*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini
Di berbagai tempat, masjid menjadi salah satu
situs sejarah yang penting. Seperti halnya prasasti dan bangunan candi di era
Hindoe Boedha, masjid juga memiliki riwayat yang panjang di masa lampau.
Disebutkan masjid Laweyan di Surakarta dibangun pada masa Djoko Tingkir sekitar
tahun 1546 yang merupakan masjid pertama di Kerajaan Pajang, yang awalnya
merupakan pura, namun seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama
Islam, bangunan diubah fungsinya menjadi masjid. Tentu saja masih ada ada
masjid yang berumur tua di Suarakarta seperti masjid agung kraton Surakart.a

Sejarah
Masjid Laweyan, Tertua di Kota Solo yang Bercorak Hindu-Jawa. Senin, 4 April 2022. Solo
Kompas. TV. Masjid Laweyan merupakan bangunan bersejarah. Dilansir dari
situs Kemdikbud, Masjid Laweyan yang berusia hampir lima abad. masjid tertua di
Solo. Gaya bangunan masjid mirip seperti kelenteng Jawa. Letak masjid yang
berada di atas bahu jalan menjadi turut menjadi ciri utama Masjid Laweyan yang
dulunya pura Hindu. Pura tersebut kemudian beralih menjadi masjid yang awalnya
berbentuk rumah panggung bertingkat dari kayu. Pengaruh Hindu lain turut
terlihat dari posisi masjid yang lebih tinggi dibandingkan bangunan di
sekitarnya. Saat ini, sejumlah ornamen Hindu tidak lagi terpasang di masjid
tapi ornamen seperti hiasan ukiran batu masih menghiasi makam kuno yang ada di
kompleks masjid. Sedangkan dari pengaruh Jawa, tata ruang Masjid Laweyan
merupakan tipologi masjid Jawa pada umumnya. Pengaruh dari Kerajaan Surakarta
terlihat dari ruangan yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni ruang induk
(utama) dan serambi yang dibagi menjadi serambi kanan dan serambi kiri. Bentuk
atap menggunakan tajuk atau bersusun juga menjadi ciri lain kuatnya pengaruh
Jawa di Masjid Laweyan. Penggunaan batu bata sebagai bahan dinding ini
sebenarnya baru digunakan masyarakat sekitar tahun 1800. Kompleks Masjid
Laweyan juga menjadi satu dengan makam kerabat Keraton Pajang, Kartasura, dan
Kasunanan Surakarta. Salah satu makam yang paling banyak dikunjungi ialah makam
Kiai Ageng Henis, seorang tokoh dari Sela yang hijrah ke Pengging. Ia juga
dikenal dengan sebutan Ki Ageng Laweyan. Selama hidup di Laweyan, ia pernah menjadi
guru spiritual Jaka Tingkir saat belum naik takhta menjadi raja Pajang atau
masih bernama Mas Karebet.
Lantas bagaimana sejarah masjid di Surakarta, masjid
Laweyan dan masjid Agung kraton Surakarta? Seperti disebut di atas, masjid
memiliki sejarah panjang, yang secara fisik telah melalui berbagai era. Dalam
hal ini menarik memahami awal mula siar Islam di Surakarta. Lalu bagaimana sejarah
masjid di Surakarta, masjid Laweyan dan masjid Agung kraton Surakarta? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Masjid di Surakarta, Masjid Laweyan dan Masjid Agung
Kraton Surakarta; Awal Mula Siar Islam di Surakarta
Tunggu deskripsi lengkapnya
Awal Mula Siar Islam di Surakarta: Sejarah Masjid di
Surakarta
Tunggu deskripsi lengkapnya
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.