Sejarah

Sejarah Air Bangis (8): Sejarah Pasaman, Nama Gunung, Sungai, Kota, Kabupaten; Soetan Kanaikan, Sekolah Pertanian, 1931




false
IN



























































































































































*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Air Bangis dalam blog ini Klik Disini

Nama Pasaman adalah nama kabupaten (kabupaten Pasaman
dan dimekarkan dengan membentuk kabupaten Pasaman Barat). Pada era kolonial
Belanda, wilayah kabupaten Pasaman terdiri dari dua onderafdeeling (Ophir dan Loeboeksikaping).
Nama kabupaten Pasaman di era Republik Indonesia diambil dari nama sungai
Pasaman. Sungai Pasaman sendiri tidak berhulu di gunung Pasaman tetapi sungai Pasaman
berhulu sejatinya di utara di gunung Koelaboe melalui kota Simpang Tonang (perbatasan
district Ophir, Loeboeksikaping dan Pakantan).

Peta 1695 (era VOC)

Salah satu cabang sungai
Pasaman di utara adalah sungai Batang Kanaikan. Sungai ini juga bermuara di
gunung Koelaboe sebelah barat dan sebelah timur gunung Malintang melalui kota
Moeara Kiawai. Yang berhulu di gunung Pasaman (gunung Ophir) adalah sungai
Batang Taloe (anak sungai Pasaman di selatan). Wilayah tiga daerah aliran
sungai ini disebut Ophir Districten. Pada era VOC jalur perdagangan utama
melalui darat dari kota pelabuhan Air Bangis melalui kota Oedjoeng Gading, kota
Moeara Kiawai, kota Taloe, kota Tjoebadak, kota Simpang Tonang terus ke Rao,
Moeara Sipongi dan kota Nopan (Pakantan dan Mandailing). Simpang kota Panti
(sebelumnya disebut Loender dibangun pasca Perang Padri, 1837 untuk mengganti
ruas jalan kota Simpang Tonang dan kota Rao) Pada era perkebunan Cultuur Mij
Ophir (1920an) perusahaan membangun jalan akses dari Taloe ke pantai di Sasak di
sebelah barat (pelabuhan bongkar-muat) dan juga membangun jalan baru ke sebelah
selatan hingga Kinali. Pada tahun 1931 Abdoel Azis Nasution gelar Soetan
Kanaikan, alumni sekolah pertanian Middlebare Landbouwshool Buitenzorg 1914 membangun
sekolah pertanian di Loeboeksikaping.

Nama Pasaman dalam hal ini adalah nama kuno. sejak jaman
kuno (era perdagangan emas, kamper dan kemenyan). Nama Pasaman menurut orang
Eropa disebut sebagai Ophir (suatu nama tempat yang telah disebut di dalam
kitab Taurat dan Injil). Gunung Pasaman adalah gunung pertama yang diukur
ketinggiannya di Indonesia (lihat Leydse courant, 19-11-1838). Disebutkan Mr.
Horner dan Krusenstern mengukur ketinggian gunung Pasaman (Ophir) dan puncak
tertinggi 2.927 M yang disebut Talamau (nama yang mungkin terkait dengan penamaan
kota Taloe). Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*
Ophir: Nama
Sungai dan Nama Gunung Pasaman

Nama Pasaman adalah nama kuno. Namanya mirip dengan
Pariaman. Mana yang lebih dulu ada? Sudah barang tentu nama Pasaman, karena
Pariaman adalah nama kota,sedangkan Pasaman adalah nama sungai dan juga nama
gunung. Pasaman adalah penanda navigasi terpenting di jaman kuno. Nama sungai
dan nama gunung, apalagi sungai besar dab gunung tinggi, hampir tidak pernah
berubah (sepanjang masa). Pertanyaannya intinya adalah apakah ada nama kota
Pasaman?

Air Bangis adalah nama
kota. Air Bangis kemudian menjadi nama sungai. Sebelum terbentuknya Air Bangis
sebagai nama tempat dan nama sungai, nama sungai yang ada adalah sungai
Sikarbou. Dalam perkembangannya nama sungai Sikarbou di hilir disebut sungai
Air Bangis. Kota utama di hulu sungai Sikarbou atau sungai Air Bangis adalah
kota Oedjoenggading. Nama sungai Sikarbou dan nama kota Oedjoenggading diduga
adalah nama kuno. Analog dengan ini nama sungai Tjisadane adalah nama kuno,
tetapi nama kota Tangerang adalah nama yang muncul kemudian. Sungai Tjisadane
di hilir di sekitar kota Tangerang disebut sungai Tangerang. Hal yang sama juga
dengan sungai Tjitaroem yang di hilir muncul nama kota dan nama sungai
Karawang.
Sejauh penelusuran data masa lampau tidak ditemukan
indikasi Pasaman sebagai nama kota, apakah peta-peta kuno maupun
tulisan-tulisan sejaman (surat kabar, majalah dan buku). Nama Pasaman hanya
diidentifikasi sebagai nama sungai dan nama gunung. Hal yang serupa dengan nama
Pasaman adalah nama Tjiliwong, nama sungai dan bukan nama tempat. Tidak pernah
ada keterangan yang mengindikasikan nama Tjiliwong sebagai nama tempat. Tentu
saja tidak ada kota Arau (yang ada adalah nama sungai Batang Arau sebagai
penanda navigasi). Penanda navigasi lainnya adalah gunung Padang (nama yang
menurunkan nama kota Padang).
Nama-nama kuno cenderung
berbeda dengan nama-nama masa kini. Nama kuno cenderung bersifat unik. Boleh
jadi penduduk yang memberi nama geografi (sungai, gunung) berbeda bahasa dengan
penduduk yang mendiaminya sekarang. Nama kuno bisa ratusan tahun atau bahkan
ribuan tahun. Nama sungai dan nama gunung tidak selalu diikuti nama tempat.
Jika identifikasi nama Ophir (oleh orang Eropa) pada
nama gunung atau nama sungai Pasaman adalah benar, maka pemberian nama Ophir
hanya menunjukkan nama gunung (bukan nama sungai). Orang Eropa percaya Ophir
adalah penghasil komoditi kuno seperti emas dan gading. Oleh karena itu orang
Eropa melukis gunung Ophir dengan menampilkan objek lainnya yakni gajah. Orang
Eropa meyakini Ophir yang disebut pada kitab Taurat dan Injil berada di sungai
Pasaman. Orang Eropa tidak mengganti nama sungai Pasaman dengan nama sungai
Ophir.
Siapa yang lebih dulu
ada, si pembeli emas atau si penjual emas?. Logiknya adaalah si penjual emas
yang lebih dulu ada, karena si penjual emas yang menemukan emas dan lalu
menjualnya. Oleh karena itu, penduduk di gunung Pasaman (Ophir) lebih dahulu
berdiam, baru kemudian berdatangan orang-orang luar untuk membeli emas. Dalam hal
ini penduduk Pasaman adalah penduduk yang hidup sejak jaman kuno di sekitar
gunung Pasaman. Bukti kedatangan orang luar ke pedalaman Sumatra di sekitar
Ophir ditemukannya situs kuno di Muara Takus, di Mandailing dan di Padang Lawas
dalam wujud candi. Nama-nama Pasaman, Rao, Malea, Aroe dan sebagainya adalah
nama-nama yang terkait dengan kehadiran Budha-Hindu di jaman lampau.
Lantas nama tempat (kota, huta; dari bahasa
Sanskerta) apa yang terbilang kuno di sekitar sungai-gunung Pasaman? Mungkin
banyak kandidat, seperti Taloe, Sasak, Rao, Kinali, Agam dan Batahan. Nama-nama
geografis lainnya juga bisa diselidiki yang terkait dengan komoditi kuno seperti
gading (Odjoenggading), cula (Tjoebadak) dan sebagainya.
Pasaman
pada Era VOC: Benteng Alam Pasaman
Pada era VOC kota-kota pelabuhan di selatan Atjeh
menjadi mitra Inggris dan Belanda. Kota-kota pelabuhan dari Baros hingga
Batahan adalah wilayah Inggris yang berada di bawah Kerajaan Baros (lihat  Beschrijving van het eiland Sumatra, 1789).
Kota-kota tersebut meliputi Cancoen (Kunkun), Tamboejong (Tabuyung), Sinkoang
(Singkuang), Batoe Mandam (Batu Mundom), Batang Toroe, Pinansori (Pinangsori),
Badiri, Siboeloeang (Sibuluan), Tappianoly (Tapanoeli), Corlang (Horlang) dan
Suscam (Sorkam).
Kota Natal dan kota Air Bangis sempat diambilalih
oleh Prancis. Namun tidak lama kemudian Natal diambilalih kembali Inggris yang
kemudian membangun benteng besar di Natal (yang hampir setara dengan benteng di
Bengkoelen). Pada tahun 1765 Air Bangis diambilalih oleh Belanda. Belanda
menempatkan Residen VOC di Air Bangis antara tahun 1766 dan 1774.
Wilayah di selatan Natal, antara Air Bangis dan
Indrapoera menjadi wilayah Belanda. VOC mulai menjalin kerjasama dengan
kota-kota pantai dimulai dengan pengusiran Atjeh dari kota Padang tahun 1666.
Sejumlah kota penting yang menjadi wilayah Belanda adalah Indrapoera dan
Padang. Awalnya VOC membuka pelabuhan di Poelau Chinco kemudian dipindahkan ke
Padang.
Padang memiliki benteng (kasteel) dengan empat bastion yang dilengkapi
dengan 28 buah kanon (lihat  Beschrijving
van het eiland Sumatra, 1789). Benteng Padang dan sekitar menjadi ibu kota yang
mana terdapat sebanyak 300-400 rumah. Aparatur VOC di Padang adalah
administratur pertama, administratur kedua, fiskal, sekretaris polisi,
sekretaris justity, negotie boekhouder, soldy boekhouder dan 16 orang asisten.
Militer terdiri dari officier, 8 sersan dan 16 kopral. Sebanyak 200 orang warga
Eropa. Sebanyak 100 orang Bugis yang menjadi pasukan pribumi pendukung VOC yang
terdiri dari satu officier, 6 sersan dan 12 kopral. Sebanyak 109 orang pelaut
yang terdiri dari satu orang pimpinan peralatan, dua bootsman, 6
kwartiermeester, 50 orang Eropa dan 50 orang Moor. Pribumi dipimpin oleh Radja
Panglima (Toeankoe Panglima) dan Bandahara. Penduduk mengusahakan beras dan
lada di sejumlah kampong seperti Odjoeng carang, Kota Tenga, Anni, Tella Boen,
Tepaki, Oelakan, Soenoer, Priaman, Narras, Gasang, Tikoe, Antokan dan Massang.
Di selatan Padang adalah Bongos, Trassan dan Bajang. Di Periangan ditempatkan
satu orang sersan dan dua kopral 12 orang pasukan pribumi (Bugis). Selain di
Padang juga terdapat di Poelo Chinco, Airhadji (Painan) dan Air Bangis
(termasuk pulau-pulau di sekitar teluk). Di bawah wilayah di selatan Air Bangis
yang meliputi sungai-sungai: Sicarbou, Sikillang, Passaman, Loeboe, Poeding,
Tandjoeng, Batoe, Bangon. Lanskap-landskap hingga ke pedalaman disebuat nama
tunggal landskap Passaman (sebagaimana juga lanskap Air Bangis). Batas lanskap
Air Bangis hingga batas Silaping (kampong besar yang masuk Kerajaan Pakantan).
Tunggu deskripsi
lengkapnya
Pasaman
pada Era Pemerintah Hindia Belanda: Radja Proehoeman
Pengadministrasian
wilayah sejatinya baru dimulai pada awal pembentukan Pemerintah Hindia Belanda
di pantai barat Sumatra. Pada era VOC, pengadministrasian belum dilakukan
secara definitif, hanya didasarkan pada pengelompokan kerajaan-kerajaan yang
bermitra dengan Belanda atau Inggris. Pada era Pemerintah Hindia Belanda (yang
dimulai pada tahun 1826) pengadministrasian wilayah mempertimbangan
pengadministrasian era VOC dengan melakukan penataan kembali berdasarkan
rekomendasi para ahli (ahli pertanahan, geografi sosial, ahli bahasa dan
sebagainya). Lanskap (wilayah administrasi) Pasaman ada perbedaan pada era VOC
dan pada era baru Pemerintah Hindia Belanda.

Pada
era VOC kerajaan-kerajaan Tikoe, Antokan dan Massang dimasukkan pada wilayah
administrasi Padang. Sementara kerajaan-kerajaan Sicarbou, Sikillang, Passaman,
Loeboe, Poeding, Tandjoeng, Batoe, Bangon dikelompokkan sebagai lanskap
Pasaman. Sedangkan pada awal Pemerintah Hindia Belanda mulai dari kerajaan
Tikoe, Antokan dan Massang dimasukkan ke lanskap Pasaman. Wilayah-wilayah
kerajaan sebelumnya ditata ulang apakah wilayah adminisrasinya tetap berdiri
sendiri atau harus disatukan dengan yang lain dalam pembentukan district-district.
Pada
saat itu pembagian wilayah administrasi setiap residentie, pembagian wilauah
baru sebatas afdeeling (kesatuan district-district), beberapa afdeeling yang terbentuk
di Residentie Padangsch Benelanden diantaranya adalah afdeeling Air Bangis,
afdeeling Ophir Districten dan afdeeling Rao. Afdeeling Ophir Districten
termasuk diantaranya district-district Pasaman, Kinali, Tjoebadak. Setiap
district-district tersebut terdiri dari kerajaan-kerajaan. Sementara itu
district Bondjol dimasukkan ke wilayah Residentie Padangsche Bovenlanden. Dalam
perkembangannya nama Bondjol digunakan sebagai gabungan nama onderafdeelig,
yakni Onderafdeeling VIII Kota, VII Loerah en Bondjol, Afdeeling Agam.
Pada tahun 1860-an awal
terjadi pertikaian antara Toeankoe Tikoe (district Tikoe) dengan Toeankoe
Pasaman (district Pasaman). Pertikaian tersebut menjadi perhatian pemerintah (lihat
Tijdschrift voor Neerland’s Indie I1 deel, No.1 1865). Pada Peta 1883 district
Tikoe dan district Kinali telah dipisahkan. District Kinali tetap berada di
afdeeling Ophir Districten (termasuk di dalamnya district Pasaman). District
Tikoe dimasukkan ke afdeeling Pariaman (onderafdeelimg Loeboekbasoeng en Tikoe:
yang terdiri dari laras Tikoe dan laras Loeboekbasoeng).
Pada tahun 1890 terjadi penataan kembali wilayah
administrasi dengan membagi afdeeling menjadi beberapa onderafdeeling. Satu
onderafdeeling terdiri dari beberapa laras dan satu laras terdiri dari beberapa
nagari. Satu yang penting dalam penataan ini adalah memisahkan afdeeling Ophir
Districten dan afdeeling Rao dari Residentie Padangsche Benelanden dengan
membentuk satu afdeeling baru (Afdeeling Loeboeksikaping) yang dimasukkan ke
Residentie Padangsche Bovenlandenn. Dalam hal ini afdeeling Loeboeksikaping
memisahkan secara geografis antara afdeeling Air Bangis dan afdeeling Pariaman
di Residentie Padangsche Benelanden. Dalam penataan ini Afdeeling
Loeboeksikaping dibagi ke dalam dua onderafdeeling: Onderafdeeling Ophir Districten
dan Onderafdeeling Loeboeksikaping. Laras Pasaman menjadi bagian dari onderafdeeling
Ophir Districten. Laras lainnya di Onderafdeeling Ophir Districten adalah
Tjoebadak, Si Noeroet, Kanaikan, Taloe, Tinggam dan Kinali. Sedangkan laras di Onderafdeeling
Loeboeksikaping antara lain Panti.
Nama besar Pasaman pada
era VOC, pada era Pemerintah Hindia Belanda hanya dijadikan sebagai nama laras.
Nama Taloe semakin meroket. Nama Taloe tidak hanya ibu kota onderfadeeling
Ophir Districten, nama Taloe juga semakin bersaing dengan nama Air Bangis.
Ketika terjadi penataan administrasi wilayah tahun 1890 nama Loboeksikaping
tidak hanya menggantikan nama Rao (sebagai ibu kota onderafdeeling) juga nama
Loeboeksikaping dalam perkembangan berikutnya, kota Loeboeksikaping dijadikan
sebagai kedudukan Asisten Residen (yang membawahi Conroleur di Taloe dan
Controleur di Air Bangis). Nama Pasaman semakin tenggelam.
Yang tetap menimbulkan pertanyaan dan memerlukan
jawaban adalah terpisahnya Tikoe dan Air Bangis di dalam Residentie Padangsche
Benelanden sehubungan dengan dimasukkannya distrik-distrik Ophir (Ophir
Districten) ke Padangsche Bovenlanden. Dalam hal ini, Pasaman dan Kinali yang
berada di pantai masuk ke district pedalaman. Besar dugaan bahwa Pasaman secara
geografi berada di pedalaman. Hal serupa juga dengan Kinali. Faktor lain juga
karena pernah bertikai antara kerajaan Tikoe dan kerajaan Kinali. Dalam hal ini
kerajaan Tikoe dan kerajaan Kinali tidak berada dalam satu aliansi (apakah
karena keturunan atau hubungan perkawinan). Kerajaan Kinali dan kerajaan
Tandjong disebutkan berkerabat dekat dengan kerajaan Siboeloean
(lihat  Beschrijving van het eiland Sumatra, 1789).
Sementara kerajaan Air Bangis (distrik Air Bangis) terpisah sendiri di utara
sebagai wilayah Residentie Padangsche Benelanden. Dalam hal ini kerajaan Air
Bangis tidak berafiliasi ke pedalaman, melainkan berafiliasi ke kerajaan-kerajaan
di sebelah utara seperti kerajaan Natal (yang masuk wilayah Residentie
Tapanoeli). Sedankan kerajaan Batahan di muara (yang berada diantara kerajaan
Air Bangis dan kerajaan Natal) berafiliasi ke pedalaman (kerajaan Pakantan).
Kerajaan Air Bangis hanya memiliki aliansi dengan penduduk Silaping (di hulu
sungai Batahan yang menjadi wilayah kerajaan Pakantan). Akibat penarikan batas
wilayah antara Residentie Padangsche Benelandan dengan Residentie Tapanoeli
memotong daerah aliran sungai Batahan, Silaping atau hulu Batahan hanya sebagai
nagari di dalam laras Air Bangis.
Namun demikian, nama
Pasaman tetap menjadi icon di Ophir Districten. Nama Pasaman tidak hanya nama
kuno, nama Pasaman juga sejak jaman kuno sudah dipatenkan sebagai nama sungai
dan nama gunung. Nama Ophir adalah nama yang muncul dari sebutan orang Eropa,
sedangkan nama Pasaman adalah nama sebutan lokal. Nama Talamau muncul kemudian
sebagai gunung dengan puncak tertinggi. Nama gunung Pasaman dimekarkan dengan
disebutnya puncak tertingginya gunung Pasaman sebagai gunung Talamau. Nama
Talamau diduga menurunkan nama kampong (kerajaan) Taloe di dataran tinggi (kota
Taloe). Kerajaan Kinali (di pantai) terkait dengan kerajaan Siboeloean dan
diduga kerajaan Kinali juga terhubung dengan kerajaan Taloe. Kerajaan Kinali
dalam hal ini diduga muncul sebagai implikasi dari perang antara Kerajaan
Pasaman dan Kerajaan Tikoe. Kerajaan Kinali memisahkan dua kerajaan yang
berseteru.

Pasaman pada Era Perkebunan: Onderneming NV Cultuur
Maatschappij Ophir dan Soetan Kanaikan
Sebelum Nienhuys dikirim
sponsornya (investor) untuk mencoba memulai perkebunan tembakau di Deli (1865),
Gubernur Jenderal Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele mengirim suatu
ekspedisi ke Province Sumatra’s Westkust untuk penyelidikan pembukaan
perkebunan. Salah satu laporan ekspedisi tersebut berjudul Het Rijk Pasaman op
Sumatra’s Westkust. Laporan ini telah ringkas dan dimuat di surat kabar edisi
Oktober 1864 yang dapat dibaca pada majalah Tijdschrift voor Nederland’s Indië
jrg 3, 1865 (1e deel), No. 1. Laporan ini merekomendasikan Ophir Districten
sesuai untuk investasi swasta untuk membangun usaha pertanian.

Tim ekspedisi adalah prasyarat pertama yang
dilakukan sejak era VOC sebelum suatu kebijakan baru dibuat pada wilayah
tertentu. Laporan ekspedisi yang dipimpin Raffles ke Minangkabau dijadikan
Pemerintah Hindia Belanda untuk memulai (ekspansi) Pemerintahan Hindia Belanda
ke pantai barat Sumatra. Pada tahun 1840 Gubernur Jenderal Pieter Merkus
mengirim suatu ekspedisi ke Tanah Batak untuk menyelidiki potensi pertambangan
dan pengembangan botani. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jung Huhn.
Diantara lanskap-lanskap
yang ada, lanskap Ophir Districten termasuk lanskap yang direkomendasikan untuk
pembangunan perkebunan besar. Dalam laporan ini disebutkan untuk membuka jalur
dari Sasak ke Taloe. Pembukaan jalur ini semacam membuka ruang baru sebagai
alternatif jalur lama Air Bangis ke Taloe via Odjoenggading dan Kiawai yang
sudah mulai padat penduduk dalam kofficultuur.
Ibu kota district Pasaman berada di Parit Batoe.
Kota Parit Batoe ini antara kota Sasak di barat di pantai dengan kota Taloe timur
di lereng gunung Ophir. Dari kota Parit Batoe terhubung dengan kota Kinali di
selatan. Kota ini pada era Perang Padri dijadikan militer Belanda sebagai
benteng untuk mengepung kekuatan Padri di Bondjol. Kota Parit Batoe ini pada
masa kini berada di dekat Simpang Ampek (yang kini menjadi ibu kota Pasaman
Barat).
Tunggu deskripsi
lengkapnya
Pasaman pada Era Republik Indonesia: Basjrah Loebis

Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog
ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi
warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan
utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat
tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton
sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan
sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam
memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini
hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).
Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top