*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Pulau
Moa merupakan pulau di provinsi Maluku. Pulau ini masuk ke dalam wilayah
kabupaten Maluku Barat Daya. Adapun jumlah populasinya menurut data 2016
mencapai 7.245 jiwa. Bahasa Moa terdapat di desa Moain, desa Tounwawan, desa Klis, dan desa Patti serta
desa Kaiwatu kecamatan Moa kabupaten Maluku Barat Daya.
Bahasa
Daerah Moa: Simbol Kekeluargaan dan Identitas yang Mengakar. Demianus Nahaklay.
10 November 2023. Kompasiana. Bahasa daerah adalah kekayaan budaya Indonesia
yang patut dijaga. Bahasa daerah Moa, yang digunakan oleh masyarakat di Desa
Moain, Tounwawan, Klis, Patti, Kaiwatu, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat
Daya, Provinsi Maluku, masih tetap dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi orang Moa, penggunaan bahasa daerah saat berinteraksi dengan sesama
dianggap penting untuk memperkuat rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Mereka
menganggap bahwa tidak menggunakan bahasa daerah saat bersua dengan sesama
orang Moa, terutama bagi mereka yang telah lama merantau atau berpendidikan,
dapat dianggap sombong dan tidak mencintai asal daerahnya. Oleh karena itu,
disarankan agar dalam pertemuan dengan sesama orang Moa, kita menggunakan
bahasa daerah Moa sebagai bentuk penghormatan dan untuk memperkuat ikatan
kekeluargaan (https://www.kompasiana.com/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Moa di pulau
Moa diapit pulau Leti dan pulau Lakor? Seperti disebut di atas bahasa Moa
dituturkan di pulau Moa. Pulau-pulau terluar Indonesia dan Moa Island di Selat
Torres (Australia). Lalu bagaimana sejarah bahasa Moa di pulau Moa diapit pulau
Leti dan pulau Lakor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Moa di Pulau Moa Diapit Pulau Leti dan Pulau
Lakor; Pulau-Pulau Terluar dan Moa Island di Selat Torres
Pulau Moa sudah lama dikenal. Lebih dikenal karena
bagian dari jalur navigasi pelayaran. Hal itulah juga mengapa populasi penduduk
di pulau Moa dijadikan sebagai wilayah misi. Pada tahun 1824 dua satu misionaris
setelah menyelesaikan tugasnya di pulau Moa bersama teman Eropanya berangkat ke
Makassar mengarungi laut Banda yang luas (lihat Berichten en brieven
voorgelezen op de maandelijksche bedestonden van het Nederlandsch
Zendeling-Genootschap, 1824).
Pulau Moa di masa lampau belum dianggap penting, hingga para misionaris
menjadikannnya sebagai pulau yang penting. Sejak kehadiran orang Eropa,
pelaut-pelaut Portugis melewati pulau ini dalam pelayaran dari pantai utara
Jawa ke Maluku melalui pulau Solor dan Timor terus ke pulau Banda lalu ke Seram
dan Ternate. Pelaut-pelaut Belanda juga mengikuti jalur navigasi pelayaran
Portugis yang juga melalui pulau Moa.
Sejak tahun 1824 (Traktat London) wilayah Hindia
Belanda telah sepenuhnya didefinisikan secara tegas (pertukaran Bengkoleoe dan
Malaka). Wilayah batas Hindia Belanda ini termasuk soal perbatas Singapoera dan
Borneo Inggris, Timor Portugis dan Papua Jerman. Wilayah yang didefinisikan itu
tidak pernah berubah hingga masa kini yang menjadi wilayah Indonesia. Sejak
Traktat London itu pula ahli-ahli Belanda, termasukan angkatan laut yang antara
lain ahli etnografi, ahli geografi dan ahli bahasa. Pada tahun 1828 laporan
ahli geografi diterbitkan (lihat De vriend des vaderlands; een tijdschrift
toegewijd aan den roem en de welvaart van Nederland en in het byzonder aan de
hulpbehoeftigen in hetzelve, 1828).
‘…Keesokan
harinya komandan berangkat ke Moa, yang mana saya belum bepergian dengan anda, tetapi saya akan memberi
tahu anda, menurutnya ucapan orang lain, berikan uraiannya. Moa adalah pulau yang sangat besar, ukurannya
hampir persegi bentuknya, mempunyai tanjung di
sisi barat, yang berjarak satu jam ke Lettie; Penyeberangan ini dilakukan dengan orang teluk yang
datang di Negri Bobo. Dari sini anda harus melalui jalur darat bagi orang negri utama di pulau ini, karena letaknya yang
terpencil dari dua orang negri ini lebih dari 3 jam, jalan
mana yang dilalui seseorang…Di pulau Moa ini ada banyak sekali ternak bertanduk dan ternak
lainnya; pohon asam jawa dan kajapoetie berlimpah; juga banyak obies, jagon,
padi, dll. Orang negri utama disebut Toynama, dan sama seperti orang Papua…Di
orang Negri ada pos jaga, yang menurut prasasti, pada masa VOC tertulis pada
tahun 1734, di bawah pengawasan seorang kopral, dan bangunan ini terlihat masih
sangat bagus sehingga orang akan mengatakan demikian berusia tidak lebih dari
20 tahun… Lettie dibagi menjadi lima negri, masing-masing memiliki beberapa kampung
disekitarnya, dan Moa sebelas. Semua negri ini dikendalikan oleh Orang Kaija…’
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau-Pulau Terluar dan Moa Island di Selat Torres: Pelaut-Pelaut
Pulau Moa Tempo Doeloe
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.