*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini
Secara geomorfologis wilayah pulau Jawa masa
ini diduga kuat berbeda pada masa lampau. Pulau Jawa bentuknya lebih ramping
tempo doeloe. Juga diduga banyak wujud pulau telah menghilang. ada yang menyatu
dengan daratan dan ada pulau yang mengalami abrasi hebat sehingga menghilang.
Pertanyaannya: apakah ada pulau yang benar-benar hilang di wilayah Banyumas?
Dalam Peta 1750 diidentifikasi pulau Nordra Canibaz tepat berada di selatan pulau
Nusa Kambangan.

Nusakambangan
adalah sebuah pulau di Jawa Tengah lebih dikenal tempat terletaknya beberapa
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Secara geografis, pulau masuk dalam wilayah
administratif kabupaten Cilacap tercatat pulau terluar Indonesia. Dari pelabuhan
Wijayapura Cilacap ke pelabuhan Sodong di pulau lima menit. Pulau Nusakambangan
sebagai cagar alam. Kayu plahlar (Dipterocarpus litoralis) hanya ditemukan di
pulau. Secara tradisional, penerus dinasti Kesultanan Mataram sering melakukan
ritual di pulau. Di bagian barat pulau, sebuah gua ada semacam prasasti
peninggalan zaman VOC. Di ujung timur, di atas bukit karang, berdiri mercu suar
Cimiring dan benteng kecil peninggalan Portugis. Nusakambangan tercatat sebagai
pertahanan terakhir dari tumbuhan wijayakusuma yang sejati. Dari sinilah nama
pulau ini berasal: Nusakambangan, yang berarti “pulau bunga-bungaan”.
Di pulau semula ada 9 buah lapas tetapi kini hanya tinggal Lapas Batu (dibangun
1925), Lapas Besi (dibangun 1929), Lapas Kembang Kuning (tahun 1950), dan Lapas
Permisan (tertua, dibangun 1908). Lima lainnya Nirbaya, Karang Tengah, Limus
Buntu, Karang Anyar, dan Gleger, telah ditutup. Wilayah selatan pulau dengan
pantai berkarang berombak besar. Wilayah utara menghadap Cilacap terdapat kampung-kampung
nelayan sepanjang hutan bakau, antara lain Laut dan Jojog. Pada masa ini penghuni
pulau hanya para narapidana dan pegawai Lapas. (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah pulau hilang di wilayah
Banyumas, apakah betul ada? Seperti disebut di atas dalam Peta 1750 diidentifikasi
pulau besar pulau Nordra Canibaz di tepat berada di selatan pulau Nusa
Kambangan. Bagaimana eksistensinya masa kini? Lalu bagaimana sejarah pulau hilang
di wilayah Banyumas, apakah betul ada? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Pulau Hilang di Wilayah Banyumas, Apakah Betul Ada?
Pulau Nordra Canibaz di Selatan Pulau Nusa Kambangan
Berbicara pulau yang hilang di wilayah Banyumas, harus
memulainya dari pulau (yang belum hilang) pulau Nusa Kambangan. Pulau tersebut
masih eksis hingga ini hari, keberadaannya sudah diketahui sejak masa lampau,
bahkan sejak zaman kuno. Satu factor yang menyebabkan pulau Nusa Kambang tetap
eksis karena bahan pembentuknya. Pulau Nusa Kambangan terdiri dari dua lapisan,
bagian bawah batuan vulkanik (granit/andesit) dan bagian atas batuan gamping
(menjadi bahan semen). Lapisan permukaan bumi pulau Nusa Kambangan mirip dengan
batuan pembentik pegunungan Kendeng di Banyumas. Batuan pulau Nusa Kambangan
sangat kuat sehingga tahan terhadap abrasi air laut.
Pegunungan Kendeng adalah pegunungan arah barat-timur. Wilayah pegunungan
kendeng ini cukup banyak seperti Cianjur, sisi utara sungai Bengawan Solo, wilayah
selatan Malang dan Serayu Utara. Pegunungan Kendeng adalah pegunungan kapur
(karts).
Pembentukan permukaan bumi sejenis pulau Nusa
Kambangan adalah kawasan perbukitann yang kini menjadi wilayah kecamatan Ayah dan
kecamatan Buayan di kabupaten Kebumen. Arah pegunungan Ayah ini dari utara ke
selatan, suatu pegunungan yang terpotong di arah utaranya di wilayah Gombong.
Wilayah kecamatan ini diduga adalah suatu pulau di masa lampau (seperti halnya
pulau Nusa Kambangan).

Kecamatan Ayah memiliki kondisi geografi berupa rangkaian perbukitan
karst yang merupakan bagian dari Kawasan Karst Gombong Selatan. Ketinggian
rata-rata kecamatan Ayah adalah 335 M di atas permukaan air laut. Puncak
tertingginya adalah Bukit Duwur yang memiliki ketinggian 452 M berada di
perbatasan desa Watukelir dengan kecamatan Buayan. Kecamatan Buayan berada di
sisi timur kecamatan Ayah. Kecamatan Buayan memiliki kondisi geografi berupa
dataran rendah dan perbukitan. Dataran rendah berada di wilayah timur atau di
sepanjang bantaran sungai Jatinegara. Sedangkan perbukitan memanjang dari
selatan ke utara pada wilayah barat kecamatan Buayan yang merupakan rangkaian
perbukitan karst yang merupakan bagian dari Kawasan Karst Gombong Selatan.
Ketinggian rata-rata kecamatan Buayan adalah 64 M di atas permukaan air laut.
Puncak tertingginya adalah Bukit Arjuna yang memiliki ketinggian 369 M berada
di perbatasan desa Wonodadi dengan kecamatan Ayah. Desa Pakuran di perbukitan kecamatan
Buayan menjadi desa tertinggi karena berada di ketinggian rata-rata 322 M.
Pembe pulau?Pembentukan permukaan bumi di kawasan gunung/bukit Selok
di kabupaten Cilacap kurang lebih sama dengan di wilayah pulau Nusa Kambangan
(karts) dan kawasan Bukit Duwur di kecamatan Ayah/Buayan (Kebumen). Kawasan
yang menonjol diantara dataran rendah di utara dengan kawasan pesisir pantai (Bukit
Selok) juga diduga di masa lampau adalah suatu pulau kecil.

Pada Peta 1700 pulau gunung Solok dengan jelas diidentifikasi sebagai
salah satu penanda navigasi pelayaran perdagangan di pantai selatan Jawa. Di
sebelah barat diidentifikasi pulau Nusa Kambangan. Yang perlu diperhatikan
dalam pet aini antara gunung Selok dan pulau Nusa Kambangan diidentifikasi
pemukiman (kampong) yang terpat berada di sisi barat muara sungai Serayu dan di
ujung tanjong ke arah pulau Nusa Kambangan (yang kini menjadi area pelabuhan
Kota Cilacap). Tentu saja kawasa dua kampong terawal ini di wilayah pesisir
harus diartikan sebagai kawasan daratan kering, seperti halnya gunung Solok,
sebagai suatu pulau di masa lampau.
Jenis permukaan bumi yang
sama juga kurang lebih sama dengan sisi barat daerah aliran sungai Citanduy
yang membentuk suatu tanjung. Sungai Citanduy hingga ke Kota Banjar menjadi
batas wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Selain pulau Nusa Kambangan, mengapa
pulau-pulau dan semenanjung zaman kuno menjadi menyatu dengan daratan di di
selatan wilayah Banyumas? Apakah dalam hal ini telah terjadi hilangnya suatu
pulau?
Yang jelas pulau Nusa Kambangan tetap menjadi pulau. Suatu pulau yang
mana dari arah daratan (wilayah) Cilacap terus meluas hingga mendekati pulau
Nusa Kambangan. Selat sempit yang memisahkan daratan dengan pulau Nusa
Kambangan pada masa ini diduga adalah batas terakhir proses perluasan pembentukan
daratan baru di wilayah Cilacap. Hal itu diduga karena factor kedalaman laut
dan adanya arus laut di dalam selat. Akan tetapi bukan tak mungkin suatu saat
nanti pesisir utara pulau di sebelah barat menyatu dengan daratan. Dengan
demikian suatu waktu nanti bentuk pulau dari pulau Nusa Kaambangan akan
menghilang dengan sendirinya.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Nordra Canibaz di
Selatan Pulau Nusa Kambangan: Tempoe Doeloe Pulau Besar, Kini Hanya Tinggal
Kawasan Karang?
Kawasan Bukit Selok dan kawasan bukit Duwur diduga
di masa lampau adalah pulau-pulau yang eksis sebagaimana pulau Nusa Kambangan.
Oleh karena kedua bukit itu telah menyatu dengan daratan maka dua pulau
tersebut dianggap telah hilang. Namun yang menjadi pertanyaan tersisa dalam hal
ini adalah apakah ada pulau yang dulunya eksis telah hilang selamanya (jejaknya
hilang dari permukaan bumi)?

Kasus pulau hilang (jejaknya hilang dari permukaan bumi) diduga banyak
ditemukan di wilayah selat Karimata diantara gugus pulau-pulau dari kepulauan
Riau, kepulauan Bangka dan Belitung dan kepulauan Karimata dekat pulau
Kalimantan. Pulau-pulau zaman kuno ini diduga telah mengalami abrasi jangka
panjang sehingga luasan pulau-pulau terus tergerus sehingga menghilang. Proses
abrasi ini terjadi karena arus laut yang sangat kuat dari perairan Laut Cina
Selatan dan perairan Laut Jawa. Sebagaimana diketahui gugus pulau yang disebut
di atas permukaan buminya terbentuk dari lapisan batuan kuarsa yang mengandung
pasir dimana ditemukan di dalamnya butiran bijih timah. Hilangnya banyak pulau
di masa lampau di kawasan selat Karimata (dan massa padat yang terbawa arus
sungai di pulau-pulau besar sekitar (Sumatra, Jawa dan Kalimantan) diduga yang
menyebabkan Laut Jawa yang dangkal menjadi tersu mendangkal. Terbentuknya
gunungan pasir dan hamparan pasir di bawah laut di sekitar pulau Singkep dan
pulau Lingga diduga berumber dari proses hilangnya pulau-pulau.
Dalam peta pulau Jawa pada era VOC (Peta 1753)
diidentifikasi suatu pulau besar yang tepat berada di selatan pulau Nusa
Kambangan. Pulau tersebut adalah pulau Nordra Canibaz. Dalam peta masa kini, di
selatan pulau Nusa Kambangan tidak teridentifikasi lagi. Mengapa? Adakah Nordra Canibaz adalah pulau palsu
(suatu pemetaan yang salah era itu)? Namun jika pulau itu dipetakan dengan baik
(akurat), dan kini tidak teridentifikasi, boleh jadi pulau Nordra Canibaz telah
hilang (karena proses abrasi jangka panjang). Pulau Nordra Canibaz diduga terbentuk
dari karang. Arus laut/ombak yang besar di selatan pulau Jawa salah satu
penyebab terjadinya abrasi.

Pohon Wijayakusuma Karaton, Hanya Tumbuh di 2 Pulau Karang Nusakambangan. Cilacap. Detik News. 23 Oktiber 2021. Kawasan konservasi cagar alam
Wijayakusuma, Cilacap, ditumbuhi pohon Wijayakusuma Karaton atau Pisonia
Grandis Var Silveltris. Pohon ini disebut hanya tumbuh di dua pulau karang
kawasan Nusakambangan itu, yakni Pulau Majeti dan Pulau Wijayakusuma. Dua pulau karang tersebut
berjarak sekitar 150 M dari
tepi pantai Pulau Nusakambangan sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan
laut selatan. Namun keberadaan pohon Wijayakusuma Karaton yang konon merupakan
pohon keramat bagi masyarakat Jawa dan menjadi simbol legalitas keraton-keraton
di masa raja-raja Jawa, kondisinya kini memprihatikan. Pohon indukan yang
berada di dua pulau karang tersebut kini telah mati termakan usia.(https://detik.com/)
Pulau Nordra Canibaz diduga tidak hilang sama
sekali tetapi sisa pulau masih eksis hingga masa ini yang kini dikenal sebagai
pulau Majeti dan pulau Wijayakusuma? Dua pulau ini tampaknya di masa lampua
menyatu satu sama lain sebagai bagian yang tersisa dari pulau besar pulau Nordra
Canibaz. Dalam perkembangannya sisa pulau Nordra Canibaz diduga telah terbelah
karena suatu abrasi lebih lanjut atau pengaruh gempa yang membuat sisa pulau
retak, lalu gugurannya terbawa arus laut atau tenggelam.

Dua pulau kecil ini, atau sisa pulau besar Nordra Canibaz adalah bagian
sisi utara pulau yang berada di seberang pulau Nusa Kambangan. Abrasi awal
terhadap pulau Pulau Nordra Canibaz dari sisi selatan pulau (dari arah lautan
luas). Namun bisa jadi yang dimaksud dalam peta lama tersebut bukan sisa pulau Majeti
dan pulau Wijayakusuma tetapi pulau yang jauh berada di selatan pulau Nusa
Kambangan. Sisa pulau Majeti dan pulau Wijayakusuma terbilang cukup dekat
dengan pulau Nusa Kambangan, sementara dalam peta lama terseburt jaraknya cukup
jauh. Lalu apakah pulau besar Nordra Canibaz telah hilang sama sekali?
Tenggelam karena abrasi? Adanya pulau besar di tengah lautan di selatan Jawa dan
kemudian menjadi hilang bukanlah tidak mungkin. Hal ini dapat dipahami tentang
keberadaan pulau Natal dan pulau Kepulauan Cocos di selatan Jawa (yang kini
masuk wilayah Asutralia).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur. Saya
sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek
sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah
dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.