Sejarah

Sejarah Surakarta (56): Hiburan – Rekreasi; Balapan, Klub, Hotel, Situs-Situs Eksotik, Sepakbola, Kolam Renang, Teater, Bioskop


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Hiburan dsan rekreasi tempoe doeloe tentu saja
dapat berberda dengan masa kini. Kebutuhan hiburan dan rekreasi semasa
Pemerintah Hindia Belanda sudah ada namun masih sangat terbatas. Akan tetapi
hiburan dan rekreasi tempo doeloe memiliki garis continuum ke masa kini.
Balapan (race) dan (berbagai kegiatan di) klub serta ketersediaan penginapan (pesanggrahan/logement/hotel)
adalah sarana pertama hiburan dan rekreasi, baik orang Eropa/Belanda, Cina maupun
pribumi. Keberadaan situs-situs eksotik mengundang minat para wisatawan. Permainan
sepakbola dan ketersediaan kolam renang semakin menambah variasi hibiran dan
rekreasi yang kemudian berkembang teater dan bioskop.


Tujuh Destinasi Wisata Sejarah di Solo yang
Wajib Dikunjungi. 7 Desember 2021. SoloposFM.com. Kota Solo kental tradisi
dan budaya Jawa. Kota penuh sejarah dan dulunya merupakan pusat kerajaan
Mataram. Berikut 7 tempat wisata sejarah di Solo. (1) Keraton Surakarta
Hadiningrat, di Baluwarti, Pasar Kliwon, menyimpan banyak sejarah. Terdapat
museum koleksi peninggalan Kasunanan, seperti benda antic, senjata pusaka,
gamelan, hingga perlengkapan kraton. (2) Benteng Vasternburg, di kawasan Gladak,
peninggalan Belanda, arsitekturnya dengan nuansa Eropa, dulu merupakan garnisun
pasukan Belanda. (3) Museum Keris Nusantara, di Laweyan, kental nuansa Jawa dan
memiliki koleksi lebih dari 400 keris, selain keris, juga memamerkan senjata
tradisional, dari berbagai daerah di Indonesia. (4) Taman Sriwedari, di jalan Slamet
Riyadi, Sriwedari, Laweyan, taman hiburan rakyat sudah ada sejak puluhan tahun
lalu, dulu kawasan tempat diselenggarakannya tradisi hiburan malam Selikuran
sejak era Pakubuwono X. (5) Museum Radya Pustaka, memiliki koleksi berbagai arca,
pusaka adat, wayang kulit, alat tenun tradisional, gamelan dan berbagai buku
kuno. Museum berlokasi tidak jauh dari Sriwedari. (6) Monumen Pers Nasional, didirikan
1978, bangunan induknya di jalan Gajah Mada, Timuran, Banjarsari, mengoleksi
berbagai teknologi komunikasi dan reportase, seperti penerbangan, mesin ketik,
pemancar, telepon dan lebih dari 1 juta koran dan majalah, berbagai benda terkait
dengan pers Indonesia. (7) Kampung Wisata Batik Kauman terletak di dekat pasar
Klewer, pengunjung bisa mempelajari sejarah batik, motif-motif hingga cara
pembuatannya
(https://www.soloposfm.com/)

Lantas bagaimana sejarah hiburan dan rekreasi
di Soerakarta? Seperti disebut di atas, sudah ada hiburan dan rekreasi di
Soerakarta, meski berbeda dengan masa kini, pada masa ini antara lain balapan
(pacuan kuda), berbagai kegiatan di Club, penginapan (pesanggrahan. Logement,
hotel), situs-situs eksotik dan climbing, sepakbola, taman dan kolam renang, teater
dan bioskop. Lalu bagaimana sejarah hiburan dan rekreasi di Soerakarta? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*. Foto 1906

Sejarah Surakarta (56): Hiburan dan Rekreasi; Balapan,
Klub, Hotel, Situs Eksotik, Climbing, Sepakbola, Kolam Renang, Teater, Bioskop

Pada tahun 1919, Gubernur Jenderal melakukan kunjungan dinas ke
Vorstenlanden di Soerakarta dan Jogjakarta
(lihat Opregte Haarlemsche
Courant, 05-02-1820). Disebutkan Gubernur Jenderal yang merupakan kunjungan pertama
ke Soerakarta dilakukan pada bulan Agustus 1819 dan tiba di Soerakarta pada
tanggal 16. Gubernur Jenderal dalam kunjungan ini bersama istri yang pada
tanggal 23 Agustus berangkat dari Soerakarta dan tiba pada hari yang sama di
Jogjakarta, dimana ia diterima oleh Soeltan dengan upacara. Dari Sourakarta
Gubernur Jenderal sekali lagi melakukan perjalanan ke Carrang Pandan, rumah
wisata dari Pangerang Prang Wedono, guna melihat peninggalan kuno Soekoe di
Gunung Lawoe.


Tampaknya Gubernur Jenderal GAG
Ph van der Capellen cukup nyaman dan aman di Soerakarta. Gubernur Jenderal
bahkan sampai dua kali harus mengungjungi pegunungan di lereng gunung Lawoe
yang menjadi tempat wisata Prang Wedono. Pada kunjungan kedua GG ke pegunungan
juga dengan agenda tambahan untuk melihat peninggalan masa lalu di (kampong)
Soekoeh. Besar dugaan dalam perjalanan ke Jogjakarta GG sempat mampir ke
candi-candi kuno seperti candi Prambanan. Namun candi Soekoeh tentu saja
berbeda dengan yang dapat ditemukan di Prambanan.

Pada saat ini yang menjadi Residen di residentie Soerakarta (termasuk Jogjakarta)
adalah HG Nahuijs. Tentu saja Nahuijs yang menjadi pemandu wisata Gubernur
Jenderal, yang tentu saja sudah pernah ke kawasan wisata Pangeran Prang Wedono.
HG Nahuijs tampaknya tidak merasa cukup ke gunung Lawoe, pada tahun berikutnya
HG Nahuijs ingin melihat kawah gunung Merapi. HG Nahuijs lalu berkekuatan hati
untuk ‘memanjat’ gunung Merapi (lihat
Bataviasche courant, 14-10-1820).


HG Nahuijs yang berpangkat
kolonel tersebut tidak sendiri tetapi juga mengajak tiga temannya untuk melihat
langsung kawah gunung Merapi. Tiga temannya itu adalah S van de Graaf, P.
Merkus dan H Mac Gillavry. Pada pagi tanggal 9 September 1820, HG Nuhuijs
bersama tiga temannya plus 76 orang Jawa untuk membantu memulai ekspedisi ke
gunung tersebut. Mereka berhasil hingga ke puncak gunung. Sejauh ini belum ada
orang Eropa yang mencapai puncak gunung Merapi.
Penduduk menggambarkan jalan akses
ke gunung Merapi dari timur, dari jalan raya antara Samarang ke Souracarta,
tiga paal dari B
ojolalie. Perjalanan dimulai pada pagi hari yang mula-mula
berkuda sejauh tertentu
hingga desa Sella, kemudian dengan jalan
yang lebih sulit
mereka ditandu. Seperti dikatakan HG Nahuijs: ‘kami tidak menyerah dan
akhirnya mencapai puncak, lalu sekitar dua puluh langkah di atas tempat kami
seseorang melihat salah satu mangkuk besar atau kawah, dengan tiga atau empat
mil Inggris garis tengah lingkaran…dalamnya kawah ditaksir tiga atau empat
ratus kaki di bawah. Akhirnya kami menemukan kawah kedua…Perjalanan ini tidak
sia-sia…saya dan Merkus masih bertahan hingga sampai di puncak busur di sisi
lain kawah…Disini kami sekarang berada di area kompor yang darinya asap tebal
mengepul…K
ami tiba kembali di
bawah sebelum malam
di desa Sello. HG Nahuijs, Soeracarta den 30 September 1820’. Catatan: Pieter Merkus kelak menjadi Gubernur Jenderal (1841–1844). Mac Gillavrij sendiri sejak pertengahan tahun 1822 Gillavrij diangkat menjadi
Residen Soeracarta, sebelumnya asisten residen di Gresik
. Sementara HG Nahuijs menjadi Residen Jogjakarta
(yang baru dimekarkan dari Soerakarta
).

Apa yang diberitakan tentang kunjungan Gubernur
Jenderal tahun 1819 yang juga mengunjungi candi Soekoeh di gunung Lawu dan
tahun 1820 Residen Soerakarta mendaki gunung Merapi boleh jadi menjadi penanda
awal destinasi wisata diantara orang-orang Eropa/Belanda untuk berkunjung ke Soerakarta.
Lebih-lebih wilayah Soerakarta aman bagi orang Eropa/Belanda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Balapan, Klub, Hotel, Situs Eksotik, Climbing,
Sepakbola, Kolam Renang, Teater, Bioskop: Rekreasi dan Hiburan di Solo Masa ke
Masa

Sudah sejak lama ada logement dan hotel di kota-kota
besar seperti di Batavia, Semarang dan Soerabaja. Tempat penginapan komersial
adalah tempat bagi pengusaha dalam perjalanan bisnis, yang juga kemudian
diikuti oleh para wisatawan. Logement dan hotel serta pesanggrahan juga menjadi
tempat bagi pejabat pemerintah ketika datang pertama kali atau tengah menunggu
selesainya pembangunan rumah.


Di wilayah-wilayah terpencil yang hanya ada pesanggarahan, adakalanya
para pejabat menyewa bahkan hitungan bulan atau bahkan tahunan sehingga
menyulitkan bagi pelancong untuk mendapat akomodasi. Pesanggrahan juga dibangun
pemerintah di di berbagai titik antara satu kota dengan kota lainnya di
pedalaman (untuk bermalan dalam perjalanan jauh; dengan kuda atau kereta kuda). Foto: Hotel Slier di Soerakarta (1885)

Lantas kapan tempat penginapan komersil bermula di
Soerakarta? Tidak diketahui secara pasti. Namun yang jelas pada tahun 1866 sebuah
logement disewakan di Soerakarta (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 19-12-1866). Disebutkan terhitung 1 Januari yang akan datang,
disewakan satu logement (penginapan) di Soeracarta, bagi yang berminat hubungi
HW van Vuurden di Ambarawa dan J van Balrcum di Solo.


HW van Vuurden adalah seorang pengusaha transportasi dan penginapan. HW
van Vuurden memiliki Hotel Ambarawa di Ambarawa (lihat Samarangsch
advertentie-blad, 13-10-1854). HW van Vuurden juga memiliki usaha transportasi
di Salatiga yang menyediakan kereta barang, kereta kuda dan lainnya. Disebutkan
usaha HW van Vuurden juga melayani transportasi antara Semarang dan Magelang.
Pada tahun 1857 HW van Vuurden berkongsi dengan L Gerard (lihat Samarangsch
advertentie-blad, 13-02-1857). Disebutkan usaha yang berada di Salatiga ini
(Wagen-dienst) yang melayani wagen dan kuda, antara Solo dan Semarang, serta
antara Willem I dan Djogjakarta. Pada tahun 1859 HW van Vuurden terinformasikan
telah memiliki legement dan jasa transportasi di Soerkarta (lihat Bataviaasch
handelsblad, 09-04-1859). Disebutkan usaha angkutan di Soerakarta ini berada di
Krakalstrat dekat logement (sebelumnya berada di Kalitan). Tidak
terinformasikan apakah legement ini milik HW van Vuurden. Catatan: Krakalstraat
adalah jalan yang bertemu di jalan Heerenstraat dengan jalan Bloemstraat,
tempat dimana pasar Kliwon berada. 

Penginapan Logement di Soerakarta diduga kuat sudah
ada sebelum tahun 1859 yang dimiliki oleh HW van Vuurden. Besar kemungkinan
pengusaha yang membuka usaha penginapan dan transportasi secara komersial di
Soerakarta adalah HW van Vuurden. Dengan adanya penginapan komersial sejenis
logement dan jasa transportasi yang tetap akan sendirinya mengundang minat para
pelancong yang membutuhkan hiburan dan rekreasi di pedalaman Jawa di Vorstenlanden.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top