*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini
Nama Bangko dan nama Merangin pada masa ini
sudah dikenal luas. Namun di wilayah hulu daerah aliran sungai Batanghari ini
diduga kuat sudah dikenal pada zaman kuno, ini sehubungan dengan ditemukan
prasasti berasal dari abad ke-7. Nama Bangko sendiri mirip dengan nama pulau
Bangka di timur hilir sungai Batanghari. Apakah ada hubungan Bangko dan Bangka
di zaman kuno dimana di dua wilayah ditemukan prasasti yang sama-sama berasal
abad ke-7.

Kabupaten Merangin adalah
salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jambi. Ibu kota kabupaten Merangin
berada di (kecamatan) Bangko. Pada ahun 1946 dibentuk provinsi Sumatra Tengah ditetapkan
menjadi provinsi, daerah Keresidenan Jambi yang terdiri dari Kabupaten
Batanghari dan Kabupaten Merangin. Pada tahun 1957 dibentuk Provinsi Jambi (terdiri dari: Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Kerinci). Dalam perjalanan Kabupaten
Merangin (wilayahnya saat ini adalah Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Tebo) yang beribu kota di Bangko, kemudian ibu
kota dipindahkan ke Muara Bungo. Kabupaten Sarolangun Bangko tahun 1965, pusat
pemerintahan ditempatkan di Bangko. Tahun 1999 berdiri sendiri Kabupaten
Merangin, dan Kabupaten Sarolangun. Kabupaten Sarolangun beribu kota di
Sarolangun dan Kabupaten Merangin beribu kota di Bangko. Di Kabupaten Merangin terdapat
beberapa sungai yakni Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir. Pada masa
lalu daerah ini merupakan pendukung Kerajaan Melayu Jambi namun mempunyai
pemerintahan sendiri dibawah tiga depati. Tahun 1906 Pemerintahan Hindia
Belanda membentuk dan membagi wilayah Kewedanaan Bangko dalam beberapa Marga, dimulai
pada tahun 1916. Wilayah Merangin merupakan Subdivisi Bangko dibawah Devisi
Jambi yang masuk Keresidenan Palembang. Keresidenan Jambi dibentuk kemudian.
(Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah nama Bangko di kabupaten
Merangin? Seperti yang disebut
di atas, nama Bangko mirip nama (pulau) Bangka. Nama Bangko terhubung dengan
nama Merangin. Do wilayah Merangin terdapat prasasti berasal dari abad ke-7. Lalu
bagaimana
sejarah nama Bangko di kabupaten Merangin? Seperti disebut di atas, dari sejarah candi inilah
sejarah Jambi mulai dinarasikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Nama Bangko di Kabupaten Merangin; Pulau Bangka dan
Bagaimana Ada Prasasti Berasal Abad ke-7 di Karang Berahi
Sejarah zaman kuno, tidak hanya menarik, tetapi juga
memahaminya penuh tantangan. Data yang minim menyebabkan sejarah zaman kuno
menjadi samar-samar. Situasi menjadi lebih buruk karena dalam penyelidikan
sejarah, ada sejumlah peneliti sejarah seakan mennggunakan pepatah lama: ‘jika hilang di tempat gelap,
carilah di tempat terang’. Dalam hal ini bagian barat Sumatra (bagian barat
Jambi) sejarahnya lebih gelap dibandingkan sejarah bagian timur Sumatra (bagian
timur Jambi). Apakah dalam hal ini, pepatah lama tersebut telah menjadi
kebenaran sejarah?

Sejarah zaman kuno (pulau) Sumatra, faktanya bermula di bagian barat
Sumatra. Tepatnya di sepanjang daerah pegunungan Bukit Barisan. Secara
geomorfologis, pulau Sumatra telah jauh menjadi lebih luas sekarang
dibandingkan kondisi zaman kuno. Pulau Sumatra meluas ke arah (pantai) timur
karena adanya proses sedimentasi jangka panjang. Faktor penting dalam hal ini
adalah sungai-sungai yang berhulu di pegunungan. Seiring dengan meluasnya
daratan ke pantai timur, sungai-sungai tersebut juga semakin memanjang. Oleh
karenanya muncul navigasi pelayaran perdagangan sungai. Lalu bagaimana dengan
navigasi perjalan perdagangan zaman kuno? Jelas tidak melalui sungai. Besar
kemungkinan melalui jalan darat di pegunungan. Jalur lalu lintas perdagangan
darat zaman kuno tersebut diduga kuat melalui Jalan Trans Tengah Sumatra.
Rutenya dari selatan dimulai dari Lampong, Martapura, Muara Enim. Lahat,
Lubuklingai, Sarolangun, Bangko hingga Solok dan seterunya hingga Indrapuri
(Aceh). Jalan kuno (jalan trans-tengah Sumatra) adalah titik-titik tengah ke
pantai barat dan ke pantai timur saat itu. Jalan trans-timur Sumatra adalah
jalan baru (sementara jalan trans-barat Sumatra belum sepenuhnya tersambung).
Dalam konteks jalu zaman kuno ini, pantai timur Sumatra tidak jauh dari jalan
trans-tengah Sumatra yang sekarang. Dengan kata lain Bangko di kabupaten
Merangin dan Sarolangun di kabupaten Sarolangun terbilang cukup dekat dengan
pantai timur (tidak sejauh sekarang yang seakan jauh berada di pedalaman, dari
arah pantai timur).
Satu yang terpenting dalam konteks zaman kuno ini di
(wilayah) Jambi yang sekarang, apakah nama Bangko dan nama Sarolangun nama-nama
kuno? Juga dapat ditambahkan apakah nama
Kerinci adalah nama kuno? Pertanyaan ini dapat diperluas, apakah nama
(pulau) Bangka merujuk pada nama Bangko? Apakah nama Sarolangun merujuk pada
nama sungai. Dalam bahasa India (selatan), aro=aru=ara=sungai). Tiga wilayah
terjauh di provinsi Jambi tersebut (Kerinci, Bangko dan Saroloangun) seakan
mengundang pertanyaan misteri? Dalam hal inilah kita berbicara bahwa sejarah
zaman kuno tidak hanya menarik tetapi juga sangat menantang.

Beberapa petunjuk awal tentang data sejarah yang dapat dihubungkan dengan
wilayah pedalaman Sumatra di wilayah (provinsi) Jambi antara lain, ditemukannya
prasasti kuno yang diduga berasal dari abad ke-7 di Karang Berahi, kabupaten
Merangin (tidak jauh dari Bangko); dan ditemukannya teks tua di Tanjung Tanah
di kabupaten Kerinci.
Prasasti yang ditemukan di Karang Berahi,
Bangko/Merangin, pada dasarnya mirip satu sama lain (copy paste) antara
prasasti di Kerang Berahi dengan prasasti yang ditemukan di Telaga Batu
(Palembang), Kota Kapur (Bangka) dan Pasemah (Lampung). Apakah keempat prasasti
ini dibuat sejaman abad ke-7? Yang mendahului prasasti-prasasti tersebut di
zaman kuno yang sama adalah prasasti Kedoekan Boekit (682 M) dan prasasti
Talang Tuwo (684 M). Prasasti Kota Kapur sendiri diyakini bertarih 686 M. Jika
empat prasasti yang mirip satu sama lain tersebut berasal dari zaman yang sama,
lantas apakah tempat-tempat tersebut (ditemukan prasasti) mengindikaasikan
navigasi pelayaran?

Sebagai tempat-tempat yang terhubung pada zaman yang sama dalam konteks
navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno, lalu apakah Karang Berahi dulunya di
zaman kuno adalah wilayah pesisir? Pertanyaan ini kurang lebih sama bahwa Kota
Kapur di pulau Bangka awalnya di pantai (barat pulau Bangka), Telaga Tuwo
berada di suatu pulau di muara sungai Musi dan Pasemah di Lampung berada di
garis pantai/laut.
Jika garis pantai zaman kuno lebih ke timur,
katakanlah di Muara Tembesi, Palembang dan Pasemah (serta pulau Bangka) lantas
mengapas prasasti abad ke-7 tersebut justru ditemukan di Karang Berahi
(Bangko/Merangin)?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Bangka dan Bagaimana Ada Prasasti Berasal Abad
ke-7 di Karang Berahi: Geomorfologi Hulu Daerah Aliran Sungai Batanghari
Seperti di bagian lain pulau Sumatra, secara
geomorfologis, wilayah Sumatra bagian selatan, di sebelah barat adalah
pegunungan (Bukit Barisan) dan do sebelah timur adalah dataran rendah. Sebelum
terbentuknya dataran rendah (alluvial) tersebut, terdapat banyakk pulau-pulau
besar dan pulau-pulau kecil. Pulau-pulabu besar antara lain pulau Bangka dan
pulau Pegunungan Tigapuluh. Di sebelah timur laut Karang Berahi terdapat bagian
daratan Sumatra (berupa tanjong). Besar dugaan pada zaman kuno, tempat
ditemukan prasasti di Karaang Berahi adalah sisi dalam suatu teluk (Bangko
sendiri berada di belakang pantai).
Pulau Bangka awalnya adalah suatu pulau yang lebih beras. Bentuk pulau
Bangka pada masa ini lebih kecil karena ada proses abrasii. Di pantai barat
inilah ditemukan prasasti di Kota Kapur. Sementara itu tempat ditemukan
prasasti di Kedukan Bukit adalah suatu pulau diantara pulau Bangka dan daratan
Sumatra.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.