Sejarah

Sejarah Bengkulu (15): Lais dan Talang (Kampong Kecil) di Bengkulu; Jagobayo, Lubuk Lesung, Taba Baru dan Talang Rasau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini  

Lais diduga adalah nama yang telah di kenal
luas dari zaman kuno. Nama Lais yang singkat tipikal nama-nama kuno. Nama Lais
ditemukan di Tanah Arab dan India. Nama Lais di Hindia Timur tidak hanya di wilayah
Bengkulu. Talang atau Tolang juga adalah nama kuno yang berasal dari era Hindoe
Beodha. Tolang dalam bahasa Batak Angkola Mandailing adalah kampong kecil. Nama
Talang atau Tolang juga ditemukan di banyak tempat di Indonesia. Apakah nama Talang
Rasau di Lais awalnya kampong (kecil) Rasau.


Lais
(bahasa Rejang sebagai Lai) kini salah satu dari 19 kecamatan di kabupaten
Bengkulu Utara. Kecamatan ini mewarisi nama dan sebagian wilayah salah satu
marga Rejang di kawasan pesisir, (marga Lais). Kata Lais merupakan nama Melayu
yang berakar dari nama asli dalam bahasa Rejang (Lai). Lai secara bahasa
bermakna besar atau agung. Menurut Austronesian Comparative Dictionary, kata
lai berakar dari kata Raya dalam Proto-Austronesia (PAN), dan berbagi asal-usul
yang sama dengan kata seperti gazo dalam Kadazan-Dusun atau raya dalam bahasa
Melayu. Diduga Lai awalnya dipakai oleh orang Rejang bukan untuk menyebut nama
permukiman, melainkan nama sungai yang cukup besar di daerah itu. Sungai Lais
atau penduduk setempat menyebutnya Bioa Lai, secara harafiah bermakna
“sungai besar”, sungai berhulu di Tebo Lai, kawasan Ulau Bioa (Bukit
Barisan). Sungai bermuara pantai barat Sumatra dan permukiman Rejang mula-mula
di Talang Rasau di daerah aliran sungai. The History of Sumatra karya William
Marsden mencatat daerah Lais serta Rejang Country. Marsden menulis kawasan
Rejang Pesisir memiliki tiga sungai utama, yaitu Laye (Lais), Pally
(Palik/Paliak) dan Soongeylamo (Sungai Lemau). Disebutkan pula bahwa EIC
memiliki kantor dagang atau factories di ketiga muara sungai, dengan seorang
residen kepala yang berkedudukan di Lais
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Lais dan Talang
(kampong kecil) di Bengkulu? Seperti disebut di atas, nama Lais kini di Bengkulu
(Utara) hanya tinggal nama kecamatan dimana terdapat kampong/desa Talang Rasau.
Desa lainnya antara lain Jagobayo, Lubuk Gedang, Lubuk Lesung dan Taba Baru. Lalu
bagaimana sejarah nama Lais dan Talang (kampong kecil) di Bengkulu? Seperti kata
ahli
sejarah
tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Nama Lais dan Talang (Kampong Kecil) di Bengkulu;
Jagobayo, Lubuk Lesung, Taba Baru dan Talang Rasau

Nama-nama yang dikenal sejak lama di pantai barat Sumatra
antara lain Benculo, Sillebar, Manna di selatan dan Ipoeh (lihat Peta 1665). Sekitar
satu abad kemudian (Peta 1749) diidentifikasi nama Mochomoche (Muko-Muko), Bantal,
Cattoun (Ketahoen). Dalam Peta 1753 diidentifikasi nama Songi Lamo dan Pali
serta Panarikan. Sebagai kota utama dalam peta ini Benculo, Mocomoco, Panarikan
dan Sillebar. Dalam Peta 1759 muncul nama baru Sallona (Seloema antara Manna
dan Sillebar).


Gambaran tersebut mengindikasikan di pantai barat Sumatra di wilayah
Bengkoeloe yang sekarang terbilang ramai, Di satu sisi menggambarkan
tempat-tempat perdagangan yang penting dan di sisi lain nama-nama wilayah yang mana
di belakang pantai hingga pegunungan terdapat kelompok populasi penduduk. Hingga
sejauh ini belum diidentifikasi nama Lais. Pada Peta 1880 nama Lais sudah diidentifikasi.
Kota-kota dimana bendera Pemerintah Hindia Belanda ditandai di Kroei, Mannad,
Bengkoelen, Lais dan Moko-Moko. Ini mengindikasikasikan nama Lais termasuk yang
penting,

Pasca Traktat London 1824, pada permulaan pembentukan
cabang Pemerintah Hindia Belanda di (wilayah) Benkoelen berdasarkan Alamank 1927
sudah ditempatkan residen di Benkoelen yang dibantu seorang sekretatis dan
seorang Kommies. Selanjutnya berdasarkan Almanak 1831 wilayah Benkoelen
dimasukkan ke wilayah Residentie Padangsche Benelanden yang beribukota di
Padang, setingkat Asisten Residen di Benkoelen.


Asisten Residen besama seorang Kommies dan seorang Onbanger haven en
pakhuismeester didukung empat pemimpin local, satu kepala distrik di Bengkoelen
dan tiga bupati di Soengi Lemou (Sungai Lama), di Songe Itam dan di Moko-Moko.
Di luar itu masing-masing seorang pejabat Belanda sebagai opxiener di Pamatang
Balam, Aroungang dan Boekit Sie Alang. Pejabat Belanda yang lain juga ada di
Benckoelen untuk urusan perdagangan dan vendumeester.

Pada tahun 1838 (pasca Perang Padri) Residentie
Sumatra’s Westkust menjadi provinsi dimana wilayah Bengkoelen dipisahkan menjadi
satu residentie tersendiri (yang mana sebagai gantinya dibentuk Residentie Air
Bangis). Meski satu residentie mandiri, tetapi pimpinan tertinggi tetap setingkat
asisten residen yang tetap berkedudukan di Benkoelen. Untuk urusan luas
(ommelanden) Asisten Residen dibantu seorang asisten. Dalam fase ini nama Lais diidentifikasi
yang dicatat sebagai Laije.


Di sejumlah kota ditempatkan pejabat Belanda setingkat gezaghebber (sdetingkat
Controleur) di Moko-Moko, Kroei dan Kaoer. Untuk pemimpin local di Bengkoeloe
ditambahkan seorang kapiten China dan luitenan China. Para pemimipin local lainnya
diangkat, selain di Soengi Lemou (Sungai Lama), di Songe Itam, juga di Laije
(Lais). Pemimpin local di Moko-Moko dilikuidasi seiring dengan penempatan
gezaghebber. Ini mengindikasikan bahwa Lais menjadi penting dalam struktur
pemerintahan local di Residentie Benkoelen.

Nama Laije sebelumnya sudah diidentifikasi tidak
sebagai nama tempat tetapi nama gunung pada era Inggris tahun 1821 (lihat Javasche
courant, 25-11-1828). Sementara penetapan Laije sebagai suatu district dinyatakan
dalam beslit No. 69 tanggal 24 November 1826. Dalam beslit ini, di luar Benkoelen,
district Laije adalah salah satu district dari enam di (residentie) Bengkoelen.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jagobayo, Lubuk Lesung, Taba Baru dan Talang Rasau:
Lais Era Pemerintah Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top