Sejarah

Sejarah Bangka Belitung (6): Kota Muntok Pelabuhan Tua Pantai Barat Pulau Bangka; Navigasi Pelayaran Perdagangan Era VOC


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Muntok adalah salah satu kota tua di pulau
Bangka (bahkan jauh sebelum Pangkal Pinang menjadi kota). Pada masa lampau, sebelum
nama Muntok, dikenal sebagai nama Monopin, suatu nama tempat di pulau kecil di
utara pulau Bangka. Dalam perkembangannya pulau Monopin ini menyatu dengan daratan
pulau Bangka dimana terbentuk kampong/kota Muntok. Sebagai kota tua, sejak era
VOC/Belanda kota Muntok terus berkembang, terutama pada era Hindia Belanda.
Sungai Pangkal Pinang ini di hilir bermuara ke sungai Batoeroesa.


Muntok
adalah ibukota Kabupaten Bangka Barat. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kota
Muntok salah satu kecamatan di kabupaten Bangka Barat. Pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda, Kota Muntok pernah menjadi ibukota Karesidenan Bangka,
sekaligus sebagai pusat administrasi penambangan Timah (Hoofdbureau
Bankatinwinning) (1816-1907). Kota Mentok berdiri sejak 7 September 1734 Masehi
atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin Jayawikrama (1721-1756) kepada Wan Akup
yang kemudian membangun 7 bubung rumah di daratan sebuah tanjung di kaki bukit
Menumbing. Pada masa itulah, Kota Muntok ditetapkan sebagai pusat Pemerintahan
sekaligus pusat urusan penambangan timah di Pulau Bangka, yang berlanjut ketika
Pemerintah Hindia Belanda menguasai wilayah ini, dan juga menjadikan Kota
Muntok sebagai pusat pemerintahan di Bangka sekaligus pusat administrasi
penambangan timah. Kota ini kemudian semakin tumbuh berkembang menjadi kota
bandar utama pusat perdagangan timah dan lada putih (Muntok White Pepper), dimana
timah dan lada putih diangkut lalu dikirim ke negara-negara Eropa melalui
Pelabuhan Muntok. Pelabuhan ini pun semakin ramai dengan arus pendatang yang
hilir mudik datang dan pergi, apalagi mengingat hasil penambangan yang sangat
menjanjikan, semakin banyak didatangkan orang-orang dari Cina, Siam, Kamboja,
dan Siantan yang berada di Johor yang ahli dalam urusan timah. Muntok adalah
kota tua yang didirikan oleh Abang Pahang, mertua Sultan Palembang Darusssalam
Mahmud Badaruddin I (1720-1755) pada tahun 1722 dan menjadi ibukota Karesidenan
Bangka, sebelum dipindahkan oleh Residen J. Englenberg ke Pangkal Pinang pada
tahun 1907
.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kota Muntok pelabuhan
utama di pantai barat pulau Bangka? Seperti disebut di atas, nama Muntok adalah
kota tua yang eksis hingga sekarang. Kota Muntok diduga bekermbang sejak era navigasi
pelayaran perdagangan zaman VOC/Belanda. Lalu bagaimana sejarah Kota Muntok pelabuhan
utama di pantai barat pulau Bangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Kota Muntok Pelabuhan Utama di
Pantai Barat Pulau Bangka; Navigasi Pelayaran Perdagangan Era VOC/Belanda

Muntok, adalah kota baru, nama baru, bukan
nama kuno seperti Bangka, Nama Muntok diduga kuat bermula ketika kehadiran
Inggris (setelah Inggris menduduki Jawa pada tahun 1811). Sebelumnya telah
terjadi kerusuhan di Palembang yang dilancarkan oleh Pangeran Palembang yang
menyebabkan residen (Pemerintah Hindia Belanda) terbunuh. Kehadiran Inggris di
Palembang dalam rangka pengambilalihan kekusaan Pemerintah Hindia Belanda
kepada Inggris, namun yang ditemukan adalah residen terbunuh.


Pada
Peta 1845 di pulau Bangka di ujung barat laut diidentifikasi nama (benteng)
Mintow. Pada Peta 1849 di kawasan dimana sebelumnya diidientifikasi nama
benteng Mintow disebut nama bukit Manopin. Nama Manopin sendiri  sudah diidentifikasi pada peta-peta Portugis.
Dalam peta-peta nama Manopin mengindikasikan pulau (pulau) kecil di utara pulau
Bangka. Pada peta-peta VOC dan Pemerintah Hindia Belanda, nama Manopin mengidentifikasi
nama wilayah dimana kemudian terdapat nama (benteng) Mintow. Besar dugaan,
secara geomorfologis, pulau-pulau Manopin yang dulu diidentifikasi pada
peta-peta Portugis yelah menyatu dengan daratan (menjadi wilayah Manopin).

Pada saat kehadiran Inggris di Palembang yang
dipimpin oleh Kolonel Gillespie, diterapkan hukum, akibat terbunuhnya Residen
(Pemerintah Hindia Belanda) hak Sultan dihilangkan (lihat Java government
gazette, 04-07-1812). Pada saat inilah pasukan Inggris mulai membangunan
benteng di pulau Bangka di suatu area ketinggian yang disebut Minto.


Dalam
laporan ini disebutkan bahwa barang dagangan di Palembang adalah lada, rotan,
gambir, kapas, danmar, gading, mata kucing, belerang, garam, lilin, beras,
benzoin, nila, tembakau, pinang, kerbau dan emas, tapi barang yang paling
penting adalah timah Banca. Dalam laporan ini juga disebutkan kepemilikan pulau
Banca dan Biliiton, telah diserahkan kepada Pemerintah Inggris oleh Sultan
baru, sebagai hal sangat penting. Juga disebutkan benteng sekarang dibangun di
Banca, terletak di dataran tinggi dekat kota kecil yang disebut Minto.

Besar dugaan nama Minto diberikan pada
area/benteng tersebut sebagai penghormatan kepada Gubernur Jenderal Inggris
yang berkedudukan di Calcutta (India). Nama Minto inilah yang kemudian
diidentifikasi pada Peta 1845 nama (benteng) Mintow. Hal serupa ini juga sudah
pernah terjadi pada era VOC dengan memberi nama benteng (kasteel) Batavia yang
menjadi nama kota Batavia. Seperti kita lihat nanti juga ada nama benteng/kota
Fort de Kock dan nama benteng/kota Fort van der Capellen.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Navigasi Pelayaran Perdagangan
Era VOC/Belanda: Hubungan Perdagangan Palembang dan VOC/Belanda

Pulau Sumatra sudah sejak lama, di zaman kuno
terdapat navigasi pelayaran perdagangan. Dari barat dan timur. Catatan Eropa mengindikasiakn
bahwa jauh sebelum era Ptolomeus. Catatan Tiongkok juga pada abad ke-2
melaporkan kedatangan utusan dari tanah selatan menemua Kaisar Tiongkok. Pada
abad ke-7, catatan Tiongkok terkait dengan kehadiran I’tsing di wilayah
(kerajaan) Sriwijaya. Demikian seterusnya hingga era Kerajaan Aru yang kemudian
era Portugis pada awal abad ke-16. Pada era Portugis inilah catatan sejarah terdokumentasi
dengan baik dan berlangsung secara intens baik dalam bentuk laporan-laporan dan
peta-peta.


Seperti
disebut di atas, pada peta-peta Portugis satu nama penting yang telah
didientifikasi terkait dengan kota Muntok adalah nama (pulau-pulau) Manopin
yang terletak di utara pulaua Bangka. Dalam peta ini di pesisir pantai utara pulau
Bangka diidentifikasi gosong, suatu Kawasan pasir yang dangkal yang berbahasa
dalam navigasi. Gosong ini semakin meluas sehingga mencapau pulau-pulau Manopin
yang kemudian menjadi menyatu satu sama lain (Kawasan kota Muntok yang
sekarang). Pulau-pulau Manopin inilah yang diduga menjadi bukit-bukit yang
berada di wilayah Muntok yang sekarang. Pada Peta 1845 ada tiga bukit yang
didientifikasi salah satu Namanya Manombing Hill (bukit Monopin?).

Dalam catatan Inggris seperti disebut di atas,
pulau Bangka salah satu menjadi sarang bajak laut yang kerap menggangu navigasi
pelayaran perdagangan di sekitar. Hal itulah yang mendorong Inggris pada tahun
1812 segera membangun benteng Minto di pantai barat pulau Bangka (sebelah barat
laut). Inggris yang sudah berkuasa ingin menjamin navigasi pelayaran
perdagangan di seputra pulau Bangka aman. Sejak inilah wilayahy Bangka dan
Belitung menjadi wilayah yang penting.


Pendudukan
Inggris tidak lama berlangsung. Pada tahun 1816 Inggris mengembalikan seluruh
eks Pemerintah Hindia Belanda kepada kerajaan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda
kembali diselenggarakan. Tidak banyak yang diketahui perubahan selama era
pendudukan Inggris (1811-1816) di Palembang dan Bangka, kecuali suda ada
benteng di pulau Bangka yang disebut benteng Minto yang kemudian didientifikasi
sebagai nama tempat yang baru. Kehadiran kembali Pemerintah Hindia Belanda
disambut dengan dingin dan terjadi perselisihan dengan para pangeran Palembang.
Wilayah Bangka juga menarik perhatian Pemerintah Hindia Belanda dengan
membentuk cabang pemerintahan sebagaimana di Palembang.

Setelah kembalinya Pemerintah Hindia Belanda, cabang
pemerintahan segera dibukan di Palembang dan juga di Bangka Belitung. Setelah
penempatan seorang Residen di Palembang, lalu kemudian disusul penempatan
seorang Residen di Bangka yang berkedudukan di Muntok. Salah satu pejbat Pemerintah
Hindia Belanda di pulau Bangka yang ditempatkan di Djebioes sebagai pengawas
pertambangan timah, pada tahun 1821 dipromosikan menjadi Residen Riau (lihat Bataviasche
courant, 10-02-1821). Disebutkan untuk Residen di Riau LC van Ranzow, inspektur
pertambangan timah di Jeboes (kini Bangka barat di pantau utara pulau Bangka).


Struktur pemerintahan di Residentie Bangka berdasarkan Almanak 1827
adalah Residen dan sekretatris yang berkedudukan di Muntok. Di (pulau) Belitung
ditempatkan seorang Asisten Residen. Fungsi jabatan lain di Muntok adalah
ontvanger, pakhuismeester dan havenmeester, boekhouder dan kommies. Meski masih
ramping tetapi struktur pemerintahan di (residentie) Bangka sudah cukup lengkap
(kurang lebih sama dengan di Palembang).

Penentuan pusat pemerintahan di (residentie)
Bangka yang berada di Muntok menjadi pemicu kota Muntok menjadi cepat
berkembang. Lebih-lebih di kota Muntik telah dibangun dermaga pelayaran yang
memadai apalhi ditunjang dengan kehadiran fungsi ontvanger dan havenmeester.
Pada Peta 1845 benteng Minto/w masih eksis. Benteng ini dipertahankan diduga karena
masih dimungkinan ada ancaman sewaktu-waktu dari serangan bajak laut.


Pada
tahun 1833 pusat bajak laut diketahui berada di hilir sungai Batanghari. Pada
tahun 1833 ini Sultan Jambi, yang wilayahanya masih indepenen, mendapat tekanan
dari para bajak laut, lalu meminta bantuan kepada Pemerintahan Hindia Belanda
di Palembang. Militer Pemerintah Hindia Belanda berhasil mengusir para bajak laut.
Konsekuensi ini antara Sultan Jambi dengan Pemerintah Hindia Belanda membuat
perjanjian, dimana salah satu isi perjanjian bahwa Pemerintahan Hindia Belanda
menempatkan perjabatnya dengan fungsi onvanger yang berkedudukan di Moera
Kompeh. Dalam Peta 1846 teridentifikasi bahwa wilayah hilir Kota Jambi
dimasukkan ke wilayah administrative Residentie Palembang. Wilayah kesulatan
Jambi yang masih independent semakin berkurang. Dengan terjaminnya keamanan di
daerah aliran sungai Batanghari navigasi pelayaran perdagangan di selat Bangka
semakin ramai lagi. Ini berarti kota Muntok mendapat dampak positifnya.

Hubungan navigasi pelayaran perdagangan antara
pedagang-pedangang Belanda dengan Kesultanan Palembang dan Kesultanan Jambi
sudah terbentuk sejak era VOC. Namun setelah melemahnya VOC dan dibubarkan pada
tahun 1799 yang kemudian digantikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, hubungan
perdagangan antara Batavia dengan Palembang dan Jambi menjadi terputus. Hubungan
itu baru dimulai pada tahun 1809, namun seperti disebut di atas Residen
Palembang terbnunu dalam kerusuhan yang terjadi pada tahun 1811. Hubungan
Batvia via Palembang dengan Jambi baru muncul pada tahun 1833.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top