Sejarah

Sejarah Bahasa (78): Bahasa Kerinci Danau Kerinci Pedalaman Sumatra; Bahasa Rejang, Bahasa Melayu dan Bahasa Minangkabau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku
Kerinci atau disebut Uhang Kinci atau Uhang Kincai dalam bahasa Kerinci (bahasa
Kerinci: Kincai atau Kinci; ejaan lama: Kerintji atau Kerinchi) adalah suku
bangsa atau kelompok etnik pribumi Sumatra yang mendiami wilayah Dataran Tinggi
Kerinci dan sekitarnya. Secara administratif saat ini berada di wilayah kota
Sungai Penuh, kabupaten Kerinci, Merangin dan Bungo.


Bahasa
Kerinci adalah bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan oleh penduduk
bersuku Kerinci di kota Sungai Penuh, kabupaten Kerinci serta sebagian Merangin
dan Bungo, Jambi. Jumlah total penutur bahasa Kerinci diperkirakan mencapai
sekitar 300 ribu (2004). Sebagai bahasa Austronesia dari sub-kelompok
Melayu-Polinesia, bahasa Kerinci juga berkerabat dekat dengan bahasa
Minangkabau dan bahasa Melayu Jambi. Bahasa Kerinci memiliki keragaman yang
sangat tinggi; diperkirakan terdapat 130 sub-dialek dan 7 dialek utama, yaitu
dialek Gunung Raya, dialek Danau Kerinci, dialek Sitinjau Laut, dialek Sungai
Penuh, dialek Pembantu Sungai Tutung, dialek Belui Air Hangat, dan dialek
Gunung Kerinci. Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan
ketujuh dialek tersebut berkisar 51%-65,50%. Sedangkan bahasa Kerinci memiliki
persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu
dan Minangkabau.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kerinci di wilayah
danau Kerinci di pedalaman Sumatra? Seperti disebut di atas, penutur bahasa
Kerinci di wilayah danau Kerinci. Bahasa Melayu, bahasa Minangkabau dan bahasa
Rejang. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kerinci di wilayah danau Kerinci di pedalaman
Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Kerinci di Wilayah Danau Kerinci di Pedalaman
Sumatra; Bahasa Melayu, Bahasa Minangkabau, Bahasa Rejang

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Melayu, Bahasa Minangkabau, Bahasa Rejang: Asal
Usul dan Terbentuknua Bahasa Kerinci

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan
aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel
sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top