Sejarah

Sejarah Air Bangis (15): Sejarah Panti dan Benteng Loender; Rimbo Panti Hutan Asli Tempo Doeloe, Kini Sisa Warisan Dunia




false
IN



























































































































































*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Air Bangis dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah Panti? Yang jelas nama Panti sejak
tempo dulu sudah ditabalkan namanya sebagai nama hutan asli (jungle) Rimbo
Panti (lihat Peta 1905). Sudah barang tentu hutan jungle ini telah tetap
lestari dari jaman kuno. Namun nama Panti sendiri baru muncul belakangan untuk
menggantikan nama Loender. Nama Loender adalah nama Belanda (sejak era VOC)
untuk menamai kawasan itu sebagai District Loender (yang bertetangga dengan
district Rao dan district Tjoebadak).

Panti (sebelumnya Loender)

Sisa-sisa hutan asli yang masih tersisa di (pulau)
Sumatra salah satunya berada di Panti. Hutan Rimbo Panti yang menjadi hutan lindung.
Hutan asli lainnya yang tidak jauh dari Rimbo Panti adalah hutan lindung Batang
Gadis (kabupaten Mandailing Natal) dan hutan lindung Batang Toru (kabupaten
Tapanulis Selatan). Ketiga hutan rimba ini memiliki kekayaan hayati yang unik. Sebagaimana
di hutan lindung Rimbo Panti, di hutan lindung Batang Gadis masih ditemukan
harimau. Di hutan lindung Batang Toru bahkan masih ditemukan orang utan. Hutan
lindung telah menjadi milik dunia, karena itu Rimbo Panti menjadi penting.
Dalam posisi ini pula Panti dianggap penting.

Ketika Panti masih bernama Loender, kawasan district
ini sudah dianggap penting. District Loender diduga menjadi salah satu sentra
produksi hasil-hasil hutan untuk diekspor di era VOC maupun di jaman kuno. Pada
era Perang Padri, Loender juga ditetapkan sebagai basis pertahanan militer
Belanda dengan membangun suatu pos pertahanan (yang diduga eks post perdagangan
pada era VOC). Pada awa pembentukan Pemerintah Hindia Belanda, district Rao dan
district Loender disatukan dalam satu afdeeling. Lalu bagaimana perkembangan
selanjutnya
? Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri
sumber-sumber tenmpo doeloe.

Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*
Nama Panti
Menggantikan Nama Loender
Nama Loender sudah lama diidentifikasi (nama yang
kelak menjadi nama Panti). Pada era Perang Padri, militer Belanda membangun pos
pertahanan di Loender untuk mengepung pusat kekuatan Padri di Bondjoel. Benteng
utama Belanda di utara Bondjol terletak di Rao (Fort Amerongen). Akses menuju
benteng ini dari tiga tempat: Air Bangis, Natal dan Panjaboengan (Fort Elout).
Dua pos pertahan terdepan menuju Bondjol adalah di Loender dan Loeboesikaping.
Londer or Panti (lukisan le Clereq, 1846)
PJ Veth, seorang ahli geografi Belanda
mengidentifikasi district-district Angkola, Mandailing, Rao, Loender dan
Loeboeksikaping sebagai satu kesatuan ekonomi di pedalaman (lihat PJ Veth, Schets
van het eiland Sumatra, 1867).  Satu
kesatuan wilayah ini diduga sebagai sentra produksi komodi-komodi lama seperti
emas, kamper, kemenyan, gading, kulit manis dan lainnya. Pelabuhan sebagai tujuan
perdagangan berada di Loemoet, Natal dan Air Bangis.

Peta 1837
Pasca Perang Padri Loeboesikaping, Loender dan
Rao disatukan menjadi satu afdeeling yang disebut Afdeeling Rao dengan ibu kota
di Rao. Dalam perkembangannya Afdeeling Rao dan afdeeling Air Bangis dengan
nama Afdeeling Air Bangis en Rao dengan ibu kota di Air Bangis. Akan tetapi
Afdeeeling Rao dipisahkan kembali dengan nama baru Afdeeeling Rao en Loeboesikaping
dengan menempatkan Asisten Residen di Loender dan seorang pengawas pertanian. Steven
Adriaan Buddingh (lihat bukunya Neerlands Oost-Indie, 1867) yang pernah
berkunjung ke wilayah ini menyebut di Loender terdapat pernjara yang mana pos Loender
dipimpin oleh Overste van Dijk. Pada Peta 1835 nama-nama tempat dari
Loeboeksikaping hingga Rao adalah Soenge Pandaken, Batoebedindit, Tambangan,
Loeander, Padang Bariang, dan Tandjoeng Ale.

Pada Peta 1937 Loender
adalah batas district Rao dengan district Bondjol, yang mana Loeboeksikaping
masuk wilayah district Bondjol. Pada tahun 1839 district Air Bangis, district
Mandailing en Angkola, district Rao dan district Natal plus beberapa posthouder
di sebelah utara disatukan dalam satu residentie baru yang disebut Residentie
Air Bangis (prakondisi Residentie Tapanoeli). Ini mengindikasikan bahwa
distrik-distrik tersebut merupakan satu kesatuan teritorial yang dibatasi oleh
rimba raya yang kelak disebut Rimbo Panti. Pasca Perang Padri district Bondjol
dipecah sebagian masuk Residentie Air Bangis dan sebagain masuk Afdeeeling
Agam, Residentie Padangsche Bovelanden. Loboeksikaping masuk ke Residentie Air
Bangis yang disatukan dengan Afdeeling Rao dan Bondjol masuk Afdeeling Agam. Ini
juga mengindikasikan bahwa Loeboeksikaping lebih condong ke utara Rao dan
Mandailing (sebagaimana nanti disimpulkan oleh PJ Veth). Demikian sebaliknya
Bondjol lebih cenderung ke selatan (Agam). Nama-nama kampong,  sebagaimana dilaporkan Buddingh, antara
Loeboeksiakping dengan Loender adalah Mapoeng, Ampanggading, Tambangan,
Odjoengpadang, Rimbo, Pantjar dan Sabaliang.

Satu gambaran visual tertua di Loender dilukis
oleh le Clereg pada tahun 1846. Lukisan ini tampaknya dibuat dari arah jalan
poros yang diduga di pos pertahanan Loender ke arah barat (di latar belakag
diduga gunung Ophir). Wilayah antara pos dengan horizin pegunungan terlihat
hamparan persawahan dan pemukiman penduduk serta hutan yang diduga Rimbo Panti.
Satu yang penting dari bentuk atap rumah-rumah besar (yang diduga rumah keluarga
raja) menggambarkan bentuk atap yang serupa dengan rumah-rumah sejaman di
Moearasipongi, Panjaboengan, Siaboe dan Padangsidempoean (lihat lukisan-lukisan
lainnya dari le Clereg. Apakah gambaran ini kurang lebih sama dengan kesimpulan
PJ Veth
?
Air panas di Rimbo Panti (1920)

Pada
tahun 1825 Pemerintah Hindia Belanda menata pemerintahan lokal dan pembentukan
cabang-cabang pemerintah baru di pantai baat Sumatra terutama masih terbatas di
kota-kota atau kerajaan-kerajaan pantai. Pada tahun 1840 pemerintahan diperluas
ke wilayah Tapanoeli. Setelah berjalan cukup kondusif. Gubernur pantai barat
Sumatra AV Michiels mendapingi utusan Radja Belanda Jenderal vao Gugern 1846 untuk
memeriksa wilayah pedalaman. Rombongan ini berangkat dari Padang, Fort de Kock
dan seterusnya menuju Padang Sidempoean dan Sibolga (kembali ke Padang via
laut). Rute perjalanan ini melewati Loender, Rao, Kotanopan, Panjaboengan dan
Siaboe. Saat inilah le Clereg melukis berbagai view penting yang ikut dalam
rombongan tersebut. Le Clereq adalah tentara profesioanl yang memiliki keahlian
mulukis (sebagai pengganti foto yang teknologi potret belum ditemukan).

Dimana benteng Loender berada sulit diketahui
posisi GPS-nya. Saat bernama Loender sudah diketahui ada nama kampong bernama
Panti seperti yang dilprkan ole Buddingh (lihat Steven Adriaan Buddingh, 1867).
Lantas apakah kampong yang dilukis oleh le Clereq pada tahun 1846 adalah
kampong Panti. Suatu kampong yang tidak jauh dari benteng Loender. Jika
hipotesis ini maka pengganti nama Loender dengan Panti kelak sangat masuk akal,

Tunggu deskripsi
lengkapnya
Rimbo
Panti Hutan Asli
Tunggu deskripsi
lengkapnya

*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top