Sejarah

Sejarah Surakarta (44): Awal Mula Islam di Surakarta; Terbentuknya Kota-Kota Islam di Pantai Utara Jawa hingga Kerajaan Pajang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Fakta masa kini penduduk Jawa umumnya Bergama Islam.
Suatu pulau yang masih ditemukan banyak sisa-sisa peradaban Hindoe Boedha,
seperti prasasti, candi dan bentuk-bentuk kebudayaan lainnya. Lalu sejak kapan
masuknya Islam di pulau Jawa, khusus di wilayah pedalaman seperti di Surakarta.
Agama Islam telah menggantikan agama mayoritas penduduk sebelumnya. Sejarah
masuknya Islam adalah bagian penting dari sejarah modern Jawa.   


Masuknya
Islam di Jawa: Proses dan Buktinya Kompas.com-29/04/2022. Diduga, kedatangan
Islam ke Nusantara untuk pertama kalinya dibawa oleh para pedagang dari Timur
Tengah, Persia, dan India. Salah satu buktinya ditemukan makam berangka tahun
1082 di desa Leran, Gresik, Jawa Timur. Kemudian, di Mojokerto, di sekitar
kotaraja Majapahit, juga ditemukan banyak makam Islam kuno, berasal tahun 1374 (era
Majapahit). Sebelum Islam berkembang, yang sangat berpengaruh di Jawa adalah
Kerajaan Majapahit bercorak Hindu-Buddha. Menurut BJO Schrieke, Islam masuk ke
Jawa 1416, berita Ma Huan, seorang Muslim China berkunjung ke pesisir Jawa 1416
(Ying-Yai Sheng-Lan), disebutkan orang-orang Islam yang tinggal di Gresik, diantaranya
pedagang dari Timur Tengah, Arab, Persia, dan India. Selain itu, ditemukannya
makam Malik Ibrahim, berasal dari Persia, meninggal pada 822 H atau 1419 M. Ketika
Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaannya di era pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389),
banyak penduduknya yang telah beragama Islam, disebabkan oleh hubungan dagang
antara Muslim pendatang di pesisir utara Jawa. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
Gresik dianggap sebagai wali pertama Jawa. Pengaruh agama Hindu Shiwa dan
Buddha di Majapahit secara perlahan tergantikan Islam. Banyak para pedagang yang
akhirnya menetap dan menikah wanita Jawa. Alhasil, Islam memengaruhi lingkungan
keluarga hingga berkembang pesat di seluruh Jawa
(https://www.kompas.com/)_

Lantas bagaimana sejarah awal permulaan Islam
di Surakarta? Seperti disebut di atas, kini penduduk Jawa mayoritas beragama
Islam. Dalam hubungan ini sejak kapan masuknya Islam di pedalaman Jawa khusunya
di Surakarta. Berbagai penulis menyebut ketika sudah terbentuk kota-kota (kerajaan-kerajaan)
Islam di pantai utara Jawa. Lalu bagaimana sejarah awal permulaan Islam di
Surakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Awal Permulaan Islam di Surakarta; Terbentuknya
Kota-Kota Islam di Pantai Utara Jawa hingga Kerajaan Pajang
 

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, pengelompokan populasi
terdiri dari pribumi, Eropa/Belanda dan Timur asing. Pada tempat/kota tertentu
dimana kelompok Cina cukup besar jumlahnya dibedakan antara kelompok Cina dan
kelompo Timur asing (
Oostersche vreemdelingen). Demikian juga jika ada kelompok suku tertentu di suatu tempat/kota
juga dibedakan diantara pribumi asli dengan pribumi pendatang. Khusu untuk
kelompok Timur asing dalam perkembangannya, jika dan hanya jika cukup besar
populasinya maka dibedakan kelompok Arab secara tersendiri. Demikian juga
dengan kelompok orang Moor di Batavia.

 

Di Soerakarta kelompok Cina sudah sejak lama dibedakan secara sendiri.
Besarnya populasi Cina di Soerakarta sudah ada jabatan pemimpin kelompoknya yang
berpangkat Kaptein dengan anggotanya satu atau beberaap Luiten. Pangkat
tertinggi adalah Majoor seperti yang ada di Semarang (dan kelak di Medan).  Pada tahun 1867 kelompok Timur asing diangkat
pemimpinannya (
Hoofd
der vreemde Oosterlingen
) yakni Sech
Amad bin Ali Alkalib
. Pada
tahun 1871 jabatan
Hoofd der Oostersche vreemdelingen dipegang oleh Bin Ameli Marikar. Lalu sejak 1873 pengelompokannya menjadi Hoofd der Arabieren en Mooren yang dijabat oleh Habib Moehammad bin Moehammad Nina (lihat Almanak 1875).

Di Soerakarta, pengelompokkan populasi Vreemde Oosterlingen sejak 1873 disusutkan menjadi kelompok Arabieren en Mooren. Oostersche Vreemdelingen digunakan karena orang Arab dan orang Moor yang
dominan. Kelompok minoritas
Oostersche vreemdelingen tidak terwakili dari besar populasinya. Oostersche vreemdelingen, selain Cina, Arab dan Moor
bisa orang Asia lainnya seperti Persia, India/Bengale atau  Jepang. Namun yang menarik dalam hal ini jumlah
populasi Moor cukup signifikan di (wilayah) Soerakarta.

 

Orang Moor (bahasa Spanyol: Orang Moro) adalah orang Muslim dari zaman
pertengahan yang tinggal di Al-Andalus (Semenanjung Iberia termasuk Spanyol dan
Portugis zaman sekarang) dan juga Maroko dan Afrika barat, yang budayanya
disebut Moorish. Kata ini juga digunakan di Eropa untuk menunjuk orang yang
memiliki keturunan Arab atau Afrika. Nama Moor berasal dari suku kuno Maure dan
kerajaan Mauritania. Orang Moor/bangsa Moor pernah memerintah Spanyol antara
711 M hingga 1492. Pemimpin Islam yang mencapai Spanyol pertama kalinya adalah
Abd al-Rahman. Orang-orang Kristen di Semenanjung Iberia mengawali penggunaan
istilah ‘Moor’ secara eksklusif untuk umat Islam.

Konon, pada era VOC, orang Moor di pedalaman Jawa lebih
dulu eksis dari orang Arab. Orang-orang Moor tersebar di seluruh Hindia Timur, mulai
dari Sumatra hingga wilayah Papua. Pada era VOC orang-orang memainkan peran
penting dalam perdagangan di kota-kota pantai di pulau Madura. Dalam Perang
Jawa pertama (era VOC), orang-orang Moor juga memainkan peran yang tergabung dalam
kesatuan kerajaan melawan pasukan VOC. Oleh karena itu sangat dimungkinkan
pembentukan kelompok populasi di Soerakarta sejak 1873 (tetapi meski dipisahkan
dengan orang Arab tetapi berada di bawah satu kepemimpinan).


Sejak perang Salib di Eropa pada abad ke-11, banyak orang-orang Moor yang
keluar dari Eropa dan kemudian menyebar ke berbagai tempat hingga mencapai
Hindia Timur. Pada era Majapahit, sebaran orang-orang Moor sudah sangat luas di
Hindia Timur bahkan sudah mencapai Canton (Tiongkok). Dibanding dengan orang Arab
dan orang Persia, orang-orang Moor lebih menyatu dengan penduduk pribumi (boleh
jadi karena tidak memiliki negara lagi). Boleh jadi karena komunitas orang Moor
sudah banyak di Hindia Timur, pada tahun 1345 seorang utusan Moor Ibnoe
Batoetah mengunjungi Sematra, Semenanjung dan Tiongkok. Mendes Pinto yang
pernah mengunjungi Kerajaan Aroe di pantai timur Sumatra tahun 1537 menyebut penasehat
militer adalag orang-orang Moor. Pasukan Kerajaan Aroe dicatat Mendes Pinto
sebanyak 15.000 orang dimana delapan ribu orang Batak dan sisanya didatangkan
dari Jambi, Minangkabau, Indragiri, Broenai dan Luzon.

Lantas sejak kapan keberadaan orang-orang Moor di
pedalaman Jawa khususnya di wilayah Soerakarta. Apakah dalam hal ini
orang-orang Moor juga berperan dalam permulaan agama Islam di Soerakarta?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Terbentuknya Kota-Kota Islam di Pantai Utara Jawa
hingga Kerajaan Pajang: Islamisasi di Surakarta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top