*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini
Tidak semua kota di Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda
diberikan status Kota (Gemeente). Di Gemeente dalam pemberlakuan desentralisasi
dibentuk dewan kota (gementeraad). Demikian juga tidak semua wilayah (gewest)
diberlakukan desentralisasi. Namun diantara gewest tersebut hanya ada yang
ruang lingkup setingkat kecamatan (onderafdeeling) yakni di onderafdeeling
Angkola en Sipirok. Permberlakuan desentralisasi hanya untuk kota dan gewest
yang memenuhi syarat untu itu.

Sipirok
adalah salah satu kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan,
Sumatra Utara. Jarak Sipirok ke Kota Medan 356 km ditempuh 8-9 jam perjalanan
darat. Sipirok merupakan daerah kelahiran tokoh-tokoh penting Indonesia dan
Sumatra Utara. Beberapa tokoh yang lahir di Sipirok adalah Sutan Pangurabaan
Pane, Merari Siregar, Luat Siregar, Nahum Situmorang, Hariman Siregar, Raja
Inal Siregar, Usnan Batubara (Ucok Baba). Setelah Padang Sidempuan, sebagai ibu
kota Tapanuli Selatan berubah status menjadi Kota, kecamatan Sipirok menjadi
ibu kota baru kabupaten. Setelah Sipirok menjadi ibu kota Tapanuli Selatan,
sejumlah kantor pemerintahan Tapanuli Selatan dipindahkan dari Padang Sidempuan
ke Sipirok. Pemindahan ini direalisasikan pada pertengahan tahun 2014. Sejumlah
kantor yang dipindahkan tersebut adalah kantor Sekretariat Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan, kantor DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan, kantor Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tapanuli Selatan, kantor Dinas
Kesehatan Tapanuli Selatan, kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Tapanuli Selatan, kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Tapanuli Selatan, dan kantor Dinas Catatan Sipil dan Departemen Tenaga Kerja
Tapanuli Selatan. Sipirok terletak di lembah pegunungan Bukit Barisan sehingga
memiliki hawa udara yang sejuk. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Angkola en Sipirok dewan
tingkat Onderafdeeling? Seperti disebut semasa era Pemerintah Hindia Belanda
hanya ada satu wilayah (gewes) yang diberlakukan desentralisasi pada tingkat
onderafdeeling, yakni Onderafdeeling Angkola en Sipirok. Mengapa? Ini dapat
dilihat dalam daftar dewan di seluruh Hindia Belanda pada tahun 1920. Lalu bagaimana
sejarah Angkola en Sipirok dewan tingkat Onderafdeeling? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, sambil menonton pertandingan Indonesia vs Argentina, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Angkola en Sipirok Dewan Tingkat Onderafdeeling;
Daftar Dewan di Seluruh Hindia Belanda 1920
Residentie Tapanoeli terdiri dari tiga afdeeling:
Afdeeling Beneden Tapanoeli ibu kota di Sibolga (yang juga menjadi ibu kota
residentie; Afdeeling Padang Sidempoean (ibu kota di Padang Sidempoean (juga
pernah menjadi ibu kota resdintie); Afdeeling Bataklanden. Afdeeling Padang Sidempoean
terdiri dari tiga onderafdeeling: Onderafdeeling Angkola en Sipirok (ibu kota
di Padang Sidempoean); Onderafdeeling Groot en Klein Mandailing, Oloe en
Pakantan (ibu kota di Tano Bato; Onderafdeeling Padang Lawas (ibu kota di Siboehoean).
Pada tahun 1920 di Onderafdeeling (district)
Angkola en Sipirok diberlakukan desentralisasi.

De Sumatra post, 23-06-1920: ‘Tapanoeli dan
desentralisasi. Terhitung tanggal 1 Juli 1920 diangkat menjadi anggota dewan
daerah (plaatselijken raad) onderafdeeling Angkola dan Sipirok, Abdoel Manap,
mantan guru di Padang Sidempoean, Mangaradja Goenoeng, adoministratur surat
kabar mingguan Poestaha dan Sinar Mardika di Padang Stdempoean, Malin Soetan,
pedagang di Padang Sidempoean, Banoeali, guru di sekolah zending di Sipirok,
Djarip, pedagang di Sipirok, Soetan Josia Diapari, kepala kampung di Sipirok,
At Akip gelar Dja Saridin, pedagang di Batang Toroe, Soetan Daga, pedagang di
Batang Toroe, JH de Groot, kepala administrator perkebunan Sumatra-Caoutchouc Maatschapij
di Batang Toroe, H. Radersma, wd. kepala pengurus Rotterdam Tapanoeli Cultuur
Maatschapij di Batang Toroe, Tjai Tjeng Liong, pedagang di Padang Sidempoean’.
Di wilayah (residentie) Tapanoeli hanya di Onderafdeeling
Angkola en Sipirok diberlakukan desentralisasi dengan membentuk dewan. Orang
Angkola Mandailing tidak hanya anggota dewan di Onderafdeeling Angkola en
Sipirok, juga terdapat di kota-kota lain menjadi anggota gemeenteraad. Berdasarkan
Almanak 1921, di Gemeenteraad Medan ada nama Abdullah Loebis, Kajamoedin gelar
Radja Goenoeng dan Mohamad Noech (mewakili semua golongan pribumi).

Tentu saja tidak hanya di Medan, juga di gemeenteraad Tebing Tinggi nama
Mohamad Sjarif gelar Baginda Sori Moelia; di gemeenteraad Tandjoeng Balai ada nama
Radjioen; di gemeenteraad Pematang Siantar ada nama Mohamad Hamzah Harahap dan
Madong Loebis. Hanya di gemeenteraad Bindjai yang tidak ada.
Dewan di Onderafdeeling Angkola en Sipirok
diresmikan pada tanggal 1 Juli 1920 (lihat De locomotief, 28-06-1920).
Disebutkan dewan lokal telah dibentuk untuk onderafdeeling Angkola dan Sipirok
dari Resident Tapanoeli yang berlaku mulai 1 Juli mendatang. Dewan terdiri dari
27 anggota, yang mana 24 pribumi, 2 Eropa dan 1 Timur asing. Selain itu, sesuai
dengan persyaratan hukum, anggaran pertama untuk onderafdeeling Angkola dan
Sipirok telah ditetapkan dengan peraturan. Mengapa sampai sebanyak itu untuk
satu district saja? Pada awal permulaan jumlahnya hanya belasan (tetapi seperti
kita lihat nanti pada akhirnya mencapai 24 anggota dewan).
Ketua plaatselijken raad onderafdeeling Angkola dan Sipirok bukan Asisten
Rasident (afdeeling) Padang Sidempoean. Oleh karena levelnya onderafdeeling,
tentu saja dewan akan dipimpin oleh Controleur onderafdeeling Angkola dan
Sipirok. Untuk sekretaris dewan adalah seorang Commies di Kantor Asisten Residen
Padang Sidempoean. Boleh jadi itu bersifat sementara. Almanak 1942
Setelah beberapa bulan dewan bekerja, ketua dewan FKW
Lisnet mencari kandidat untuk posisi sekretaris. Boleh jadi hal itu karena jumlah
anggota dewan yang diangkat semakin banyak. Lisnet tidak hanya mencari kandidat
sekretaris itu di Sumatra (sebagaimana antara lain diiklankan dalam surat kabar
De Sumatra post), juga di Jawa (seperti surat kabar De Preanger bode). Kandidat
harus memenuhi syarat yang ditentukan dan bertugas mulai tanggal 1 Februari 1921.

De Sumatra post, 20-12-1920: ‘Ketua dewan (Raad) Angkola dan Sipirok Afdeeling
Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeii, dengan ini mengumumkan untuk jabatan
Sekretaris di dewan, dengan salari f300 per bulan dengan kemungkinan
peningkatan tunjangan yang diterima secara berkala. Persyaratan: memperlihatkan
ijazah diploma ujian klein Ambtenaar atau ijazah yang setara. pengetahuan
bahasa Melayu dan memiliki pengalaman membuat surat administrasi dalam bahasa
Melayu dan bahasa Belanda. Mereka yang telah bekerja sebagai Commies atau pegawai
di salah satu Departemen Keuangan, Umum, atau di daerah atau kantor lokal atau
di Sekretariat pemerintahan lokal, dan berlakuan baik. Tanggal masuk 1 Februari
1921. Pelamar diterima setelah presentasi sertifikat asli mengajukan permohonan
tertulis kepada Ketua Raad tersebut sebelum 15 Januari 1921. Padang Sidempoean,
tanggal 13 Desember 1920. Ketua dewan FKW Lisnet.’
Yang memenuhi syarat dan telah resmi bekerja sebagai
sekretaris dewan (Raad) Angkola dan Sipirok di Padang Sidempoean adalah Soetan
Mangaradja Parlindoengan. Untuk dewan, lepas dari tingkat dewan di Angkola en
Sipirok hanya suatu distrik, Soetan Mangaradja Parlindoengan merupakan satu-satunya
pribumi untuk posisi sekretaris dewan. Untuk di tingkat gemeente di seluruh
Hindia Belanda, yang sekretarisnya pribumi terdapat di Gemeenteraad Sawah
Loento.
Dewan-dewan yang dibentuk (lihat Almanak 1925), selain di pusat,
Volksraad (sejak 1918) dewan pada tingkat daerah umumunya berada di tingkat
gemeente (gemeenteraad), seperti di Medan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi,
Bindjai dan Tandjoeng Balai. Di luar wilayah kota (gemeente) dibentuk dewan
dengan nama Gewestelijke Raad (umumnya di Jawa dan Madoera). Di luar Djawa,
selain gemeenrteraad, disebut Plaatselijk Raad (district/onderafdeeling). Di
pantai timur Sumatra, disebut secara khusus dengan nama Plaatselijlte Raad van Het
Cultuurgebied der Oostkust van Sumatra (tingkat resident/province). Sebagai
perbandingan antara Plaatselijlte Raad Onderafdeeling (district) Angkola en
Siprok dan Plaatselijlte Raad van Het Cultuurgebied der (province) Oostkust van
Sumatra dimana ketua dewan adalah Gubernur yang mana anggota terdiri dari assistent-resident
di Langkat, di Deli en Serdang, di Simeloengoen en de Kaïolanden dan di Asahan dan
sejumlah Controleur pada tingkat onderafdeeling di Serdang en Padang dan di Bedagai.
Dari golongan pribumi adalah Sultan Langkat, Sultan Serdang, Bupati Asahan. Di Plaatselijlte
Raad Onderafdeeling (district) Angkola en Siprok anggota ada yang guru,
pedagang, dan bahkan kepala kampong.
Dalam perkembangannya desentralisasi pada tingkat
district jumlahnya bertambah. Selain di Angkola en Sipirok juga dibentuk di onderafdeeling
Padang Pandjang, onderafdeeling Komering Ilir, onderafdeeling Ogan Ilir, onderafdeeling
Lematang Ilir dan onderafdeeling Barabai.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Daftar Dewan di Seluruh Hindia Belanda 1920: Orang Angkola
en Sipirok di Tingkat Nasional
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.