Sejarah

Sejarah Bahasa (59): Bahasa Sigulai Bahasa di Pulau Simeulue; Nama-Nama Bahasa dan Penamaan Bahasa Sigulai Sudah Tepatkah?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa
Sigulai atau Sikule merupakan sebuah bahasa yang dituturkan oleh suku Sigulai
yang terdapat di Pulau Simeulue. Bahasa ini terdapat di kecamatan Simeulue
Barat, Alafan dan Salang di Kabupaten Simeulue, Aceh.Kabupaten Simeulue
memiliki 10 Kecamatan antara lain: Alafan, Simeulue Barat, Salang, Simeulue
Cut, Teluk Dalam, Simeulue Tengah, Teupah Tengah, Teupah Barat, Simeulue Timur,
dan Teupah Selatan.


Penamaan
Bahasa Sigulai: Sudah Tepatkah? Salah satu wilayah yang memiliki banyak ragam
atau dialek bahasa di Aceh adalah Kabupaten Simeulue sebuah pulau yang berada
kurang lebih 150 KM dari lepas pantai barat Aceh dengan ibu kota Sinabang.
Sinabang dengan logat daerah dibaca Si navang yang berasal dari legenda Navang.
Simeulue memiliki 10 Kecamatan antara lain: Alafan, Simeulue Barat, Salang,
Simeulue Cut, Teluk Dalam, Simeulue Tengah, Teupah Tengah, Teupah Barat,
Simeulue Timur, dan Teupah Selatan. Kabupaten Simeulue memiliki 6 jenis bahasa
lokal, yakni Bahasa Sigulai, Lekon, Simelul, Jamee, Haloban, dan Devayan. Akan
tetapi, salah-satu yang menjadi pertanyaan bagi penulis dan sebagian anggota
masyarakat di Kabupaten Simeulue yakni, terkait legalitas penamaan bahasa
Sigulai. Bahasa Sigulai merupakan bahasa yang digunakan oleh 3 kecamatan di
Kabupaten Simeulue: Alafan, Salang, dan Simeulue Barat. Bahasa Sigulai mungkin
sudah menjadi nama bahasa yang populer di luar Kabupaten Simeulue. Namun
demikian, penulis masih meragukan legalitas penamaan tersebut. Menurut penulis,
Sigulai itu merupakan salah-satu nama desa di Kecamatan Simeulue Barat,
Kabupaten Simeulue.
(https://bbaceh.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sigulai bahasa
di pulau pulau Simeulue? Seperti disebut di atas, penutur bahasa Sigulai berada
di kabupaten Simeulue; Nama-nama bahasa dan penamaan bahasa Sigulai sudah tepatkah?
Lalu bagaimana sejarah bahasa Sigulai bahasa di pulau pulau Simeulue? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Sigulai Bahasa di Pulau Pulau Simeulue;
Nama-Nama Bahasa dan Penamaan Bahasa Sigulai Sudah Tepatkah?

Sejarah bahasa-bahasa adalah satu hal. Sejarah penamaan
bahasa adalah hal lain lagi. Kedua hal ini berlaku diseluruh muka bumi, apakah
dalam wilayah kecil maupun dalam wilayah yang lebih luas. Dalam konteks
kelompok populasi (etnik), orang local memiliki cara dan nama sendiri untuk
mengidentifikasinya bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Akan tetapi nama
apa yang diberikan oleh orang luar (orang tetangga atau orang asing) bisa
berbeda. Oleh karena itu nama bahasa sebagai suatu identitas pengenal dalam
(sejarah) bahasa harus diperhatikan dalam konteksnya.


Orang asing secara sepintas, untuk sekadar memudahkan, ada yang menyebut identitas
bahasa tentang bahasa Sumatra, bahasa Jawa dan sebagainya. Ke atas
bahasa-bahasa di nusantara orang Eropa membedakan bahasa Melayu, bahasa
Austronesia, bahasa Polinesia dan sebagainya. Sementara di wilayah yang lebih
kecil, seperti di pulau Sumatra terdapat ragam bahasa, apakah ragam bagasa di daratan
(pulau Sumatra) dan ragam bahasa di pulau-pulau (dalam hal ini sebelah barat
pantai barat Sumatra). Orang asing (Eropa) mengidentifikasi bahasa Batak untuk
ragam bahasa yang berdekatan secara geografis di pantai barat Sumatra. Fakta
bahwa didalamnya terdapat dialek-dialek bahasa yang berbeda. Nama Batak adalah
nama yang diberikan oleh orang luar, Demikian juga yang terjadi di pulau Nias
dan di pulau Simeulue. Di pulau Nias terdapat dialek-dialek yang memiliki
isolek yang tinggi (secara linguistic lebih dekat satu sama lain). Bagaimana
dengan ragam bahasa/dialek-dialek di (wilayah/pulau) Simeulue.

Banyak nama geografis, dalam hal ini nama pulau,
diidentifikasi sebagai nama bahasa, yakni bahasa yang ditututkan kelompok
populasi di pulau, seperti bahasa Bali di pulau Bali dan bahasa Jawa di pulau
Jawa. Lalu apakah di pulau Jawa semuanya berbahasa Jawa? Secara teoritis, bahasa
Nias mengikuti nama pulau. Lantas sejak kapan Nias menjadi nama pulau? Nama
Nias awalnya merujuk pada nama apa? Idem dito dengan nama pulau Simeulue?


Disebutkan kelompok populasi asli (pulau) Simeulue tidak
mirip
dengan kelompok populasi di daratan Aceh. Juga penduduk asli Batak berbeda
dengan
kelompok populasi penduduk asli Nias. Penduduk
asli Simeulue
disebutkan lebih mirip dengan penduduk
asli di pulau Nias
.
Secara geografis bagian utara pulau Nias (Nias Utara) dan bagian selatan pulau
Simeulue (Tapah) sangat berdekatan. Sementara itu dalam perkembangannya
terbentuk (kampong/kota) Sinabang. Kota Sinabang sejak era Pemerintah Hindia Belanda
diketahui menjadi salah satu tujuan perdagangan dari dan ke daratan (Sumatra).
Hal itulah yang menyebabkan penduduk kota Sinabang lebih berwarna (melting
pot). Penduduk asli (di pulau) Simeuleu mirip penduduk asli di pulau Nias lebih
berkulit putih (seperti kulit orang Cina). Jika pulau-pulau di barat pantai
Sumatra ini disatukan dari pulau Simeulue di utara (Aceh) hingga pulau Enggano di
selatan (Bengkulu) sejatinya satu kesatuan yang dapat dikategorikan penduduk
berkulit putih (yang berbeda dengan penduduk daratan di Sumatra yang berkulit
lebih gelap).

Sejarah pulau Simeulue tentu
saja tidak hanya dilihat dari daratan Sumatra, tetapi juga dari sisi lautan
luas (lautan India). Konon, penduduk asli Simeulue lebih awal berinteraksi
dengan pendatang dari barat lautan (India dan Timur Tengah) daripada penduduk
asli dari daratan (yang bukan pelaut)
di Sumatra. Dalam hal ini penduduk asli Simeulue sendiri
piawai dalam navigasi dan perairan yang luas yang memudahkan mereka
berkomunikasi antar pulau-pulau.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama-Nama Bahasa dan Penamaan Bahasa Sigulai Sudah
Tepatkah? Pepatah Nama Menunjukkan Bangsa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top