikan sebagai penanda
navigasi dalam penyelidikan sejarah zaman kuno. Sebagai contoh permulaan dapat
diperhatikan pada penemuan manusia Jawa yang ditemukan di pedalaman (Trinil)
dan juga situs situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur. Semua berada di
pedalaman di tanah-tanah yang lebih tinggi. Lalu pada pertanyaan pada zaman
kuno, apakah situs candi Batujaya dan ibu kota Kerajaan Majapahit benar-benar
di pedalaman seperti yang dipahami sekarang. Yang terakhir apakah kota Jakarta
sekarang pada zaman kuno adalah perairan (laut)?

Para peneliti telah menyimpulkan bahwa
peradaban baru penduduk di Hindia Timur dimulai dari masuknya peradaban yang
berasal dari India di sebelah barat. Ini berari pada zaman kuno dalam navigasi
pelayaran para pedagang-pedagang India diduga kuat bermula di bagian barat
pulau Jawa (lalu bergeser ke arah timur). Namun tidak begitu jelas apakah
dimulai di pantai utara atau pantai selatan. Yang jelas peradaban di candi
Batujaya (Karawang) lebih muda dari peradaban di situs megalitik gunung Padang.
Para peneliti yakin bahwa peradaban di situs candi Batujaya terjadu pada era
Hindoe Boedha. Dua situs di bagian barat Jawa ini cukup dekat secara geografis.

Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara gunung dan sungai. Namun dalam
hal ini bahwa gunung relatif tidak berubah sepanjang waktu jika dibandingkan
sungai. Sungai dapat bertambah dangkal atau dapat bertambah penjang. Jika
diperhatikan rantai pegunungan dari arah barat ke tiimur pada sisi selatan
pulau terdapat beberapa posisi gunung terpisah dari rantai. Salah satu contoh
adalah gunung Muria di Jepara-Kudus yang tidak hanya terpisah dari rantai
pegunungan Jawa juga posisi GPS gunung Muria ini berada lebih dekat ke pantai utara.
Gunung Murria ini diduga kuat adalah suatu pulau yang terpisah dari (pulau)
Jawa pada zaman kuno

Gunung Muria menjadi perbatasan tiga kabupaten
(Jepara, Kudus dan Pati). Gunung Muria tingginya 1.602 M. Jika memperhatikan
ketinggian ibu kota masing-masing kabapaten yang berdekatan terkesan bahwa
gunung Muria di zaman kuno terpisah dari daratan pulau Jawa (Grobogan). Tinggi
kota Kudus yang memisahkan wilayah Grobogan dengan wilayah Jepara hanya sekitar
15 M. Bandingkan ketinggian minimal ibu kota Grobogan (50 M) dengan titik
terendah di di ibu kota Jepara, Pati dan Demak. Dalam hal ini, oleh karena gunung
Muria bukan bagian rantai gunung Jawa dan berrdasarkan titik terendag terdapat
pada jalur Demak, Kudus dan Pati maka dapat disimpulkamnm bahwa gunung Muria
pada zaman kuno adalah pulau yang teropisah dari pulau Jawa.

Dalam
hal ini ada selat yang memisahkan pulau Muria dan pulau Jawa. Lalu apa yang
menyebabkan terjadinya penyatuan pulau Muria dan pulau Jawa di selat diduga
kuat karena proses sedimentasi jangka panjang akibat penumpukan  massa padat dari pedalaman (pegunungan)
melalui sungai Tuntang yang berhulu di danau Rawa Pening. Sebagaimana diketahui
kawasan danau ini merupakan lembah diantara tiga gunung (gunung Merbabu, gunung
Telomoyo, dan gunung Ungaran).

Konsekuensi dari proses sedimentasi di selat
dan menyebkan terjadi rawa dan kemudian daratan menyebabkan arah sungai Tuntang
pada titik belok di Demak arus air sungai berbelok ke arah barat untuk
menemukan jalan ke laut. Dalam hal ini boleh jadi bahwa pada zaman kuno atau
pada saat permulaan Kerajaan Demak, posisi kota 
masih di pantai dekat muara sungai Tuntang sebagai pelabuhan besar,
Sebagaimana diketahui di masa lampau Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan
maritim yang tidak hanya mampu bersaing dengan Kerajaan Majapahit tetapi juga
mampu berhadapan dengan pelaut-pelaut Portugis.

Kasus
pulau Gunung Muria ini mungkin tidak satu-satunya di Jawa. Hal yang sama dengan
ini di dekatnya adalah gunung Lasem di sebelah timur gunung Muria yang juga begitu
dekat dengan pantai utara (masuk kabupaten Rembang). Boleh jadi kota Lasem yang
sudah dikenal sejak zaman kuno  berada di
pantai atau bahkan di suatu pulau (pulau Lasem).

Gunung Lasem sendiri tingginya 806 M. Puncak
gunung ini (Argopuro) berada di perbatasan kecamatan Sluke (utara), Lasem
(barat), Kragan (timur) dan Pancur (selatan, termasuk Sedan). Puncak Lasem ini
merupakan ujung dari pegunungan Kapur Utara di bagian selatan hingga ke pesisir
pantai utara. Jika memperhatikan ketinggian wilayah Lasem dan wilayah Kragan
yang lebih rendah dari puncak gunung di sebelah utaranya maka diduga antara dua
wilayah ini berdekatan secara geografis di selatan puncak gunung yang
menyebabkan terbentuknya jalur darat dari Lasem ke Kragan via Pancur dan Sedan.
Dalam hal ini jika gunung Lasem bukan terpisah dari pulau Jawa, paling tidak
kawasan puncak Lasem terhubung dengan daratan sempit yang membentuk kawasan
gunug Lasem sebagai ujung tanjung.

Sungai
sendiri juga dapat dilihat sebagai penanda navigasi dalam melihat sejarah zaman
kuno. Dalam hal ini sungai dapat memanjang memasuki perairan (laut) yang
menyerbabkan garis pantai dan muara sungai semakin menjauhi pegunungan
(daratan). Hal in karena terjadi proses sedimentasi jangka panjang pada kawasan
muara sungai, yang awalnya terbentuk rawa kemudian terjadi proses daratan yang
mana arus sungai menemukan jalannya sendiri ke pantai. Wujud sungai yang
berbelok-belok di sekitar muara (jalan air yang melambat) dapat dijadikan
indikasi telah terjadi pemanjangan sungai. Sebagai contoh kasus dapat
diperharikan di puntai utara Jawa yang mana suatu kawasan seakan membentuk
tanjung tetapi memiliki mulut (muara) sungai (Kali Comal).

Antara kota Pekalongan dan kota Pemalang
terdapat sungai besar yakni Kali Comal. Sungai Kali Comal ini berhulu di gunung
Slamet (di pedalaman). Gunung Slamet adalah gunung tertinggi kedua di Jawa. Muara
sungai Kali Comal ini diduga kuat telah memanjang ke arah perairan (laut)
sehingga muara sungai Kali Comal sekarang seakan kota Pekalongan dan kota
Pemalang berada di garis belakang. Besar dugaan bahwa pada zaman kuno kota
Pekalongan dan kota Pemalang adalah dua kota pelabuhan tepat berada di garis
pantai di suatu teluk. Sungai Kali Comal yang berhulu di gunung Slamet bermuara
ke teluk di antara dua kota ini. Massa padar yang terbawa sungai dari pedalaman
(bisa juga karena aktivitas erupsi) membuat teluk makin dangkal dan terjadi
proses sedimentasi yang membentuk daratan. Akibatnya arus sungai terus
menemukan jalan ke laut sehingga muara sungai terus bergerak, tidak hanya
menjauhi gunung juga meninggalkan garis pantai kota Pekalongan dan kota
Pemalang. Boleh jadi Kerajaan Kalingga di zaman kuno bermula di teluk ini yang
mana pelabuhan (pasar) di Pekalongan

Kasus Kali Comal di Pekalongan dan Pemalang tidak hanya tunggal tetapi
diduga banyak terjadi di pantai utara Jawa seperti di Tangerang (teluk Naga,
muara sungai Cisadane yang bergulu di gunung Pangrango) dan Bekasi (teluk
Cabangbungin). Kasus yang mirip dengan pembentukan tanjung (sungai) yang
menutupi perairan teluk tetapi wujud dari teluk masih terlihat adalah di kota
Jakarta (sungai Ciliwung di teluk Jakarta, sungai yang berhulub di gunung
Pangrango) dan kota Semarang (sungai Semarang di teluk Semarang). Satu contoh
kasus khusus yang mirip dengan kasus muara Kali Comal adalah kota Surabaya
(sungai Surabaya)

Pada kasus  teluk Cabangbungin (di Karawang) di daerah
aliran sungai Citarum mirip kasus gunung Muria di satu sisi dan kasus Kali
Comal di sisi lain. Pada teluk ini bermuara sungai Tjitaroem yang berhulu di
gunung Wayang (Bandoeng). Seperti halnya Kali Comal, sungai Citarum juga
memanjang dan muaranya terus bergesar perairan (laut). Di teluk ini sudah
terdapat pulau. Pada sisi selatan pulau inilah yang menghadap ke muara sungai
diduga pada zaman kuno didirikan suatu candi. Seperti pulau Gunung Muria, pulau
di teluk Cabangbungin ini menyatu dengan daratan. Aliran sungai dihilir
mengikuti lekuk pulau menuju laut dengan muara sungai di sebelah barat daya
(Muara Gembong). Candi ini diduga situs candi Batujaya yang sekarang, suatu
situs yang terkesan di daratan (agak di belakang pantai), padahal di zaman kuno
diduga kuat berada di suatu pulau. Situs candi Batujaya ini diduga yang menjadi
(awal) pusat Kerajaan Taruma (di bagian barrat Jawa).

Kasus
khusus lainnya dapat diperhatikan di sebelah timur Kali Comal yakni di wilayah
Kendal. Sepintas mirip tanjung Kali Comal dengan tanjung sungai di Kendal.
Namun yang menjadi menarik perhatian di wilayah Kendal belum lama ini ditemukan
situs candi kuno, suatu candi yang diduga dibangun setelah candi Batujaya
(setelah abad ke-5).
Situs
candi Kednal ini yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 pada masa ini berada
di kecamatan Rowosari, kecamatan yang berada di sisi timur sungai Kuto yang
menjadi batas antara wilayah kabupaten Kendal dan kabupaten Batang.

Seperti halnya teluk Kali Coma;, situs sungau Kuto Kendal
ini diduga kuat ada kaitannya dengan Kerajaan Kalingga zaman kuno. Disebutkan
Kerajaan Kalingga sudah eksis sejak abad ke-6 (era yang sama dengan
Tarumanagara). Kerajaan Kalingga ini diduga kerajaan tertua di Jawa bagian
tengah. Lantas pakah situs Kendal ini merupakan ibu kota Kerajaan Kalingga. Tidak
jauh dari situs Kendal, ditemukan prasasti di desa Sojomerto, kecamatan Reban,
kabupaten Batang. Prasasti ini beraksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta (Melayu
Kuno) yang berasal dari abad ke-7. Kerajaan Kalingga disebutkan pernah
ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 752,

Sungai besar lainnya
berada di sebelah timur adalah sungai Bodri yang melewati kecamatan Patebon
(dekat Kota Kendal). Secara geografis diantara dua sungai inilah situs Kendal
berada. Jarak situs ke pantai sekitar 6 Km. Situs Kendal ini diduga pada zaman
kuno tepat berada di muara sungai Kuto. Dengan kata lain situs ini berada di pantai
(sebagai sebuah kota pantai) seperti halnya situs (candi) Batujaya. Sungai
Bodri yang muaranya terus bergeser ke arah peraian (laut) berhulu di pegunungan
Serayu Utara tepatnya di Gunung Sindoro (dari kawasan pengunungan ini mengalir
sungai besar ke pantai selatan, sungai Serayu).

Sebelum bergeser ke wilayh timur Jawa ada baiknya
diperrhatikan tentang wilayah pantai selatan. Sejak era Hindoe Boedha tidak ada
aktivitas yang berarti di pantai selatan. Jika diperhatikan ke belakang dengan
ditemukan situs Gunung Padang hanya itu saja yang mengindikasikan tanda-tanda
sejarah zaman kuno. Pantai selatan seakan masa lalu dan hanya dipandang sebagai
pintu belakang pada era Hindoe Boedha. Boleh jadi hal ini karena arus
perdagangan internasional hanya ke arah barat (India, Arab dan Eropa) dan ke
arah utara di Tiongkok. Memang secara ekonomi wilayah perdagangan ditentukan
pengarug asing. Hal itulah mengapa aktivitas di pantai selatan tidak banyak
diketahui. Pantai selatan hanya bersifat domestik dinatara penduduk Jawa yang
berada di wilayah pantai selatan, Cuaca yang tidak bersahabat dan gelombang
laut yang kerap mengancam navigasi pelayaran menjadi faktor hambatan dalam perkembangan
di wilayah selatan, lebih-lebih pantainya banyak yang curam dan berbahaya serta
populasi penduduk yang jarrang. Meski demikian ada beberapa titik penting di
wilayah selatan, selain muara sungai Tjimandiri (Pelabuhan Ratu) yang menjadi
akses ke situs Gunung Padang adalah perairan di Pangandaran yang sekarang
(wilayah Kerajaan Galuh) dan Tjilatjap (dimana sungai Serayu bermuara).
Selebihnya tidak begitu penting dalam navigasi pelayaran zaman kuno. Kita
mengabaikan pantai selatan wilayah Jogjakarta dimana sungai Opak bermuara baru
diangap penting jauh setelah era Kerajaan Mataram Kuno.

Di
pantai utara di timur pulau Jawa yang ada indikasi akivitas sejarah zaman kuno setelah
era Taruma, Kalingga dan Mataram Kuno. Kawasan pantai utara di Tuban muncul
belakangan dalam sejarah navigasi pelayaran kuno. Aktivitas yang mendahuluinya
adalah perkembangan lebih lanjut Kerajaan Mataram Kuno ke arah pantai timur
dimansa sungai-ssungai yang berasal dari pegunungan tinggi bermuara seperti
sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas (Kediri dan Madiun). Di Kawasan inilah
silih berganti kekuatan Kerajaan Kediri, Kerajaan Singhasari dan Kerajaan
Majapahit yang dapat dihubungkan dengan perubahan rupa bumi (terutama di pantai
timur dan pantai utara). Dalam hal ini pulau Madura adalah pulau yang selalu
terpisah dan tetap terpisah sejak zaman kuno.

Tunggu
deskripsi lengkapny
a

Mengapa Pantai Utara Cenderung
Rendah dan Datar?

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top