*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Daikat (Taikat) dituturkan di oleh suku
Brotian di kampong kampong Arso Kota di distrik Arso provinsi Papua. Bahasa
Daikat juga ditururkan di kampong Kwimi, Wor, Bate dan Bagia. Di sebelah timur
kampong Arso ditururtkan bahasa Manem (di kampong Wambes) dan disebelah barat
dituturkan bahasa Beyaboa (di kampong Ubiyau), di sebelah utara dituturkan
bahasa Melwap (di kampong Koya). Bahasa Daikat berbeda dengan bahasa Marap, bahasa
Mnanggi, dan bahasa Abrap. Link buku baru terbit:
https://deepublishstore.com/shop/buku-sejarah-mahasiswa/
Arso
(atau Arso Kota) adalah sebuah distrik sekaligus menjadi ibu kota kabupaten
Keerom, provinsi Papua. Kantor pemerintahan Kabupaten Keerom berada di Kampung
Arso Kota. Distrik ini berada di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Penduduk
distrik ini berjumlah 16.030 (2021), dengan luas wilayah 1.431,82 km², dengan
kepadatan penduduk 11 jiwa/km². Di distrik ini terdapat bermacam-macam kantor
pemerintahan, dan juga berbagai fasilitas umum lainnnya, seperti kantor Bupati,
kantor Kecamatan, Rumah Sakit, dan lainnya. Sementara itu, keberagaman agama
dan budaya menjadi bagian dari masyarakat Arso. Berdasarkan data Kementerian
Dalam Negeri tahun 2021, penduduk menurut agama yang dianut yakni Kekristenan
sebanyak 58,41%, dimana Protestan 32,95% dan Katolik 25,30% serta agama Islam
berjumlah 41,59%, Hindu 0,12% dan Buddha 0,04%. (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa di kabupaten
Keerom, bahasa Daikat di distrik Arso? Seperti disebut di atas bahasa Daikat
dituturkan di kabupaten Keerom. Keragaman populasi di Keerom. Lalu bagaimana sejarah
bahasa-bahasa di kabupaten Keerom, bahasa Daikat di distrik Arso? Seperti kata
ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa-Bahasa di Kabupaten Keerom, Bahasa Daikat di
Distrik Arso; Keragaman Populasi di Keerom
Tunggu deskripsi lengkapnya
Keragaman Populasi di Keerom: Bhinneka Tunggal Ika
Tunggu deskripsi lengkapnya
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur. Saya
sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek
sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah
dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.