*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini
Sejarah lapangan terbang di Lampung, pada
dasarnya tidak dimulai dari Branti, tetapi pada era Pemerintah Hindia Belanda
dimulai di Teloek Betoeng. Pesawat pertama kali dari Jawa (Bandoeng) di Teloek
Betoeng tahun 1926. Lapangan terbang Branti dimulai pada era pendudukan Jepang.
Pada era Republik Indonesia, pada tahun 1952 lapangan terbang Branti ditingkatkan
untuk kebutuhan penerbangan sipil. Pembangunan lapangan terbang Branti dipimpin
oleh Direktur Penerbangan Sipil, Kementerian Perhubungan Ir Ir Tarip Abdullah
Harahap.

Bandar
Udara Internasional Radin Intan II Lampung sebelumnya bernama Pelabuhan Udara
Branti adalah peninggalan Pemerintahan Jepang yang dibangun pada tahun 1943. Pada
tahun 1946 diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia Cq. Detasemen
Angkatan Udara / AURI. Dari tahun 1946-1955 Pelabuhan Udara Branti dikelola
oleh Detasemen Angkatan Udara / AURI dan pada saat itu belum ada penerbangan
komersial/ reguler. Pada tahun 1955, pengelolaan Pelabuhan Udara Branti
dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil (DPS) karena pada tahun tersebut
Detasemen Angkatan Udara / AURI memiliki pangkalan udara di Menggala Kabupaten
Lampung Utara. Pada tahun 1956 Garuda Indonesian Airways merintis membuka jalur
penerbangan yang pertama kali dengan rute Jakarta – Tanjung Karang PP, dengan
menggunakan pesawat jenis Barron dan pada tahun itu juga penerbangan komersial
dimulai dengan frekuensi penerbangan 3 kali/minggu (jenis pesawat Barron
diganti Dakota) dengan panjang landasan pacu ± 900 meter. Pada tahun 1963
secara resmi Bandar Udara Branti dari AURI diserahterimakan kepada Residen
Lampung dan pada tahun 1964 diserahkan pengelolaannya kepada Djawatan
Penerbangan Sipil (DPS). Pada tahun 1975 (Pelita II Tahun I) dimulai
pembangunan landasan baru yang terletak disamping/sejajar dengan landasan lama.
Pembangunan landasan baru dengan maksud untuk dapat didarati pesawat jenis F-28
dan sejenisnya. Secara bertahap landasan dibangun dan pada saat itu panjangnya
mencapai ± 1,85 kilometer. Pada tahun 1976 pembangunan landasan beserta Apron
yang baru telah selesai dan diresmikan penggunaannya pada bulan Juni 1976 oleh
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Bapak Marsma Kardono dengan menggunakan pesawat
F – 28 MK 3.000. Pada tanggal 1 September 1985 istilah Pelabuhan Udara Branti
diubah menjadi Bandar Udara Branti dengan singkatan Bandara Branti (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang di
Lampung? Seperti disebut di atas, sejarah penerbangan diu Lampung tidak dimulai
pada era lapangan terbang Branti, tetapi jauh di masa lampau pada era
Pemerintah Hindia Belanda di lapangajn terbang Teloek Betoeng. Namunm satu yang
jelas pembangunan lapangan terbang Branti terlaksana pada masa awal era
Republik Indonesia yang dipimpin Ir Tarip Abdullah Harahap. Lalu bagaimana sejarah
lapangan terbang di Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Lapangan Terbang di Lampung; Pembangunan Lapangan
Terbang Branti dan Ir Tarip Abdullah Harahap
Sebelum adanya lapangan terbang di Branti yang
dibangun pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), dimana lapangan terbang
pertama di Lampung? Yang jelas pada bulan November 1926 penerbangan pertama ke
Teloek Betoeng dari lapangan terbang Andir di Bandoeng (lihat De Indische
courant, 15-11-1926). Disebutkan berangkat dari Bandung pukul enam pagi dan
tiba sekitar pukul 9 di Telok Betoeng setelah melakukan persinggahan singkat di
lapangan terbang Tjililitan di Batavia.

Banyak
yang hadir di lapangan terbang ketika menyambut pendaratan pertama di Teloek
Betoeng, Kebetulan hari Kamis adalah hari libur (libur apa tidak disebutkan).
Surat kabar ini memberitakan hari Senin, 15-11-1926. Hari Kamis yang dimaksud
berarti tanggal 11 November 1926. Sebagai gambaran, pada tahun-tahun sebelum
itu adalah awal tumbuhnya penerbangan sipil (penerbangan di luar militer).
Sebagaimana diketahui pada tahun 1924 telah terjadi penerbangan jarak jauh (long
distance) antara Amsterdam hingga Batavia, melalui persinggahan belasan
lapangan terbang, antara lain Phuket (Siam), Medan (Polonia), Singapoera,
Bangka, lalu tiba di Tjililitan (Batavia) dengan selamat. Suatu penerbangan
jarak jauh pertama di dunia. Pada tahun 1926 lapangan terbang yang sudah ada di
Indonesia (baca: Hindia Belanda) selain yang disebut di atas, ada di Soebang (Kalidjati),
Semarang, Gresik, Singaradja (Bali). Pada tahun 1926 ini pihak Inggris di Singapoera
merencanakan pembukaan jalur penerbangan sendiri dari Singapoera ke Austrtalia melalui
Bangka, Batavia, Semarang, Gresik, Singaradja, Koepang hingga ke Darwin dan
seterusnya ke Sidney. Pihak Portugal juga mengajukan izin untuk membuka jalur
mereka dari Lisbon hingga ke Dilli.
Pembangunan lapangan terbang di Teloek Betoeng
terkait dengan keinginan asosiasi penerbangan sipil di Hindia Belanda yang akan
membuka jalur penerbangan dari Batavia ke Lampong di Teloek Betoeng. Dengan pendaratan
pesawat di Teloek Betoeng tahun 1926 mengindikasikan telah ada tiga lapangan
terbang di Sumatra, yakni di Medan (Polonia), Bangka (Moentok) dan Lampung (Teloek
Betoeng). Dalam hal ini Lampung menjadi bagian pertama dalam fase sejarah navigasi
penerbangan sipil di Indonesia.
Seperti
kita lihat nanti, jalur navigasi penerbangan di Sumatra diperluas, dari Teloek
Betong ke Palembang. Lalu dari Palembang ke Medan, tetapi ada perdebatan apakah
jalur menuju ke Medan dari Palembang, melalui Padang atau Pekanbaroe. Lalu dari
Padang ke Medan melalui Padang Sidempoean dan dari Pekanbaroe ke Medan melalui
Rantau Prapat. Catatan: pembangunan lapangan terbang tersebut, pada fase itu
kemampuan terbang pesawat masih sangat terbatas, kapasitas yeknologi mesin dan
ketersediaan bahan bakar di dalam pesawat. Hal itulah mengapa dari Batavia ke
Medan harus melalui beberapa lapangan terbang termasuk meminjam lapangan
terbang Inggris di Singapoera (demikian sebaliknya Inggris dari Singapoera ke
Australia).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pembangunan Lapangan Terbang Branti dan Ir Tarip
Abdullah Harahap: Era Republik Indonesia
Selama era Pemerintah Hindia Belanda sudah
banyak lapangan terbang yang dibangun, ditambah beberapa pada era pendudukan
Jepang. Selama perang kemerdekaan Republik Indonesia ada sejumlah lapangan
terbang yang rusak atau sengaja ditinggalkan (tidak digunakan lagi). Setelah pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh (kerajaan) Belanda (27 Desember 1949), terutama pasca
RIS, Pemerintah RI mulai menata penerbangan sipil (sendiri) dan merehabilitas
dan upgrading semua lapangan terbang. Tentu saja menambah lapangan terbang yang
baru.

Setelah
menyelesaikan masalah urusan penerbangan dan kebandaraan di Jawa, selaku penanggungjawab
dari Direktorat Penerbangan Sipil, Ir. Tarip Abdullah Harahap mulai
mengembangkan urusan serupa di luar Jawa. Hal yang paling pokok ke barat adalah
pengoperasian jalur penerbangan ke Medan (via Palembang). Sementara hal paling
pokok ke timur dalam pengoperasian jalur penerbangan ke Makassar (terus ke
Ambon) adalah negosiasi dengan militer untuk menjadikan lapangan terbang di
Makassar sebagai bandara sipil (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1951). Het nieuwsblad voor
Sumatra, 28-07-1952 melaporkan di Medan telah dibentuk sebuah komisi
penerbangan (civil aviation) dalam rangka mengevaluasi kelayakan bandara
Polonia Medan dan juga untuk melakukan studi persiapan bandara Blang Bintang di
Kota Radja (kini Banda Aceh) untuk persiapan pendaratan jenis pesawat Convalrs.
Komisi terdiri dari Tarip Abdullah Harahap (ketua).
Lalu bagaimana dengan di Lampoeng? Tampaknya
lapangan terbang di Teloek Betoeng sudah ditinggalkan (?). Di Lampong akan
dibangun lapangan terbang baru di utara Tandjoeng Karang di Branti. Ada apa di lapangan
terbang di Teloek Betoeng dan harus dipindah ke Branti (?).

De
nieuwsgier, 02-08-1952: ‘Lapangan terbang baru. Dari pihak Kementerian
Perhubungan, diketahui bahwa kementerian telah menyiapkan rencana 3 tahun untuk
pengembangan penerbangan sipil di Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, 20
lapangan terbang baru akan dibangun sesuai dengan rencana ini, sehingga jumlah
saat ini akan menjadi 50 buah. Lapangan terbang baru akan dibangun di
Kalimantan di Sampit dan Samarinda, di Sumatera di Bagansiapi-api, Sibolga, Tandjung
Pinang dan Branti (Lampung), di Sulawesi di Palopo, Poso, Gorontalo. Pare-Pare,
Donggala, Toli-Toli, Luwuk, Palangede dan Buton. Selain itu, bandara baru akan
dibangun di Ternate, Lombok dan Ende. Termasuk lapangan terbang yang ada dan akan
ditingkatkan, anggaran rencana tiga tahun ini sebesar Rp 100.000.000, Untuk
tahun 1952 sejumlah Rp. 30.000.000. tersedia. Selain lapangan terbang Tjurug
(Tangerang), Pendópo (South Sumatera) juga telah diuji. Uji coba pendaratan di lapangan
terbang Pendopo dilakukan dengan pesawat Dakota TNI AU. Landasan pacu lapangan
terbang ini panjangnya 1,800 M dan juga cocok untuk pesawat yang lebih berat Dakota’.
Lapangan terbang di Teloek Betoeng, seperti
disebut di atas dibangun pada era Pemerintah Hindia Belanda, sebelum invasi
Jepang. Lalu lapangan terbang itu digunakan oleh Jepang dan dikembangkan oleh
militer Jepang. Setelah pendudukan Jepang berakhir, seiring dengan kembalinya
Pemerintah Hindia Belanda (NICA), beberapa hari setelah pendudukan Telok
Betoeng oleh militer NICA, pesawat Belanda pertama, Dakota dari Naval Aviation
Service mendarat di atasnya lagi, bandara yang diduduki (lihat Het nieuwsblad
voor Sumatra, 19-01-1949). Disebutkan lebih lanjut pesawat itu melakukan
pendaratan yang sangat baik dan membawa, antara lain, sejumlah warga sipil ke
Telok Betoeng. Sebuah pesawat pemburu yang ditinggalkan Jepang ditemukan di lapangan
terbang dalam kondisi rusak parah. Lalu dalam perkembangannya seteralah
pengakuan kedaulatan Indoonesia, pasca dibubarkannya RIS, dan kembali ke NKRI
(1950) Presiden RI, Ir. Soekarno membentuk kabinet baru dimana Menteri Perhubungan
adalah Ir Djoeanda dan yang bertanggung jawa untuk direktorat penerbangan sipil
adalah Ir Tarip Abdoellah Harahap.
Ir
Soekarno adalah lulusan Technische Hoogesachool (THS) Bandoeng, masuk pada
tahun 1922. Sementara Ir Djoeanda masuk (angkatan) tahun 1929, sedangkan Ir
Tarip Abdoellah Harahap Angkatan 1934. Ini mengindikasikan sejak kembalinya ke NKRI
(1950) soal kebandaraan dan penerbangan sipil dan penerbangan militer telah berada
di tangan anak bangsa. Hanya saja maskapai penerbangan sipil (GIA) belum sepenuhnya
di tangan anak bangsa. Sebab GIA adalah kolaborasi antara RI/RIS dengan KLM di
Amsrterdam. Oleh karena itu pimpinan di GIA, sebagai direktur adalah seorang
Belanda tetapi sebagai wakil direktur adalah Mr. CA Nasoetion (lulusan bidang
hukum di Belanda) yang masih berkantor di Amsterdam. Dalam perkembangannya GIA dinasionalisasi
(sepenuhnya). Kebetilan Ir Tarip Abdullah Harahap dan Mr. CA Nasoetion
sama-sama berasal dari Padang Sidempuan, Ir Tarip dalam urusan kebandaraan dan system
penerbangan sipil dan Mr Chairoel dalam urusan pesawat sipil.
Sebelumnya Ir Tarip Harahap sudah mulai
menasionalisasi pilot, Departemen Penerbangan Sipil, Kemenetrian Perhubungan
mulai merintis sekolah pelatihan penerbangan sipil. Sekolah ini dipusatkan di
Curug, Tangerang. Sementara pembangunan lapangan terbang di Curug, Tangerang
berlangsung departemen penerbangan sipil menyiap kurikulum (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-06-1952).
Sejauh ini Ir. Tarip
Abdullah Harahap telah mengoperasikan sebanyak 30 bandara sipil dan sebanyak 20
buah bandara baru yang dibangun, termasuk bandara Curug, Tangerang (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
24-02-1953). Hari Senin tanggal 2 Maret 1953 secara resmi Sekolah Penerbangan
Indonesia dibuka di Kemajoran dimana pelatihannya di Tjoeroeg (lihat De
nieuwsgier, 03-03-1953). Dalam hal ini lapangan terbang Branti di Lampoeng
telah selesai yang kemudian telah mendapat kehormatan dikunjungi oleh Ir
Soekarno.
De
nieuwsgier, 24-10-1952: ‘Presiden ke Surabaya dan Sumatera Selatan. Ir Soekarno
akan melakukan perjalanan selama sepuluh hari Presiden Sukarno akan pergi ke
Surabaya pada 10 November dan dari sana ke Sumatera Selatan. Dia diharapkan akan
kembali 19 November ke Djakarta. Presiden akan berangkat 10 November, pukul
09:00 berangkat dengan rombongannya dari Kcmajoran ke Surabaya, dimana Monumen
Nasional akan diresmikan pada pukul 16:30 sore. Malam harinya, Presiden akan
memberikan sambutan kepada para tamu undangan di kediaman resmi Gubernur Jawa
Timur Samadikun. Pada 11 November, akan diadakan pertemuan dengan siswa sekolah
menengah di rumah dinas gubernur. Keesokan harinya rombongan presiden berangkat
dengan pesawat dari Surabaya menuju Lampong pada pukul 11.00 WIB. Dari lapangan
terbang Branti, mereka langsung menuju Tandjungkarang tempat presiden akan
berpidato di rapat massa. Resepsi akan diadakan pada malam hari. Pada tanggal 13
November, perjalanan akan dilakukan melalui Gedongtataan. Gadingredjo dan
Talangpandang ke Kota Agung, dimana akan diadakan rapat massal lagi. Hari yang
sama rombongan kembali ke Tandjungkarang. Di jalan, rapat massa lagi diadakan
di Gadingredjo. Pada 14 November, rombongan presiden melakukan perjalanan
dengan kereta api ke Kotabumi. Setelah rapat massa, perjalanan mobil akan
dilakukan ke Wai Petai. dimana pusat transmigrasi akan dikunjungi, setelah itu
rombongan akan melakukan perjalanan kembali ke Kotabumi dengan menggunakan
kereta api. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Baturadja, tempat bermalam. Pada
15 November, perjalanan kereta api akan dilanjutkan melalui Prabumulih dan
Maara Enim menuju Lahat, tempat presiden akan berpidato di depan umum. Pada 16 November, perjalanan dilakukan dengan
mobil ke Pagaralam, tempat diadakannya resepsi, lalu kembali ke Lahat.
Rombongan kemudian naik kereta api ke Palembang. dimana resepsi malam diadakan.
Pada tanggal 17 November, presiden melakukan perjalanan mobil ke Kaju Agung, dimana
pertemuan massa lain diadakan. kemudian kembali ke Palembang. Malam seni akan diadakan
disini untuk para tamu. Pada 18 November, presiden akan mengadakan pertemuan
makan malam dengan para pemuda dan dengan para pemimpin berbagai organisasi
sebelum rombongan beranhgkat ke Bengkuloe, tempat pertemuan massa terakhir akan
diadakan. Resepsi akan diadakan pada malam hari. Pada 19 November, presiden
akan mengadakan pertemuan lagi dengan para pemuda. dan pimpinan berbagai
organisasi di Bengkuloe. Setelah makan siang, rombongan presiden akan memulai
perjalanan kembali ke Jakarta, dimana diperkirakan tiba pukul 17.00’.
Pada bulan Juni 1953 bandara di Indonesia
mulai dimodernisasi (lihat De nieuwsgier, 12-06-1953). Disebutkan peralatan
kontrol lalu lintas radio yang baru mulai dioperasikan yang pertama di bandara
Talang Betutu di Palembang. Unit ini, yang sangat modern, yang tahun lalu oleh
Kementerian Perhubungan dipesan di Inggris. Ir Tarip Abdullah Harahap dari
kementerian menyatakan kepada PIA bahwa total ada sebanyak 30 Unit yang dipesan
oleh kementerian dari Inggris. Bandara kedua yang akan mendapatkan unit seperti
itu setelah Palembang adalah bandara Makassar, demikian menurut Ir. Harahap.
Selama tugasnya, Ir Tarip telah melakukan kunjungan ke Australia dan Prancis
untuk mempelajari system aviasi.
Setelah semuanya berlangsung dengan baik dalam
urusan penerbangan sipil di Indonesia tampaknya Ir Tarip Abdoellah Harahap kembali
ke pekerjaannya semula sebagai swasta pemilik perusahaan arsitek di Djakarta.
Dalam urusan penerbangan terakhir namanya diberitakan pada bulan Maret 1954
(lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
25-03-1954). Disebutkan Ir. Harahap dari penerbangan sipil, lapangan terbang di
Den Pasar, Sumbawa. Waingapu, Kupang, Maumere dan Makassar dan lainnya
menginspeksi bandara di bagian timur Indonesia.
Akhirnya maskapai GIA membuka koneksi
penerbangan (sipil) dari Djakarta ke Tandjoeng Karang (lihat Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-04-1954). Disebutkan pembukaan
koneksi GIA Djakarta-Tandjung Karang dengan dua pesawat Heron, Garuda
Indonesian Airways secara resmi membuka penerbangan berjadwal Jakarta-Tandjong
Karang pada Rabu. Menteri Perhubungan, Prof. Rooseno dan Menteri Pekerjaan
Umum, Moh. Hassan yang didampingio Kepala Penerbangan Sipil Ir. Sogoto, Direktur
GIA Dr. Konijnenburg. Disebutkan lebih lanjut pukul sembilan lewat seperempat
pada Rabu pagi, kedua pesawat itu berangkat dan tiba lebih dari satu jam
kemudian di lapangan terbang Branti AURI. Perjalanan dilanjutkan dengan mobil
menuju Tandjong Karang, dimana Residen Lampong, Mr Gele Haroen Nasoetion memberikan
resepsi untuk menghormati perusahaan dan dimana juga ada pidato. Setelah pidato
dari Bapak Lie, perwakilan lokal dari GIA, Menteri Perhubungan berpidato yang
diantaranya menyatakan bahwa pada tanggal 30 Mei, GIA akan 100% milik nasional
dan juga menginformasikan bahwa pada bulan berikutnya Pontianak oleh pihak GIA
akan terhubung dengan Djakarta dan segera juga Sibölga dan Donggala. Akhirnya
ia menyampaikan harapannya agar masyarakat dapat melihat GIA dengan dukungan
moril maupun materil.
Mr. Gele
Haroen Nasoetion, Residen Lampong adalah mantan pejuang di Lampoeng. Mr Gele
Haroen anak seorang dokter di Tandjoeng Karang menyelesaikan Pendidikan hukum
di Universiteit te Leiden 1936. Di Lampong Mr Gele mendirikan kantor advocat
pribumi pertama. Mr Gele Haroen, seorang Republiken dalam perang kemerdekaan di
Lampong memimpin para pejuang bergerilya yang berpusat di Liwa. Setelah
pengakuaan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Mr Gele Haroen diangkat sebagai Residen
Lampoeng. Sementara itu, Ir Tarip Abdoellah Harahap selama perang kemerdekaan
ikut mengungsi ke ibu kota RI di Jogjakarta dan diangkat sebagai Kepala
Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia (DAMRI) yang kemudian menjadi cikal
bakal DAMRI pada masa ini. Catatan: Residen Lampong pertama segera proklamasi
kemerdekaan Indonesia (1945) adalah Mr Abdoel Abbas Siregar (anggota PPKI). Nama Mr Gele Haroen kini tengah diusulkan Pemerintah Daerah Lampung agar mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Pada tahun 1955 (sejak 12 Agustus) terjadi
perubahan cabinet. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Meneteri Mr Ali Sastroamidjojo
dibubarkan dan kemudian digantikan oleh cabinet baru yang dipimpin oleh Perdana
Menteri Boerhanoeddin Harahap. Pada masa cabinet Harahap ini gawe terbesar
adalah penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) pertama. Logistik dan pengiriman
surat suara ke pusat sudah sangat siap karena secara teknis penerbangan ke
seluruh Indonesia sudah beres, termasuk ke Lampung.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota
Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991)
dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan
peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki
hobi berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.