Sejarah

Sejarah Menjadi Indonesia (791): Bahasa Indonesia Mudah, Aksara Batak Mudah; Aksara Jawa dan Batak Suksesi Pallawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Diantara bahasa-bahasa di dunia, ada yang
menyebut Bahasa Indonesia dapar dikatakan sebagai yang secara teknis bahasa
paling mudah dipelajari dan dipraktekkan. Hal ini juga karea pengadopsian
aksara Latin dalam Bahasa Indonesia. Sebagaimana sejarahnya, Bahasa Indonesia
berakar pada bahasa Melayu. Akan tetapi dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia
dibina terus sehingga menjadi lebih mudah jika dibandingkan dengan bahasa
Melayu sendiri. Meski aksara Latin eksis, aksara daerah khususnya aksara Batak
dan aksara Jawa juga tetap lestari.


Ada beberapa aksara yang pernah eksis di Indonesia sejak era Nusantara,
antara lain aksara Pallawa, aksara Jawa dan aksara Batak, aksara Jawi (Arab gundul)
dan terakhiri aksara Latin. Aksara Pallawa sudah lama tiada, namun suksesinya terbentuk
aksara Jawa dan aksara Batak. Dua aksara inilah yang dapat dikatakan menurunkan
aksara-aksara daerah pada masa ini. Aksara Jawa terbentuk, terutama di wilayah
Melayu seiring dengan pengaruh Islam semakin menguat (yang menggantikan
pengaruh Hindoe/Boedha). Aksara Latin diperkenalkan seiring dengan kehadiran
orang Eropa dimulai oleh orang-orang Portugis, kemudian Belanda/VOC. Pada era
Pemerintah Hindia Belanda, sementara aksara Jawa, Batak dan Jawi tetap dipertahankan,
pemerintah mengintroduksi aksara Latin di sekolah-sekolah yang dibangun
pemerintah. Aksara Latin ini hingga kini menjadi aksara standar di Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah Bahasa Indonesia mudah, aksara Batak mudah? Seperti disebut di atas, bahasa-bahasa daerah sudah
eksis di pulau-pulau nusantara saat mana lingua franca adalah bahasa Sanskerta
dengan aksara Pallawa. Seiring dengan terbentuknya bahasa Melayu, juga
terbentuk aksara Jawa dan aksara Batak. sejarah B
ahasa Indonesia mudah, aksara Batak mudah? Lalu bagaimana sejarah pro dan kontra orang Malaysia
terhadap Indonesia
?
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Bahasa Indonesia Mudah, Aksara Batak Mudah: Bahasa
Sanskerta, Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, Bahasa Batak, Lainnya

Aksara standar dunia kini adalah aksara (fonetik)
Latin. Aksara Latin dapat dianggap sebagai aksara yang lebih sederhana dan
mudah dipelajari relatif terhadap aksara Arab (ditulis dari kanan ke kiri). dan
aksara Tiongkok (ditulis atas ke bawah). Nama bahasa-bahasa Eropa seperti
Inggris dan Belanda (yang ditulis dengan aksara Latin) tidak mudah dipelajari.
Ini berbeda dengan Bahasa Indonesia, bahasa yang mudah dipelajari/dipraktekkan hanyalah
Bahasa Idnonesia.


Secara teknis aksara Latin yang ditulis dari kiri ke kanan sebenarnya
sangat sesuai dengan menggunakan tangan kanan. Sementara aksara Arab yang
ditulis dari kanan ke kiri  sebenany
sangat sesuai dengan menggunakan tangan kiri. 
Lalu bagaimana dengan aksara Tiongkon yang ditulis dari atas ke bawah?
Tidak terlalu bermasalahan ditulis dengan tanagan kanan maupun tangan kiri.
Seperti halnya aksara Pallawa yang menurunkan aksara Batak dan aksara Jawa
ditulis dari kiri ke kanan (sama dengan Eropa, berbeda dengan Arab). Namun
secara khusus aksara Batak tidak hanya bisa ditulis dari kiri ke kanan (Eropa)
juga dari atas ke bawah (Tiongkok). Aksara Jawa tetap hanya bisa ditulis dari
kiri ke kanan.

Selain aksara Latin yang paling mudah dipelajari,
yang tergolong mudah dipelajari adalah aksara Batak. Dibanding aksara Jawa,
aksara Batak dibuat menjadi lebih simpel. Dalam hal ini dapat dikatakan aksara
Latin dan Bahasa Indonesia adalah aksara dan bahasa paling mudah dipelajari di
muka bumi (suatu kombinasi yang paling ideal). Lalu bagaimana dengan bahasa
Batak dan aksara Batak.


Seperti disebut di atas, aksara Batak tidak hanya sebagai aksara paling mudah
dipelajri/dipraktekkan, juga aksara Batak dapat dikatakan aksara paling adaptif
(bisa ditulis dari kiri ke kanan seperti aksara Latin, juga dari atas ke bawah
seperti aksara Tiongkok). Bahasa Batak sendiri dapat dikatakan sebagai bahasa
yang paling praktis, Mengapa? Jika bahasa Batak menggunakan aksara Latin, alfabetnya
tidak memerlukanan tanda diakritik. Satu yang kurang diperhatikan bahasa Batak
sebenarnya bahasa yang paling disederhanan. Sebagai contoh untuk bilangan ‘belasan’
antara bahasa Eropa (Belanda dan Inggris) mirip dengan bahasa Jawa/bahasa Indonesia
seperti angka 11 (sebelas, eleven); 12 (dua belas, twelve); 13 (tiga belas, thirteen);
14 (empat belas; fourteen)l dan seterusnya. Dalam bahasa Batak: 11 (sampulu
sada); 12 (sampulu dua); 13 (sampulu tolus); dan seterusnya. Dalam bahasa Batak
terjadi pengulangan bilangan dasar untuk bilangan belasan. Apakah bilangan bahasa
Batak mirip bilangan biner (1-0) yang digunakan dalam system (bahasa) computer sekarang?
Bilangan bahasa Batak ini diduga kuat yang ditemukan dalam teks prasasti
Kedoelan Boekit abad ke-7 (682 M). Lihat frasa dalam teks: ‘dua laksa dangan
kosa duaratus cara di samvau danan jalan sarivu tluratus
sapulu dua vañakña’. Dalam teks ini
juga ditemukan tanda bahasa Batak: awalan ‘ma/mar’ dan awalan ‘ni’. Dalam
bahasa Batak dibedakan awalan/kata depan ‘di’ dengan ‘ni’. Awalan ‘mar/mar’ dan
‘ni’ hingga kini hanya ditemukan dalam bahasa Batak.

Bahasa Batak sesungguhnya bahasa yang paling mudah
dipelajari dan paling praktis (bahkan terhadap Bahasa Indonesia). Hal ini karena
bahasa Batak yang tidak berubah sepanjang masa (sejak zaman kuno), juga sistem bilangannya
dibahasakan dengan cara yang telah disederhanakan (mirip biner). Hal serupa ini
juga dengan aksara Batak yang tidak hanya telah disederhanakan, tetapi
kegunaanya juga dibuat lebih praktis (adaptif terhadap aksara Latin dan aksara
Tiongkok).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Aksara Jawa dan Batak Suksesi Pallawa: Aksara Jawi
versus Aksara Latin

Sebelum inttoduksi aksara Latin oleh orang-orang
Belanda pada era VOC/Belanda diantara orang pribumi, aksara yang digunakan
adalah aksara masing-masing seperti aksara Latin oleg orang Belanda, aksara
Jawi oleh orang berbahasa Melayu (terutama Arab dan Cina) , aksara daerah seperti
oleh orang-orang Batak dan Jawa. Untuk teks perjanjian-perjanjian (plakaaat(
digunakan dwi bahasa (Belanda dan Melayu, Belanda dan Jawa dan sebagainya).
Orang-orang Belanda sudah banyak yang bisa berbahasa Melayu (bahkan bahasa
daerah) yang menggunakan aksara Latin.


Pada awal era Pemerintah Hindia Belanda, orang Belanda tidak hanya
berbahasa Melayu dengan aksara Latin, juga sudah ada yang bisa menulis dengan
menggunakan aksara non Latin (seperti aksara Jawi dan aksara Jawa). Pada
permulaan pemerintahan ini introduksi aksara Latin dimulai dengan membangun
sekolah-sekolah pemerintah. Bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Melayu
oleh guru-guru yang didatangkan dari Belanda, kemudian dengan semakin meluasnya
sekolah pemerintah di daerah bahasa pengantar dikombinasikan dengan bahasa daerah
seperti bahasa Jawa di Soeracarta.

Penulisan-penulisan buku pelajaran dan buku umum,
yang bebahasa Melayu dan bahasa daerah dengan aksara Latin, yang awalnya dilakukan
oleh orang-orang Belanda (guru dan pejabat) mulai dilibatkan penulis-penulis
pribumi dengan menggunakan aksara Latin maupun aksara daerah. Dua penulis
pribumi yang intens menulis adalah guru Sati Nasution alias Willem Iskander di
Angkola Mandailing (Tapanuli) dan pegiat budaya di wilayah Soenda Hadji Mohamad
Moesa. Willem Iskander menulis buku umum dan peklajaran dalam bahasa Batak
dengan aksara Latin, Mohamad Moesa menulis buku umum berbahasa Soenda dengan
aksara Jawa (Soenda). Buku Willem Iskander terbit pertama tahun 1865.


Pada tahun 1866 di wilayah Soenda didirikan sekolah guru di Bandoeng.
Hadji Mohamad Moesa aktif berkontribusi. Sekolah guru di Bandoeng ini adalah
sekolah guru keempat di Hindia Belanda, setelah tahun 1862 di Angkola
Mandailing didirikan sekolah guru yang ketiga. Sekolah guru pertama di Hindia
Belanda didirikan pada tahun 1851 di Soeracarta dan yang kedua tahun 1857 di
Fort de Kock (Padangsche Bovenlanden). Di Soeracarta guru-guru Belanda menulis
bahasa Melayu dan guru-guru Jawa menulis bahasa Jawa dengan aksara Latin dan
aksara Jawa. Di Fort de Kock idem dito guru-guru Belanda menulis bahasa Melayu
dengan aksara Latin dan guru-guru local menulis dengan aksara Jawi dalam bahasa
Melayu.

Di wilayah Angkola Mandailing penulisan dengan
aksara Latin sangat intens dan juga berdampingan dengan penulisan dengan aksara
Batak.
  Hal serupa itu yang terjadi Jawa
(Soeracarta dan Bandoeng), aksara Latin berdampingan dengan aksara Jawa. Di
Fort de Kock dalam perkembangannya penulisan umumnya dilakukan dengan aksara
Latin, aksara Jawi mulai jarang digunakan di lingkungan sekolah umum.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top