*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Seperti
halnya di Sumatra dan Jawa, di (pulau) Sulawesi juga ditemukan banyak gunung,
di bagian selatan pulau terdapat gunung-gunung tinggi, teta[I di bagian utara
justru yang ditemukan banyak gunung berapi. Gunung-gunung tinggi di bagian
selatan umumnya ditemukan di rantai pegunungan Latimojong dengan puncak
tertinggi Rantemario 3.478 M yang menjadi tertinggi di Sulawesi. Puncak gunung
Latimojong sendiri adalah 3.305 M. Di bagian utaa pulau gunung-gunung yang
relatif rendah tetapi masih ada yang aktif. Salah satu gunung terkenal di
bagian utara adalah gunung Empung.

cenderung memberikan dampak pada daerah aliaran sungai dan terjadinya proses
sedimentasi di sekitar muara yang menyebabkan terbentuknya daratan. Oleh
karenanya garis pantai di pantai utara Jawa dan pantai timu Sumatra diduga kuat
telah menjauhi gunung-gunung seiring dengan semakin memanjangnya sungai. Hal
serupa ini kurang terlihat di pulau Sulawesi. Tampaknya bentuk pulau Sulawesi relatif
tidak berubah sepanjang masa. Nama-nama gunung utama di Sumatra dan Jawa cenderung
merujuk pada nama India (Hindoe Boedha), sedangkan di Sulawesi nama-namanya
khas. Dua klaster gunung di pulau Sulawesi merujuk pada wilayah Minahasa dan
wilayah Toraja.
Lantas
bagaimana sejarah gunung zaman di (pulau) Sulawesi? Seperti disebut di atas, gunung-gunung
di Sulawesi memberikan dampak yang berbeda jika dibandingkan dengan
gunung-gunung di Sumatra dan Jawa. Tidak seperti rantai gunung di Jawa dan
Sumata cenderung berada pada garis lurus (barisan), rantai gunung di pulau
Sulawesi hanya terlihat jelas pada rantai cincin api (gunung). Klaster gunung
di wilayah Toraja puncaknya cendrung tinggi-tinggi dan memiliki kisah-kisah
yang berbeda-beda. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Gunung-Gunung di Sulawesi:
Minahasa dan Toraja
Sejak
kapan sejarah (pulau) Sulawesi diketahui? Sejauh ini belum ada keterangan yang
pasti. Ada ditemukan prasasti di Minahasa dan prasasti di Toraja namun belum
ada penanggalan yang pasti kapan prasasti di dua wilayah itu dibuat. Yang sudah
lebih pasti adalah ada beberapa nama tempat di pulau Sulawesi yang dapat
diidentifikasi Prof Kern (1919) berdasarkan teks Negarakertagama (1365).
Nama-nama yang diidentifikasi itu adalah Makasar, Bantayan (Bantaeng), Salaya (Kepulauan
Selayar), Butun (Buton), Banggaun (Banggai) dan Luwuk (Luwu).

diduga terkait dengan nama-nama tempat (pelabuhan) yang menjadi tujuan (mitra)
dagang dari Kerajaan Majapahit di pulau Jawa. Sementara itu tidak ada
identifikasi nama tempat di wilayah utara pulau, bisa jadi karena belum ada
kota pelabuhan penting atau kota pelabuhan yang menjadi mitra dagang Kerajaan
Majapahit. Wilayah Sulawesi bagian utara ini relatif dekat dengan pulau-pulau
di Filipina. Satu-satunya nama tempat yang didientifikasi adalah Solot (diduga
kepulauan Sulu), Keterangan yang lebih awal tentang pulau di Filipina adalah
teluk Manila pulau Luzon (prasasti Laguna 900 M). Dalam hal ini mengapa penting
menghubungkan wilayah Filipina dengan Sulawesi karena memiliki bentuk aksara
yang mirip satu sama lain (berbeda dengan aksara Jawa). Selain itu ada beberapa
nama tempat yang sama baik di Filipina maupun Sulawesi seperti Minanga.
Prasasti
Seko (Toraja) ditemukan di kecamatan Seko, kabupaten Luwu Utara. Wilayah Seko
ini diduga bagian dari wilayah (kerajaan) Luwu di masa lampau. Kerajaan Luwu
juga diduga meliputi kabupaten Tana Toraja yang sekarang. Hal ini karena
wilayah Seko bertetangga dengan wilayah kabupaten Tana Toraja. Secara geografis
Seko dan Tana Toraja relatif lebih bedekatan satu sama lain. Tetangga kabupaten
Tana Toraja di selatan adalah kabupaten Enrekang (yang juga diduga bagian dari
Kerajaan Luwu).

Kalimantan dan Sulawesi dapat dibedakan pada beberapa pola yang dapat diamati.
Di Sumatra terkenal dengan bukit barisan yang diantaranya beberapa puncaknyanya
muncul di atas awan (lihat foto internet). Namun demikian, meski secara umum gunung-gunung
di Sumatra berbaris mulai dari Aceh (Leuserr) hingga Sumata selatan (Dempo) ada
juga gunung atau klaster gunung yang menyimpang dari barisan seperti kawasan
gunung Ophir. Gunung-gunung di Jawa dan Kalimantan juga cenderung berbaris dan
beberapa yang jalurnya menyimpang seperti kawasan gunung Muria. Di pulau
Sulawesi polanya lebih beragam. Pada pulau-pulau kecil juga ada yang muncul
puncak tinggi seperti di pulau Lingga dan ada juga yang bersifat gunung api
seperti Krakatau, Banda dan pulau kecil di teluk Tomini.
Gunung-gunung tinggi (kawasan
gunung Latimojong) berada diantara tiga wilayah yang berdekatan (Luwu, Enrekang
dan Tana Toraja). Kawasan gunung ini menjadi kawasan gunung-gunung tinggi di
pulau Sulawesi. Seperti halnya di wilayah Minahasa, di kawasan pegunungan
Latimojong inilah peradaban awal bermula di selatan pulau Sulawesi. Hal serupa
juga dengan awal peradaban di utara Sulawesi di wilayah Minahasa (kawasan
gunung Empung dan gunung Lokon)

Rantemario (3.478 M), gunung Nenemori (3.397 M), gunung Latimojong (3.305 M), gunung
Rantekambola (3.083 M), gunung Simbolong (3.054 M), gunung Balease (3.016 M), gunung
Tolangi (3.016 M) dan gunung Kambuno (2.950 M). Tidak jauh dari pegunung
Latimojong ini di kabupaten Enrekang terdapat nama-nama yang khas seperti Minanga
(kampung), Pana, Banti (desa) dan Anggeraja (kecamatan)
Prasasti
Seko ditemukan di wilayah dimana terdapat gunung-gunung tinggi (pegunungan
Latimojong. Prasasti Watu Rerumeran di Minahasa juga ditemukan di dekat
gunung-gunung tinggi di Minahasa (gunung Empung dan gunung Lokon dan gunung
Tondano)..Yang membedakan gunung-gunung di wilayah Toraja dan wilayah Minahasa
adalah statusnya. Gunung-gunung di Minahasa tersebut terbilang sebagai gunung
aktif. Tidak ada informasi gunung-gunung di pegunungan Latimojong pernah
erupsi.

Bone dan sungai-sungainya yang pendek (tidak seperti di Jawa dan Sumatra)
menjadikan garis pantai di wilayah kawasan teluk Bone tidak banyak mengalami
perubahan. Boleh jadi di kawasan teluk juga dasar laut cukup dalam (yang
berbeda dengan dasar laut di paparan Sunda dan paparan Sahul). Sebaliknya, di
teluk Tomini dikelilingi oleh banyak gunung api. Boleh jadi itu mengapa teluk Tomini
diidentifikasi sebagai perairan dangkal yang di dalam peta Portugis kawasan
teluk berupa daratam (pantai selatan Sulawesi Utara dan pantai utara Sulawesi
Tengah menyatu. Lantas apa yang menyebabkan pada peta-peta VOC (Belanda) teluk
mulai didientifikasi sebagai perairan dangkal (rawa-rawa) yang kerap dijadikan
para bajak laut internasional sebagai persembunyian yang meresahkan penduduk di
kawasan. Perubahan dari proses pendangkalan (sedimentasi massa erupasi) menjadi
perairan kembali diduga kuat karena faktor arus laut Pasifik yang deras.
Berdasarkan
nama tempat dalam teks Negarakertagama, dari lima nama tempat hanya tiga yang
melekat di (daratan) pulau Sulawesi yakni Makasar, Luwuk dan Banggai. Menurut
para ahli diantara tiga tempat itu yang tertua adalah Luwuk yang berada di
teluk Bone. Secara teoritis hal itu juga didukung bahwa secara geografis di
dalam pulau, sepertinya wilayah Luwuk ini merupakan wilayah yang paling
strategis, terlindung dari lautan dan sangat dekat pada sumber daya alam di
pegunungan Latimojong. Dalam posisi inilah diduga kuat yang menjadi faktor
penting terbentuknya Kerajaan Luwuk pada zaman kuno. Sedangkan Makassar dan
Banggai serta Boeton adalah pelabuhan-pelabuhan yang muncul kemudian sebagai
tempat transit perdagangan (di sisi luar). Wilayah (pelabuhan) Luwuk dikawasan
teluk diduga kuat telah memainkan peran penting sejak awal (zaman kuno).

Luwu’) adalah salah satu kerajaan Bugis tertua. Pada 1889, Gubernur Hindia
Belanda di Makassar menyatakan bahwa masa kejayaan Luwu antara abad ke-10
sampai 14, tetapi tidak ada bukti lebih lanjut. Luwu bersama-sama dengan Wewang
Nriwuk dan Tompotikka adalah tiga kerajaan Bugis pertama yang tertera dalam
epik I La Galigo, sebuah karya orang suku Bugis. Namun begitu, I La Galigo
tidak dapat diterima sepenuhnya sebagai teks sejarah karena dipenuhi dengan
mitos, maka keberadaan kerajaan-kerajaan ini dipertanyakan. Pusat kerajaan ini
terletak di Malangke yang kini menjadi wilayah Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi
Selatan (Wikipedia)
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Gunung Api di Sulawesi: Bagian
Cincin Api Pasifik
Dalam
berbagai tulisan kerap disebut bahwa gunung api adalah ancaman besar bagi
penduduk ketika terjadi erupsi, tetapi gunung api juga memberi jalan bagi
kesuburan tanah yang dapat ditempati penduduk. Seperti dikutip di atas, wilayah
Minahasa adalah gugus gunung api di pulau Sulawesi (bersama dengan gugus gunung
api di kepulauan Maluku). Ada satu gunung api di teluk Tomini (gunung Una atau
gunung Colo).

yang sudah lama tidak aktif lagi, tetapi gunung di dekatnya (gunung Lokon,
gunung Tondano dan gunung Soputan serta gunung Klabat) diketahui pernah
mengalami erupsi. Seperti ditunjukkan di atas, gugus gunung api di Ternate dan
gugus gunung api di Minahasa dan gugus gunung api di kepulauan Sangihe. Gunung
Una yang berada di kawasan teluk Tomini yang berada jauh dari zona subduksi tampaknya
arah menyimpang dari gugus cincin api. Ini berbeda dengan dengan gunung Lokon
dan gunung Empung yang dapat dikatakan berada di gugus cincin api. Gunung Una
tidak hanya terbentuk sendiri, juga gunung yang berada di luar jalur cincin
api.
Oleh
karena itu gunung-gunung di bagian utara Sulawesi telah memberi kesuburan yang
sangat berarti di wilayah Minahasa dan bahkan hingga ke wilayah Toraja. Dalam
hal ini besar dugaan populasi penduduk diduga menyebar dari atas ekuator ke
pulau Sulawesi dan pulau-pulau Maluku. Hal itu itu dapat diperhatikan dari banyak
kemiripan di pulau Sulawesi dengan pulau-pulau di Filipina, apakah bahasa. aksara,
sistem pemerintahan (yang demokratis; non monarkis) dan juga adanya beberapa nama
geografis.

adalah Toraja yang mana ditemukan pasasti dan situs kuno di Seko (kecamatan
Seko) dan Minahasa yang mana ditemukan prasasti zaman kuno Waru Rerumeran di dekat
Tomohon dan danau Tondano (kecamatan Tompaso). Secara geogafis dua wilayah ini
mirip sama-sama berada di kawasan pegunungan. Kecamatan Seko berada pada
ketinggian antara 1.100 sampai 1.400 M. kecamatan Tompaso sekitar 700 M, Tomohon (900-1100 M)b dan danau
Tondano 600 M. Pada prasasti Tompaso berisi tentang pembagian wilayah federasi,
Hal yang sama juga tercermin dari situs Seko yang mencerminkan empat anggota
federasi (daliang). Tampaknya dua kerajaan tua ini bersifat non monarkis. Hal
semacam ini juga ditemukan di teluk Manila pulau Luzon (prasasti Luguna 900 M)
yang mencerminkan tiga anggota federasi. Di tiga wilayah ini pada masa kini
memiliki aksara yang mirip satu sama lain dan juga ditemukan nama Minanga di
tiga wilayah. Kapan situs di Minahasa dan situs di Seko eksis? Diduga antara
kurun waktu 900 M dan tahun 1365 sebagaimana nama Luwuk dicatat dalam
Negarakertagama. Besar dugaan situs Toraja lebih muda jika dibandingkan dengan
situs Minahasa.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.