Sejarah

Sejarah Malang (42): Gunung Meletus di Wilayah Malang,Tidak Perlu Khawatir Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal BMKG


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kini urusan gempa dan gunung meletus harus ke BMKG. Percayakan kepada
badan pemerintah tersebut. Misalnya contoh meletusnya kembali gunung Merapi di
Jogjakarta kemarin. Fakta bahwa kejadian gempa dan gunung meletus sejatinya sudah
sedari dulu, tanpa pernah sama kelali berhenti hingga ini hari. Dalam hubungan
itu, khususnya di wilayah Malang, potensi gunung meletus selalu ada, apalagi di
wilayah Malang ada gunung-gunung aktif seperti gunung Semeru dan gunung Kelud.
Bagaimana urusan gempa dan gunung meletus tempo doeloe? Yang jelas cikal bakal
BMKG bermula tahun 1848 di Buitenzorg.

 

BMKG
Malang: “Mengamati dan memahami fenomena klimatologi”,
“Menyediakan data, informasi dan jasa klimatologi yang handal dan
terpercaya kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu di Wilayah Provinsi Jawa
Timur”, “Melaksanakan operasional pengamatan dan pengumpulan data
secara teratur, lengkap dan akurat guna dipakai untuk mengenali dan memahami
karakteristik unsur-unsur klimatologi, guna membuat prakiraan dan informasi
yang akurat di Wilayah Provinsi Jawa Timur” Prakiraan curah hujan
prakiraan iklim prakiraan sifat hujan”. BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II
Jawa Timur: Alamat: Jl. Zentana No.33, Krajan, Ngijo, Kec. Karang Ploso,
Kabupaten Malang, 65152; Telepon: (0341) 464827. BMKG – Stasiun Geofisika
Pasuruan: Alamat: Melaten Lor, Plintahan, Kec. Pandaan, Pasuruan, 67156; Telepon:
(0343) 635590
(https://www.google.com/search?q=bmkg+malang) 

Lantas bagaimana sejarah Gunung Meletus di
Wilayah Malang, Tidak Perlu Khawatir Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal
BMKG Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Gunung Meletus di Wilayah Malang, Tidak Perlu Khawatir
Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal BMKG

Tempo doeloe, gunung-gunung di Jawa khususnyta, tidak
ada orang yang meramalkan kapan gunung Meletus. Tanda-tanda alam saja yang menjadi
penunjuk seperti kepulan asap, getaran yang diakibatkan gemuruh di dalam kawah.
Bagaimana semburan lava dan lava mengalir ke bawah hanya bisa dilihat dari
kejauhan. Lalu dampak yang langsung dirasakan penduduk yang cukup jauh dari
kawah di kaki gunung dapat berupa debu yang dapat menutupi permukaan tanah
cukup tebal. Sehubungan dengan itu bagaimana dengan di wilayah Malang yang
terbilang masuk Kawasan lereng-lereng gunung? Hal pertama dapat diperhatikan
meletusnya gunung Tengger pada tahun 1829 (lihat Groninger courant, 20-04-1830).


Batavia 18 November 1809. Berdasarkan laporan
Resident Pasoeroean tanggal 5 dan 6 yang lalu gunung Brama di residentie
Pasoeroean Meletus. Dari Pegunungan Tengerse menjulang tinggi. asap hitam, sebelumnya
dan Sabtu pagi terdengar lagi beberapa letusan. Minggu pagi tanggal 8,
kira-kira jam setengah enam, mulai turun hujan abu dan pasir di Malang,
sehingga tidak bisa dibedakan dari rumah asisten residen yang ada di rumah
bupati yang terletak di atasnya, semuanya kemudian tertutup abu dan berwajah
putih; semuanya tampak tidak menyenangkan dan menyedihkan; air dari sungai
tidak bisa diminum. Di Glaagodowo, di kaki Pegunungan Tengger, mereka
diwajibkan menyalakan lampu pada Minggu sore; matahari menjadi gelap dan
keseluruhannya tampak seperti cahaya bulan. Namun, pada sore hari terakhir yang
dilaporkan, abu telah bergerak lebih ke utara dari sana, yaitu di Passoeroeang,
Belum ada yang diterima dari Tengersche, kecuali bahwa Demang di tempat itu
telah melaporkan bahwa telah terjadi letusan dahsyat. Di Malang tebal abunya
lebih dari tiga dukaton. 

Meletusnya gunung Bromo di pegunungan Tengger, di
Pasoeroean hanya terdampak debu yang menyelimuti ibu kota residentie. Akan
tetapi apa yang dialami di Malang, tidak hanya debu tetapi juga hujan pasir. Seperti
disebutkan, hujan pasir ini telah menutup rumah Asisten Residen dan rumah
bupati Malang. Pada tahun 1829 kota Malang masih berpusat di kota lama di sekitar
kawasan Godang di pertemuan sungai Amprong dan sungai Brantas.


Gunung Merapi pada tahun 1823 meletus. Jarak dari puncak (kawah) Merapa
ke kota Jogjakarta dan ke kota Soerakarta sedikit lebih jauh dibandingkan kota
Malang dengan puncak pegunungan Tengger di Bromo. Hal itu mengapa hujan pasir
mencapai kota Malang. Kota Jogjakarta dilaporkan hanya diselimuti debu vulkanik
yang tebal (tidak pernah dilaporkan adanya pasir). Dalam hubungan ini, seperti
kita lihat nanti, kemudian ada pendapat seorang ahli yang pernah mengunjungi
pegunungan Bromo pada tahun 1876, pendapat yang berbeda dengan Juhn Huhn (ahli
geologi yang pernah mesurvai gunung Bromo sepulang dari Tapanuli pada tahun 1844).
Jung Huhn berpendapat bahwa lautan padang pasir di Bromo adalah bekas kawah
raksasa. Akan tetapi ahli yang berkunjung tersebut menyatakan pendapatnya bahwa
lautan pasir itu adalah lembah-lembah yang tertutup oleh pasir akibat dampak
semburan pasir dari kawah gunung Bromo selama beratus tahun.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Awal BMKG: Sejak 1848, Bagaimana di Malang?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top